You Got the Key to the Ocean

Penulis: Erri Subakti

Aku terbangun tengah malam ini. Kudapati Nena tidak ada di tempat tidur. Hm… mungkin di ruang tamu seperti biasa, berkutat dengan buku-buku dan laptop. Siang tadi ia bercerita bahwa ada banyak yang harus direvisi dari tesisnya.

Di ruang tamu kudapati Nena tertidur dengan laptop masih menyala. Di sampingnya berantakan tumpukan buku dan beberapa makalah yang terbuka halaman-halamannya.

-Iklan-

Sejenak kutatap ia dengan rasa haru bercampur sedih. Kuusap lembut rambutnya. Ia memang selalu tampak cantik. Aku memang menyayangi ia sejak masa kuliah dulu. Namun apakah aku mencintainya sebagai pasangan hidupku? Hatiku tak bisa menjawabnya.

Aku dan Nena sangat dekat seperti kakak-adik. Kami sering pergi dan pulang kuliah bersama. Aku menjadi tempat curhatnya dan sebaliknya. Ia dulu merupakan kekasih sahabat baikku sendiri, Chris. Aku menjadi orang pertama yang mereka beritahu kabar gembira tentang rencana pernikahan mereka 7 tahun lalu.

Kini sejak meninggalnya Chris 2 tahun lalu, yang juga sahabatku, aku menjaga Nena yang kini kunikahi dan merawat Cherish anak mereka.

Kubisikan lembut di telinganya, “Na, istirahatnya di kamar ya… yuk.”

Nena bangun lantas kutuntun ia ke kamar. Bruk! nampak lelah sekali ia hingga langsung rebah begitu saja di ranjang. Kuselimuti ia, dan kukecup keningnya.

“Reza, janji ya, kamu selalu ada untukku…” Nena menggumam namun matanya tetap terpejam.

“I will Na…, sekarang istirahat yang nyenyak ya,” bisikku.

Ya, aku menikahi Nena memang setelah meninggalnya Chris, sahabatku sendiri yang sebelumnya adalah suami Nena.

Kedekatan persahabatanku dengan Chris terjalin semenjak kami masih balita. Berbagai kisah kehidupan mewarnai perjalanan kita.

“Kalo gue mati duluan, titip Nena ya bro…” ucap Chris suatu saat menjelang tidur di kamarku, sekitar 10 tahun yang lalu.

“Jangan ngomong ngaco lo… udah lewat tengah malem nih, malah bahas yang enggak-enggak. Udah ah, gue mau tidur…,” balasku cuek.

Chris saat itu hanya tersenyum dengan masih memandangi langit-langit kamarku.
Itu jauh di masa lalu. Tahun-tahun ke belakang yang tak terbayangkan Chris akan pergi lebih dulu menghadap ilahi.

Ucapan “menitipkan” Nena sebagai istrinya padaku kini menjadi kenyataan.

Kini aku yang mensupport Nena untuk menyelesaikan pendidikan S2-nya untuk kemudian mencari beasiswa melanjutkan studinya. Nena memang cerdas, ia sempat menjadi staff ahli di DPR RI dan berbagai lembaga-lembaga international. Ia pun kini masih sering mengajar menjadi dosen di kampus kami dulu.

“Kini saatnya mengejar mimpimu Nena, tak ada yang tak mungkin. Tetaplah teguh untuk terus melangkah…,” kukatakan padanya sebagai pemacu semangat hidupnya, sepeninggalnya Chris.

Masa depan selau penuh dengan segala kemungkinan atas hal-hal yang seakan tidak mungkin. Menunggu untuk dibuka. Dan aku tau Nena, kamu memliki kuncinya untuk menempuh lautan lepas, menembus samudera, dan mengarungi kedalamannya.

you got the key to the ocean….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here