SintesaNews.com – Selama dua hari pada 10 dan 14 April 2025, ada gelaran workshop bertajuk “TransNusa Peduli Disabilitas” di Terminal 3 Bandar Udara Soekarno-Hatta (Bandara Soetta), Cengkareng, Jakarta.
Workshop ini menampilkan kerja sama antara pembicara yang juga penyandang disabilitas berkursi roda, Christie Damayanti, maskapai penerbangan TransNusa, dan pihak JAS Angkasa Pura Indonesia sebagai pengelola Bandara Soetta.
Hadir juga sebagai undangan, organisasi Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta.
“Kita semua harus semakin peduli kepada penyandang disabilitas, ” tutur Christie Damayanti, perempuan ber-shio ayam itu, pada Kamis (10/4/2025).
Selain workshop, acara hasil kolaborasi itu ditandai juga dengan kegiatan asesmen ruangan-ruangan publik di kawasan Terminal 3 Bandara Soetta.
Jajal kursi roda manual
Pada workshop itu, Christie Damayanti yang juga seorang arsitek itu mengajak sekitar 20 lebih peserta menjajal kursi roda manual.
Menggunakan kursi roda manual bagi seorang Rian, adalah pengalaman uniknya.
“Butuh effort juga menjalankan kursi roda manual,” tutur Rian yang juga karyawan TransNusa itu.
Selain mencicipi pengalaman berkursi roda, peserta workshop berkesempatan menjadi orang buta maupun orang tuli.
“Pasti rasanya tidak enak menjadi orang buta,” ucap Christie Damayanti, ibu dari dua orang anak ini.
Lagi-lagi, Christie Damayanti, blogger di Kompasiana.com ini, mengajak peserta untuk mencoba tongkat tunggal dan walker bagi orang yang bermasalah dengan kaki.
Toilet khusus
Pada sesi asesmen, Christie Damayanti, motivator di banyak media ini, juga mengajak peserta mengecek kelengkapan toilet khusus bagi penyandang disabilitas.
Christie Damayanti, yang bekerja di PT Agung Podomoro Land sejak 2006 hingga kini, membubuhkan beberapa catatan tentang toilet khusus itu.
Pertama, daun pintu toilet khusus sebaiknya berbentuk pintu sliding atau sorong, bukan pintu ayun atau swing.
Kedua, tempat sampah mesti dekat letaknya dengan kloset duduk agar penyandang disabilitas bisa dengan mudah membuang sampah tisu ke tempatnya.
Ketiga, besi pegangan atau ram di toilet khusus bagi penyandang disabilitas harus kuat.
“Ram juga harus terjangkau tangan oleh penyandang disabilitas,” kata Christie Damayanti yang kolektor prangko ini mengakhiri pembicaraan.