Upaya Melengserkan Jokowi di Masa Pandemi

Penulis: Erika Ebener

Menyambung tulisan sebelumnya yang berjudul “Analogi Cerdas Jokowi Ibaratkan Covid-19 Seperti Api”, sumber inspirasi saya menambahkan lagi isu baru, dan isu ini sangat menarik sekali dan membuat saya tertawa. Bukan tertawa karena lucu, tetapi tertawa karena takjub.

Analogi Jokowi mengibaratkan pandemi covid seperti api, itu sangat tepat sekali. Secara langsung atau tidak langsung, subliminal message yang disampaikan Jokowi pada analoginya adalah bahwa Pandemi covid-19 bukan lagi merupakan urusan negara dan pemerintah.
Pengendalian virus corona sepenuhnya tergantung pada keahlian individu dalam mengendalikan api yang sedang membara, yang kemudian dikolektifkan.

-Iklan-

Di sisi lain, kita melihat adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan kondisi dan situasi pandemi covid ini untuk melengserkan Jokowi. Jika kita tetap mengacu pada analogi Jokowi, selama pandemi, kelompok ini kerjanya malah selalu membuat kebakaran. Layaknya seperti kejadian pembakaran hutan di Kalimantan yang dilakukan oleh oknum untuk membuka lahan. Para pembakar ini tidak terdampak kerugian dari kebakaran yang dibuatnya. Mereka justru menunggu keuntungan dari hasil bakarannya. Tak jarang pula mereka berpura-pura menjadi pihak yang membantu masyarakat yang terdampak kebakaran yang mereka buat. Padahal begitu peristiwa kebakaran ini selesai, mereka tampil sebagai pengelola hutan yang sudah terbuka dan siap dijadikan perkebunan.

Untungnya, Indonesia tidak seperti hutan di Kalimantan. Upaya-upaya kelompok tertentu untuk membakar Jokowi selalu menemui kegagalan. Ibarat mereka baru mengeluarkan korek api saja, sudah ketahuan mau membakar apa. Mereka kurang cerdas karena menggunakan isu pandemi sebagai alasan kegagalan Jokowi dalam memimpin Indonesia, tanpa diimbangi dengan demonstrasi jaminan kehidupan yang lebih baik pasca Jokowi dibakar. Yang ada, kejadiannya akan sama seperti pembakar hutan Kalimantan, si Pembakar menjadi kaya raya setelah aksi pembakarannya selesai dan sukses. Dari sejak ide pembakaran pertama terhadap Jokowi muncul, siapapun kelompok dan tokohnya, semuanya hanya menggaungkan “bakar Jokowi” yang diwarnai serangkaian karangan bebas tentang kejelekan Jokowi. Tapi apa ada yang kemudian menguraikan dan menampilkan gambaran pemerintahan yang lebih baik dari Jokowi sekarang??? Jelas tidak ada!!

Gagal melakukan upaya pelengseran Jokowi di jalan atau di berbagai kesempatan, kelompok makar ini tak kehabisan akal. Mereka mulai melancarkan aksi makarnya di dunia maya lewat berbagai macam tagar, seperti contohnya tagar #GantiPresiden dan tagar #JokowiEndGame.

Keputusan melakukan makar terhadap Jokowi di dunia maya, sebenarnya bukan keputusan yang salah. Bahkan bisa merupakan keputusan yang cerdas. Pasalnya, dunia maya itu tidak berbatas, memiliki daya gendam yang kuat, mempengaruhi netizen bisa langsung mencapai core pikiran. Kecepatan penyebaran informasi dan instruksi secepat jari kita menekan tombol “send”.

Konyolnya, upaya melengserkan Jokowi di dunia maya lewat berbagai macam tagarpun tetap saja gagal. Pasalnya, Jokowi itu hidup di dunia nyata, sementara di dunia maya dikuasai oleh ‘presiden’nya. Kelompok makar ini tak diakui di dunia manapun. Hanya ramai dan gaduh saja, tapi kopong.

Adalah fakta bahwa dunia maya ini ada ‘Presiden’nya. ‘Presiden’ yang saya bicarakan memiliki kekuatan dan kekuasaan atas setiap manusia di dunia. Dan hebatnya, ‘presiden’ ini tak memerlukan wilayah daratan, tak memerlukan tentara dengan persenjatan lengkap yang mutahir, dan tak memerlukan tokoh agama yang mampu menjaring massa.

No one can say no to them. No one can stop them when their technology move on.

Tahukan anda, siapa sosok “presiden” yang saya bicarakan ini?

Mereka adalah Mark Zuckerberg, Bill Gates, Elon Musk, George Bezoz, Jack Ma, dan sejenisnya. Manusia-manusia yang tidak punya jabatan, tidak punya negara khusus, tapi menguasai seluruh negara, termasuk manusia-manusianya di dalamnya. Mereka adalah presiden tanpa negara, mereka tak membutuhkan tanah dan air, tapi ketergantungan manusia di seluruh dunia pada teknologi yang mereka miliki tak bisa ditandingi oleh presiden manapun dari negara besar manapun di dunia.

Mereka-merekalah yang mem-pursue revolusi industry 5.0 untuk terjadi di tengah masa pandemi. Sementara Presiden Jokowi dan negara besar yang bernama Indonesia, mengejar revolusi industry 4.0 saja belum berhasil.

Apa yang sekarang ini kita lihat atau tonton di film-film futuristik, seperti di dalam film “The Minority Report”, dimana polisi bisa pergi ke masa lalu untuk menghentikan kejahatan di masa depan, kecanggihan teknologi yang diperlihatkan bukan hal mustahil satu hari nanti menjadi kenyataan. Screen yang terbuat dari kaca, semua program bisa digerakkan dengan hanya sentuhan tangan, maka terbukalah akses 8 dimensi di depan mata. Sekarang saja handphone transparan sudah mulai dikembangkan. Sementara teknologi per-gadget-an sudah tak bisa lagi dikatakan. Dan itu semua begitu menguasai kehidupan sosial dan budaya manusia di dunia.

Tak usah jauh-jauh ke masa depan, sekarang saja kalau aplikasi whatsappmu atau akun media sosialmu di-hack, kalian pasti sudah merasa kelabakan. Hidupmu langsung terasa berantakan. Itu baru dari masalah pencurian akun media sosial atau akun whatsapp yang dicuri. Belum kalau kita bicara data base satu negara di-hack, pasti sudah chaos.

Kemungkinan lain, kalau tiba-tiba ‘presiden’ dunia maya secara bersama-sama memutuskan untuk menghapus seluruh program dan perangkat yang mereka ciptakan dengan maksud ingin mengembalikan kehidupan manusia abad 21 ini Kembali ke kehidupan jaman batu dulu, siapa yang bisa menghentikan mereka? Tidak ada!

So go back to the main issue… Pandemi Covid-19 ini diturunkan Tuhan ke dunia sekarang, untuk dijadikan masa perenungan tentang teguran Tuhan pada manusia yang mengisi kehidupan tanpa mengingat bahwa DIA itu ada. Jika kita percaya bahwa setiap mahluk hidup adalah ciptaan Tuhan, maka kitapun akan percaya bahwa virus corona pun adalah ciptaan Tuhan, bukan ciptaan negara China. Berhati-hati dan menghindari menjadi utama. Bukannya malah menolak tidak percaya, lalu menantang-nantang, pas sudah disentuh, eeeh mati juga.

Jika Jokowi mengibaratkan Pandemi covid ini seperti api, api yang mampu dikendalikan tetapi juga mampu membakar hutan, maka upaya-upaya pelengseran Jokowi di masa pandemi akan sia-sia jika kelompok makar tak menguasai teknologi. Lah mau demo besar-besar bagaimana, negara sudah menggariskan UU dan peraturan tentang Kekarantinaan Kesehatan, menetapkan PPKM, yang mengharuskan orang tak boleh berkeliaran tanpa tujuan. Makar di dunia maya hanya akan berhasil jika kelompok makar ini berhasil merayu presiden dunia maya. Tapi untuk hal ini tentu saja sangat mustahil. Artinya, Indonesia masih aman kawan! Kalau soal keluhan-keluhan, dari dulu mengeluh sudah menjadi hobi dan kebiasaan. Ditanggapi sukur, tidak ditanggapi ya tidak apa-apa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here