Ya Mungkin Memang Begitu

Penulis: Erri Subakti

Gak semua dalam hidup ini harus kita pahami dengan mendefinisikan sesuatu seakan-akan hanya kitalah yang paling tau dan paling benar.

Kadang untuk memahami sesuatu (atau seseorang), tak perlu njlimet dengan begini begini dst. dll. Kadang kita hanya cukup sampai, “oh begitu…” atau “ya mungkin memang begitu…”.

-Iklan-

Masih banyak keindahan hidup yang bisa direguk, masih banyak hal yang bisa dilakukan, dan masih banyak hal yang sangat penting untuk dipikirkan, ketimbang masih mumet dengan sesuatu yang sesungguhnya gak membawa kita pada kemajuan. Cukup pahami dengan: oh begitu… ya mungkin memang begitu….

Begitu gimana?

Ya ga perlu juga harus didefinisikan secara khusus, begitu itu apa.

Kok begitu? Ya mungkin memang begitu…

That’s it. And move on….

Dagangan sepi? Ya mungkin kadang begitu… namanya juga jualan… Gak selalu harus dimengerti kenapa bulan ini dagangan sepi pembeli, padahal bulan lalu penjualan stabil. Ya mungkin bulan ini memang begitu…

Pekerjaan terhambat, karena PPKM? Ya udah… begitu… meski pekerjaan juga tetap bisa diteruskan tak perlu nunggu PPKM selesai. Meski jadi terhambat sedikit atau tertunda. Ya udah… begitu…

And then just keep moving….

Yang penting tetap pelihara kewarasan. Terlalu disayangkan otak ini jika masih terus berkutat memahami hal yang itu-itu saja masalahnya. Cukup pahami…. oh begitu… ya mungkin memang begitu…

Dalam hidup kerap kita memang mencicipi rasa seperti saus oranye mie ayam gerobak di pinggir jalan. Kecut, membekas rasanya di lidah tapi memberi warna rasa yang khas jika tercampur dengan tekstur yang lainnya.

Gak perlulah kita berpikir asal usul saus oranye itu berasal dari mana, bagaimana pembuatannya, bahannya apa aja. Ya cukup rasakan… lalu… oh begitu….

Life is a journey, enjoy every mile…

Gak perlu buang waktu mikirin hal yang gak penting untuk terus maju ke depan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here