Penulis: Erri Subakti
Saya pernah kerja jadi SJW (social justice warrior) di sebuah LSM yang memperjuangkan masalah HAM di jaman orde baru. Dan saya tau gimana entry data utk “mengukur” jumlah pelanggaran HAM. Karena tau bagaimana data-data bisa diotak atik untuk tujuan framing opini tertentu, jadi ga aneh kalau ada LSM international maupun lokal yang punya angka-angka “serem”, tingkat demokrasi yang turun dsb.😀
Masalahnya adalah, pemerintah ga melakukan “perhitungan-perhitungan” soal indeks demokrasi juga. Atau LSM yang pro pemerintah. Biar kebuka faktanya, sebenarnya tingkat demokrasi di Indonesia bagaimana.
Jumlah organ relawan Jokowi yang tumbuh begitu banyak, itu aja sudah bisa menjadi salah satu indikator tingkat demokrasi tinggi.
Kemunculan relawan-relawan dari pihak oposisi pemerintah juga terbuka lebar.
Demonstrasi berjilid-jilid sejak jaman Ahok bebas beribu-ribu orang bahkan mencaci maki Ahok, beribu orang melontarkan kata-kata “bunuh-bunuh si Ahok”, kofar kafir, bebas.
Itu indikator demokrasi yang harus dilihat SJW.
Jumlah partisipan yang mencoblos untuk capres cawapres, cagub cawagub, cabup, cawalkot, yang persentasenya semakin tinggi, tanpa tekanan pemerintah, dan bebas tanpa dampak kerusuhan, itu jadi indikator kuat demokrasi Indonesia PALING HEBAT sedunia.
Masuknya gerbong oposisi ke dalam kabinet pemerintahan, menunjukkan demokrasi yang sengit bisa berakhir dengan persatuan.
Itu indikator negara yang tingkat demokrasinya tinggi. Tak hanya tinggi tapi juga kokoh.
Kelompok separatis seperti GAM, pemimpinnya bisa jadi Gubernur di Aceh dalam Pilkada, hebat banget demokrasi di Indonesia.
Caci maki presiden aja bebas. Fitnah Jokowi PKI, anak Oey Hong Liong, dll dsb. Bebas…
Jangan percayalah sama lembaga SJW, apalagi dari asing. Ada agenda terselubung. Data-datanya juga ga mungkin mereka buka.
Demokrasi Indonesia turun? Utekmu meletek.
Wah panjang.😁😬🙏🏻