VIRAL! Anak Sekolah Kutip Pidato Bung Karno, “Kalau Jadi Orang Islam jangan Jadi Arab…”

Seandainya Semua WNI Memiliki Jiwa Nasionalisme maka Damailah Indonesiaku

KOLOM

Ulasan:

Nurul Azizah

-Iklan-

Bulan Juni adalah bulan yang penuh peristiwa untuk bangsa Indonesia. Tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Hal ini ditetapkan melalui Keppres Nomor 24 Tahun 2016.

Saat sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, untuk pertama kalinya Pancasila sebagai dasar negara diperkenalkan oleh Ir. Soekarno, anggota BPUPKI. Rumusan Pancasila mengalami perkembangan hingga menghasilkan naskah Piagam Jakarta.

Naskah Piagam Jakarta dirumuskan pada tanggal 22 Juni 1945 oleh panitia sembilan dan disepakati menjadi rumusan final pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Tujuan diperingati hari lahir Pancasila yaitu seluruh warga negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara RI yang sumbernya diperoleh dan digali dari kehidupan nenek moyang bangsa Indonesisa itu sendiri.

Selain momen lahirnya pancasila, momen yang paling dinanti adalah tanggal 21 Juni yang diperingati sebagai tanggal lahirnya Presiden RI ke 7 yaitu Ir. H. Joko Widodo dan juga wafatnya Ir. Soekarno.

Pada tanggal 21 Juni 2021 hampir semua media sosial dibanjiri ucapan selamat ulang tahun ke Pak Jokowi yang ke-60 tahun.

Pada tanggal yang sama, yaitu 21 Juni 2021 juga dikenang sebagai tanggal wafatnya Bung Karno yang sudah meninggalkan kita semua selama 51 tahun lamanya.

Walaupun Bung Karno sudah meninggal tapi jiwa nasionalisme beliau selalu melekat di hati rakyat Indonesia.

Bung Karno dikenal sebagai tokoh nasionalisme Indonesia. Karena pada setiap ajaran beliau selalu berintikan pada nasionalisme, bukan yang lain.

Jiwa nasionalisme turun ke Presiden kita yang ke-7 yaitu Presiden Joko Widodo. Jokowi adalah sosok yang luar biasa cerdasnya.

Kecerdasan dan keberanian Jokowi bisa dirasakan oleh rakyat Indonesia. Beliau membangun Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Jokowi berani menghadapi lawan-lawan politiknya. Tapi ternyata Jokowi mampu menerkam para pembenci dengan langkah yang cerdas dan berani. Karena Jokowi betul-betul seorang nasionalisme sejati yang ingin mengembalikan Negara kepada kedaulatan rakyat. Rakyatlah pemegang kekuasaan tertinggi di negeri ini yang dipimpin oleh Presiden.

Selain beredar video-video ucapan selamat ulang tahun ke-60 untuk pak Jokowi dan mengenang saat Bung Karno meninggal, tiba-tiba muncul video seorang anak usia SMA dengan lantang menirukan orasi dari Bung Karno.

Banyak pujian yang diberikan ke anak tersebut, tanpa tahu siapa nama anak tersebut. Saya dapat video itu dari FB group Toleransi Indonesia. Kemudian video itu saya download dan saya posting di group religius dan nasionalisme di FB, tanggapannya luar biasa. Banyak pujian yang ditujukan ke anak tersebut.

Publik tersentak, ada anak yang penampilannya sederhana mampu menirukan orasi bung Karno dengan fasih ala Soekarno sang proklamator.

Berikut ini kutipan dari orasi anak tersebut.

“Saudara sebangsa dan setanah air!
Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India.
Kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab.
Kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi.
Tetaplah jadi orang Nusantara. Dengan adat budaya nusantara yang kaya raya ini..

Ingat wahai saudara-saudara!
Musuh yang terberat itu adalah rakyat sendiri.
Rakyat yang mabuk akan budaya luar.
Yang kecanduan agama.
Yang rela membunuh bangsa sendiri.
Demi menegakkan budaya asing.
Jangan mau diperbudak oleh semua itu.
Tetaplah Bersatu padu Membangun negri ini Tanpa Pertumpahan darah.”

Andaikan semua anak bangsa ini memiliki jiwa nasionalisme seperti pada anak tersebut di video alangkah damainya negeri ini.

Indonesia akan menjadi negara yang Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Artinya Negara Indonesia akan menjadi negara yang didambakan dan diimpikan oleh seluruh manusia yang tinggal di Indonesia.

Tetapi harapan untuk menjadi negara yang damai dimana semua warga negara memiliki jiwa nasionalisme masih ada sandungan.

Masih ada sekelompok orang dan organisasi radikal intoleransi di negeri ini. Di Indonesia ada kelompok wahabi, salafi, takfiri, PKS, eks HTI, eks FPI, ISIS, dan kelompok-kelompok radikal lainnya.

Mereka kelompok kaum radikalisme agama, yaitu orang-orang atau kelompok orang yang gagal menghadapi toleransi agama di Indonesia. Mereka ingin mengganti dasar negara Indonesia dengan ideologi khilafah yang tentunya bertentangan dengan pancasila.

Mereka kelompok radikal intoleransi sering muncul di tengah-tengah masyarakat yang membuat keonaran dan gaduh dengan dalih khilafah versi sumbu pendek. Mereka suka teriak-teriak di medsos dengan tujuan menjelek-jelekkan pemerintah.

Kaum radikal intoleran dan wahabi, salafi serta takfiri tidak pernah tahu kapan mereka salah. Karena terus ngotot mempertahankan kesalahan dengan kedunguannya.

Harapan kita sebagai pegiat NU dan NKRI, kita jaga ruang medsos dengan narasi-narasi jiwa nasionalisme yang Pancasilais untuk menangkal kelompok radikal intoleransi.

Kita viralkan terus generasi penerus bangsa ini yang cinta NKRI cinta tokoh-tokoh nasionalisme. Dengan mencontoh tokoh-tokoh nasionalisme seperti Presiden Soekarno, Presiden Abdurrahman Wahid, dan Presiden Jokowi, bangsa ini akan melahirkan Soekarno-Soekarno muda. Yang nantinya semua warga negara menjadi warga yang memiliki jiwa nasionalisme, maka damailah Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here