Zita Anjani, Tagih STUDI KELAYAKAN Formula-E! Kok Malah STUDI BANDING Soal Karcis?

Penulis: Andre Vincent Wenas

Walau perencanaannya babak belur, alias semrawut bin gelap gulita, perhelatan Formula-E nampaknya bakal terus dipaksakan oleh semacam “konspirasi” (Kerjasama gelap-gelapan) antara Gubernur plus 7 fraksi di DPRD DKI Jakarta (Golkar, Gerindra, PKS, NasDem, Demokrat, PAN, dan PKB-PPP).

Temuan BPK DKI Jakarta soal Studi Kelayakan faktanya diabaikan bin dicuekin. Ini malah bikin Studi Banding bukan Studi Kelayakan. Lho, kok studi banding? Untuk keperluan apa?

-Iklan-

“Melalui kunjungan itu, JakPro akan mempelajari pengelolaan sponsor serta mencari referensi harga tiket hingga hari-H balapan.” Begitu kutipan berita di DetikNews mengutip keterangan Dirut JakPro.

Wah, luar biasa rumit rupanya soal karcis ini. Sampai-sampai memerlukan untuk berbondong-bondong survey ke event di Diriyah, Arab Saudi itu.

Sampai sekarang tidak (belum) ada sponsor swasta, practically event ini masih “disponsori” APBD alias uang rakyat.

Studi banding seyogianya sejak dulu dilakukan saat mau menyusun studi kelayakan. Bukannya setelah waktunya mepet malah wira-wiri studi banding untuk cari info soal tarif karcis ke Diriyah.

Kemudian, soal konstruksi sirkuit. Setelah lelang pertama GAGAL, tiba-tiba kita dikabarkan bahwa sudah ada pemenang tendernya.

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk yang bakal membangun sirkuit itu dengan nilai kontrak sekitar Rp 50 milyar, dan mesti diselesaikan sebelum tanggal 4 Juni 2022.

Jaya Konstruksi, yang menurut laporan keuangan (laba/rugi) di laman resminya, sampai kuartal ketiga 2021 masih mengalami kerugian sekitar Rp 89 milyar, semoga saja bisa menyulap kawasan timbunan lumpur di sekitaran Ancol menjadi sirkuit berstandar internasional.

Jadi cuma sekitar 3 bulan saja waktu pengerjaannya sejak ground-breaking yang (mungkin) sekitar pertengahan Februari 2022.

Belum jelas apakah sirkuit itu bakal jadi situs yang permanen atau sekedar temporer. Lantaran memang tidak ada studi kelayakan yang bisa menjelaskan soal proyek Formula-E ini secara komprehensif.

Yang ada hanya pernyataan Bambang Soelistyo yang pernah bilang bahwa membangun sirkuit ini “…membutuhkan keahlian khusus yang kompleks. IMI sangat berperan disana, memastikan lokasi sirkuit yang dipilih akan dikembangkan lebih lanjut agar sesuai dengan standar FEO dan juga standar Fédération Internationale de l’Automobile (FIA).”

Seperti apa itu spesifikasi yang sesuai dengan standar FEO dan FIA ya kita lihat saja nanti. Apakah waktu sekitar 3 bulanan untuk membangunnya bisa memenuhi standar yang diklaim sedemikian tingginya itu.

Semuanya memang masih serba gelap gulita. Dan selama perjalanan proyek ini penuh dengan kejutan-kejutan yang konyol.

Tak heran jika Anggara Wicitra Sastroamidjojo dari Fraksi PSI bilang bahwa kegiatan ini tidak masuk akal dan dicurigai banyak yang tidak beres dibelakangnya.

Namun toh, herannya, Zita Anjani dari Fraksi PAN (ia juga anak dari Zulkifli Hasan) malah bilang bahwa studi banding ini, “…manfaatnya jelas, menambah wawasan yang akan diimplementasikan di lingkungannya masing-masing, bukan hura-hura.”

Sebuah jawaban yang tambah bikin sumir. Menambah wawasan apanya? Diimplementasikan di lingkungannya masing-masing itu seperti bagaimana? Lalu apa urusannya dengan hura-hura?

Duh, sekali lagi Bu Zita dan ketujuh fraksi peserta makan malam di rumah dinas Gubernur Anies, tolong mintakan STUDI KELAYAKAN proyek Formula E ini! Bukannya malah pasang badan soal STUDI BANDING! Ini konyol sekali.

Banyak rekan yang titip pertanyaan. Apa kabarnya KPK? Juga Kejaksaan Agung? Dan Kepolisian? Kalian sehat-sehat saja?

06/02/2022
Andre Vincent Wenas, pemerhati ekonomi-politik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here