Penulis: Nurul Azizah
Alhamdulillah libur Hari Raya Idulfitri telah usai. Senin, 9 Mei 2022 keluarga besar Yayasan KH. Mudrik Abdullah Semarang mengadakan acara halal bil halal besama bapak ibu guru dengan ketua yayasan.
Yayasan KH. Mudrik Abdullah diambil dari nama pendiri sekaligus pengasuhnya, yaitu Dr. KH. Mudrik Abdullah, S.Ag, MM. Yayasan tersebut beralamat di Jalan Ngumpulsari Raya no 12 Bulusan Tembalang Semarang.
Yayasan KH. Mudrik Abdullah menaungi beberapa pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal terdiri dari MTs dan MA Darut Taqwa, SD dan SMK Diponegoro. Sedangkan pendidikan informalnya Pondok Pesntren Darut Taqwa beserta puluhan anak cabangnya.
Dalam tausiyahnya Abah Mudrik (sapaan akrabnya) memberikan nasehat kepada bapak ibu guru yang hadir dalam acara tersebut.
Nasehat tersebut disampaikan dengan enak, sedikit humor dan penuh keakraban.
Tema acara halal bil halal tersebut, “Ujian dari Allah ya diterima dengan senang hati.”
Kesusahan adalah ujian demikian pula dengan kebahagiaan atau kenikmatan.
Kenikmatan adalah ujian, kalau orang sudah diberi kenikmatan, kebanyakan mereka melupakan Allah SWT, mereka menganggap setiap orang berhak untuk bahagia dengan usahanya dan kepandaiannya. Kemudian mereka lupa bersyukur dan melakukan hal-hal yang kelewat batas. Mereka sombong, takabur dan membanggakan diri sendiri atas kesuksesannya. Yang dikejar duniawinya saja sementara urusan ibadahnya terbengkalai.
“Yang menyenangkan adalah ujian yang sedih juga ujian,” ucap beliau.
Dan ujian Allah kepada manusia berupa perkara yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (Qs. al-Anbiya’ : 35).
Allah akan menguji pada hamba-Nya kadang dengan musibah, kadang dengan kenikmatan. Allah akan melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang khufur. Siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa.
Allah juga menguji hamba-Nya dengan kesehatan dan sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, halal dan haram, petunjuk dan kesesatan.
Semua itu sudah ada dalam Al-Quran dan Al-Hadis. Jawaban sudah ada dari Allah.
Kalau yang menyenangkan membaca syukur, kalau yang menyedihkan membaca istigfar. Setiap permasalahan ada penyelesaian baik di al-Qur’an dan al-Hadis.
“Perbanyaklah berdzikir dari pada berfikir.” Berdzikir ada kepasrahan kita kepada Allah SWT. Orang-orang barat ahli berfikir tetapi tidak pernah berdzikir akhirnya ilmunya kurang dituntun oleh Allah SWT.
Jadi apapun ujian dari Allah terimalah dengan senang hati, itu sebagai sunnatullah. Kalau kita terima dengan senang hati, berarti kita disayang oleh Allah.
Mumpung masih hidup banyaklah berdzikir juga berfikir. Apalagi berdzikir kepada kepada Allah di masjid, di rumah Allah Insya Allah akan diangkat derajadatnya oleh Allah menjadi insan khamil.
“Sebagai dewan guru, untuk selalu menerima ujian sebagai suatu berkah kedekatan hamba kepada Allah SWT.”
Selain menasehati kami dewan guru tentang ujian hidup selama di dunia, Abah Mudrik juga membahas tentang perbedaan awal ibadah puasa Ramadhan 1443 H.
Perbedaan puasa membawa berkah, karena banyak mendapatkan lailatul qodar. Di Indonesia banyak lailatul qodar, karena banyak diantara kita yang mengawali ibadah puasa pada hari yang berbeda.
Lailatul qodar adalah satu malam yang penting yang terjadi pada bulan Ramadhan, dalam al-Qur’an disebutkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Kita sudah dipertemukan Bulan Rajab, Syakban dan Ramadhan. (Bulan Rajab itu artinya menanam, Syakban itu menyiram, Ramadhan panen). Jadi selama orang mau berpuasa di Bulan Ramadhan berarti kita sudah memanen apa yang kita tanam dan kita pelihara (siram)
Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhor, ngendikan, “Setiap malam Ramadhan adalah lailatul qodar, cuma tanggal pastinya Allah yang Maha Tahu.”
Abah Mudrik juga berpesan kepada bapak ibu guru, untuk tidak meninggalkan sholat fardhu secara berjamaah di Masjid. Selain itu juga menghimbau kepada bapak ibu guru untuk menjalankan sholat sunah qobliyah dan ba’diyah.
Lailatul qodar bukan untuk sombong-sombongan, untuk dipamerkan, tapi untuk memperbaiki diri kita sendiri. Lailatul qodar ada di Bulan Ramadhan masalah tanggal itu rahasia Allah.
Malam 17 Agustus 1945, itu juga malam 17 ramadhan bisa jadi malam itu malam lailatul qodar. Jadi malam-malam ganjil 21, 23, 25, 27, 29 atau malam-malam ganjil di 10 terakhir Bulan Ramadhan belum pasti malam lailatul qodar.
“Habis lebaran ini, bagaimana puasa kita, sholat kita, baca Al-quran kita. Bapak ibu guru meningkatkan lagi kesabaran, kebaikan, amal sedekah dan yang lainya.”
“Kita juga mendukung pemerintah dengan segala kebijakannya, jangan mau diadu domba oleh kelompok oposisi. Berpandai-pandailah memilih pemimpin masa depan bangsa, jangan mau dibentur-benturkan dengan sesama anak bangsa.”
“Bapak ibu guru, tetaplah menjalankan tugas dengan senang hati, jadikanlah profesi guru sebagai ibadah.”
Yang memuaskan kita adalah kita mendapatkan ridho dari Allah SWT.
Diakhir ceramahnya Abah Mudrik dan keluarga minta didoakan untuk selalu sehat, kita semua sehat, dimudahkan rejekinya, keluarga sakinah mawadah warrohmah dan lain-lain. Doa yang sama juga ditujukan kepada bapak ibu guru beserta keluarga.
Ceramah halal bil halal pagi itu diakhiri dengan doa akhir majelis dan bapak ibu diajak foto bersama Abah Mudrik di lingkungan pondok pesantren Darut Taqwa Semarang.
Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi”, minat hub. penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.