Tujuh Instruksi Konkret Presiden Jokowi Atasi Ancaman Banjir Besar di Jakarta

SintesaNews.com – Dalam pertemuan dengan wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat, 17 Januari 2020, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa penanganan banjir di Jakarta memerlukan koordinasi dan kerja sama berbagai pihak dalam satu garis. Untuk itu, penanganan menyeluruh dari hulu hingga hilir perlu dilakukan secara sinergis.

Berikut ini 5 instruksi Presiden Jokowi yang patut dicatat dan dikerjakan oleh masing-masing pemangku kepentingan.

1. Satu Garis

-Iklan-

“Sudah saya rapatkan, penanganan ini dari hulu sampai hilir itu harus satu garis. Enggak bisa kerja sendiri-sendiri,” kata Presiden.

2. Bangun Bendungan di Hulu dan Rehabilitasi Hutan

Di bagian hulu, pemerintah telah mengupayakan pengendalian banjir di ibu kota dengan membangun dua bendungan untuk mengendalikan debit air sungai Ciliwung. Selain itu, juga dengan melakukan rehabilitasi hutan, terutama di daerah rawan longsor.

“(Jika) daerah tangkapan hujan di sana tidak diperbaiki, run off water yang masuk ke bawah akan semakin banyak, baik itu ke Bekasi, ke Jakarta, maupun ke Banten. Problemnya ada di situ,” imbuhnya.

3. Bangun dan Perbanyak Embung di Hulu

Pembangunan embung juga perlu dilakukan sebanyak-banyaknya di bagian hulu. Menurut Presiden, kini embung-embung di hulu hanya tinggal separuhnya, dari yang awalnya berjumlah sekitar 800 embung.

“Nah itu harusnya didorong untuk dibuat lagi. Yang di atas itu urusannya pusat,” tambahnya.

4. Lebarkan Semua Sungai di Jakarta

Sementara itu, di bagian tengah, upaya pengendalian banjir bisa dilakukan melalui pelebaran semua sungai yang ada di Jakarta, bukan hanya Sungai Ciliwung. Untuk pengerjaannya, Presiden mengatakan, pemerintah provinsi penyangga ibu kota bisa berbagi peran dalam sebuah visi besar.

“Sungai semuanya dilebarkan. Teknisnya mau pakai normalisasi, pakai naturalisasi silakan. Tapi dilebarkan semua sungai. Itu yang tengah, semua sungai harus dilebarkan,” jelasnya.

5. Perbanyak Waduk dan Pompa Air

Adapun di bagian hilir, Presiden mengatakan bahwa waduk-waduk dan pompa-pompa air harus diperbanyak.

6. Bangun Giant Sea Wall

Selain itu, Kepala Negara berujar bahwa di bagian hilir juga harus dibangun tembok laut raksasa untuk menahan air masuk ke Jakarta sebagai imbas dari naiknya air laut.

“Di ujung masih ada lagi, kita berhadapan dengan yang namanya rob, air laut itu naik terus, sehingga perlu yang namanya giant sea wall itu untuk menahan air masuk ke Jakarta. Jakarta ini cekung. Pembagiannya silakan tanyakan ke Kementerian PU. Dan pembangunan ini bertahap tapi harus segera dilakukan,” paparnya.

7. Dikerjakan

“Dulu dibangun Banjir Kanal Barat, kemudian dibangun Banjir Kanal Timur, kemudian ada normalisasi Kali Cipinang, kemudian normalisasi Kali Pesanggrahan. Silakan yang lain, kan yang penting segera dikerjakan di lapangan. Kalau saya prinsip itu saja,” tandasnya.

Instruksi yang jelas dan tegas ini mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan, dalam hal ini yang semestinya paling berperan adalah para Kepala Daerah sebagai leading sector untuk merealisasikan solusi konkret ini. Kuncinya: dikerjakan, jangan sampai tidak apalagi malah menghambat bahkan merusak.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here