Penulis: Roger Paulus Silalahi
————————
Abdul Somad: “Itu Hari Zina Internasional”
————————
Pernyataan Abdul Somad itu menunjukkan se-bodoh apa dia dan se-jahat apa dia sebenarnya.
Valentine’s Day atau Hari Valentine dikenal sebagai Hari Kasih Sayang, dimana seluruh dunia turut merayakannya, kecuali yang sejenis Somad, pengikutnya, dan yang se-bodoh Somad. Mengapa saya katakan bodoh…? Untuk setiap hal ada latar belakang yang menjadi penyebabnya, menjadi dasarnya. Semua ada sejarahnya.
Ada 2 kejadian yang disebut sebagai awal atau dasar dirayakannya “Valentine’s Day”, tapi secara umum orang merujuk pada satu sebab, sejarah, terkait seseorang yang disebut Santo Valentine.
St. Valentine dari Terni dipenjarakan karena menikahkan tentara Romawi secara diam-diam. Pada masa itu tentara dilarang menikah oleh Kaisar Romawi Claudius II. Pelarangan didasarkan pada keyakinan Claudius II bahwa tentara yang lajang akan bertempur dengan lebih baik, alasannya karena tidak menikah maka tidak ada pemikiran mengenai anak dan istri yang dikasihinya, fokus hanya ke perang saja.
Dalam penjara, St. Valentine mengisi waktunya dengan merawat tahanan lain yang sakit, hingga akhirnya Sipir penjara meminta St. Valentine mengobati anak perempuannya yang buta, dan putri Sipir tersebut berhasil disembuhkannya. St. Valentine kemudian bersahabat dengan putri sipir tersebut.
Sebelum St. Valentine dieksekusi mati (pancung), 14 Februari 278 M, beliau menuliskan surat untuk putri Sipir tersebut, dimana surat tersebut ditutup dengan frase “From Your Valentine” (secara bebas diterjemahkan sebagai “Dari Sahabatmu Valentine), frase ini selalu menyertai perayaan “Valentine’s Day” sampai sekarang. Demikianlah sejarahnya, sementara dalam perkembangannya perayaan “Valentine’s Day” lebih dikenal sebagai “Hari Kasih Sayang”, hari dimana orang menyatakan rasa sayangnya.
Kasih Sayang, terbagi menjadi 3;
a. Agape, kasih sayang Tuhan kepada manusia.
b. Philia, kasih sayang manusia kepada keluarga dan sahabat.
c. Eros, kasih sayang kepada kekasih.
Kasih Sayang itu luas dan menjadi dasar utama untuk tercapainya kedamaian dan perdamaian. Ada yang salah…?
Salah besar ketika Somad mensejajarkan “Kasih Sayang” dengan zina, karena tidak ada kaitannya sama sekali dengan selangkangan. “Kasih Sayang” bukan seks seperti apa yang diarahkan Somad melalui ujaran bodohnya itu. “Kasih Sayang” disampaikan bukan dengan nafsu, tapi dengan ketulusan.
Tapi sebentar dulu, apakah benar Somad ini bodoh, atau sengaja menyesatkan…?
Saya lebih percaya bahwa Somad sengaja menyesatkan, sebagaimana semua yang ada kaitannya dengan orang non-arab akan dinyatakannya sebagai salah, semua budaya yang bukan budaya arab dipersalahkannya, begitulah. Somad tidak suka ada hari dimana manusia saling menyatakan kasih sayangnya dengan berbagai cara, saling memberikan perhatian tulus, saling membantu sesamanya, dll. Saya melihat kesamaan antara Somad dan sesuatu yang lain yang tidak suka ketika manusia saling mengasihi.
Somad sebagaimana mayoritas kaum radikalis yang sering tampil di Indonesia semacam Felix Xiauw, Khalid Basalamah, atau yang lainnya, tidak mampu membedakan antara “Ajaran”, “Sejarah”, dan “Budaya”, semua dicampuadukkan. Maaf, bukan tidak mampu, tidak mau, dan secara sengaja mengajarkan kesesatan fikir kepada masyarakat.
Sejarahnya berawal dari kebaikan St Valentine, bukan berarti semua yang merayakannya menjadi “Auto-Katholik” atau mendadak Katholik. Orang baik yang disebut Santo Valentine itu kisahnya menginspirasi banyak orang, sehingga akhirnya hari eksekusinya diperingati sebagai “Hari Kasih Sayang” sebagaimana kasih sayang yang ditunjukkannya baik sebelum di penjara, maupun selama di penjara, sampai akhir hayatnya.
Peringatan “Hari Kasih Sayang” adalah sebuah Budaya yang mendunia, tidak lalu menjadi “Auto-Haram” karena tidak diawali dengan kejadian di Arab dan bintang utamanya bukan orang Arab. Apakah ada yang salah dengan membudayakan “Kasih Sayang” yang adalah dasar dari ajaran semua agama…?
Ya, Ajaran semua agama memiliki dasar yang sama, kasih sayang, bukan perang, bukan menyerang, bukan menistakan. Apakah ada ajaran agama yang dasarnya bukan kasih sayang…? Ada…? Jika ada, pastilah agama itu agama Setan.
Semoga tulisan ini dibaca Abdul Somad dan kaum radikalis lainnya, sehingga pesan utama tulisan ini dapat tersampaikan, yakni;
1. “Ajarkanlah ajaran agamamu, karena ajarannya pastilah ajaran kebaikan…”
2. “Jangan jadikan sejarah kemungkaran dalam kitabmu sebagai contoh berperilaku, tapi lihat esensi yang ingin Tuhan sampaikan sebagai Ajaran bagi umat-Nya…”
3. “Budaya adalah dasar dari segala ilmu pengetahuan, berkembang di tempat dan waktu tertentu, sesuai kebutuhan di tempat dan waktu tertentu itu, ber-Budayalah sesuai tempat dan waktumu berada…”
Hentikan pembodohan dan penyesatan umat dengan mencampuradukkan ajaran, sejarah, dan budaya. Mari jadikan “Hari Kasih Sayang” 14 Februari 2022 sebagai titik balik perubahan dan pertobatan, dengan hanya mengajarkan Ajaran yang sebenarnya, Ajaran Kasih Sayang.