Tesis Kiai Imaduddin Utsman Mendapat Dukungan dari The Power Netizen +62

Penulis: Nurul Azizah

Rakyat Indonesia saat ini banyak menggunakan platform media sosial, baik itu Facebook, Tik Tok, Instagram, Twitter (X), WhatsApp, YouTube dan lain sebagainya. Tanpa disadari pengguna jaringan internet di Indonesia bertambah pesat. Menurut informasi dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pengguna internet Indonesia tahun 2024 mencapai 221.563.479 jiwa dari total populasi 278.696.200 jiwa penduduk Indonesia tahun 2023. Peningkatan ini dikarenakan banyaknya pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia.

Penyebaran informasi lebih efektif menggunakan platform medsos. Pengguna internet melakukan kegiatan lewat medsos. Mereka disebut dengan istilah warganet atau netizen.

-Iklan-

Perbincangan yang lagi viral saat ini ya membahas tesisnya Kiai Imaduddin Utsman Al Bantani. Dalam tesisnya menyatakan bahwa secara ilmiah nasab klan Ba’alawi terputus dari jalur keturunan Nabi Muhammad SAW. Tokoh-tokoh Ba’alawi di Indonesia jumlahnya banyak, mereka biasa dipanggil habib atau habibah yang menurut sebagian masyarakat terlanjur diyakini sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.

Sudah 1,5 tahun lebih tesis Kiai Imad tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai ke luar negeri. Banyak pro dan kontrak antara satu dengan yang lainnya. Tentu saja masyarakat pribumi sangat menghargai penelitian yang dilakukan oleh Kiai Imaduddin. Karena dengan penelitian ini masyarakat semakin yakin bahwa habib dan habibah di Indonesia memang bukan keturunan Kanjeng Nabi. Banyak oknum habib yang akhlaknya tidak mencerminkan akhlak seorang kekasih Allah.

Yang tampak di Indonesia malah para oknum habib memamerkan kesombongan dan merasa paling Islam dibandingkan pemeluk Islam lainnya.

Kiai Imad mengirimkan surat kepada Rabithah Alawiyah (RA) untuk membuktikan apakah benar klan Ba’alawi Yaman itu keturunan Kanjeng Nabi. Surat itu berupa 12 pertanyaan yang sampai sekarang belum ada jawabannya.

Pihak RA cuma memberi balasan hanya berupa narasi-narasi yang tidak disertai dengan penelitian ilmiah. Seharusnya penelitian ilmiah Kiai Imad ya dibalas dengan penelitian ilmiah dari RA. Tentunya RA bisa menghadirkan kitab nasab yang sejaman dengan Ubaidillah. Penelitian ini tentunya memerlukan waktu yang lama. Kalau tidak mau mengadakan penelitian untuk menjawab tesisnya Kiai Imaduddin ya melakukan tes DNA.
Itulah yang diminta oleh masyarakat Indonesia yang ingin tahu habib dan habibah benar-benar
keturunan Kanjeng Nabi atau bukan. Yang sudah melakukan tes DNA terbukti mereka bukan keturunan Kanjeng Nabi.

Seharusnya pihak RA menerima kenyataan ini. Tapi apa yang terjadi pihak RA malah menghimpun para pecinta habaib (muhibbin) untuk menyerang siapa saja yang membela Kiai Imad.

Para netizen +62 selalu hadir dalam perbincangan yang ada di media sosial. Begitu juga warganet pembela tesisnya Kiai Imad. Mereka sudah cerdas dan waras. Rata-rata warganet ini kompak tanpa dikomando memberi komentar yang menolak Ba’alawi Yaman.

Kekuatan netizen +62 dalam menggerakkan isu yang ada di Indonesia tidak perlu diragukan. Perbincangan paling hangat saat ini ya tesisnya Kiai Imad tentang nasab habib Ba’alawi.

Untuk menambah wawasan dalam menuangkan ide dan gagasan, penulis sering membuka YouTube entah dari yang pro atau kontra dengan Kiai Imad. Youtube yang pro kiai, kalau ada komentar tidak penulis baca ya malah mendengarkan kajiannya kiai-kiai pendukung. Tapi kalau youtubenya para muhibbin bagi penulis wajib membaca komentar yang ada.

Para netizen 62 ini tanpa dikomando sangat kompak. Di bawah ini beberapa komentar yang penulis sertakan, antara lain:
Dari akun @Blangkon.Biru6939 “Gampang saja, biarkan ngaku-ngaku keturunan Nabi Muhammad ternyata tidak punya bukti apapun, kalau perlu pasal hoak diberikan tanpa bukti maka tinggalkanlah habib Ba’alawi Yahudi Askenazi Kaukasus.”

Akun @user-tc7dt8db5p berkomentar: “jalan keluar polemik nasab yang jitu adalah, semua warga NU dan masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, tinggalkan, habib dan pengikutnya, jangan hiraukan dia jauhi sejauh jauhnya.

Dari akun @sudartodimejo9088 komentar: “Ba’alawi itu ibaratnya maling teriak maling ketahuan ngibul bin korofat. Intinya dideportasi saja demi keamanan dan kenyamanan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.”

Akun @WhoMe-lw6owz komentar: “Mantap semoga banyak yang sadar habib Ba’alawi bukan dzuriyah Rasulullah SAW.”

Akun @MarwahAdinata komentar: “lanjutlah saya berdoa kepada Allah SWT, sombongnya mereka Allah membuka aibnya.”

Masih banyak lagi komentar dari warga net yang hampir semua membela Kiai Imad padahal itu video menunjukkan kekerasan hati para muhibbin beserta majikannya. Kalaupun ada yang tidak suka dengan Kiai Imad komentar sangat kasar lebih ke ujaran kebencian.

Dari banyaknya pendukung Kiai Imad, warganet memiliki julukan khusus yaitu The Power Of Netizen +62. Alhamdulillah lewat komen-komen Kiai Imad mendapat dukungan dari kekuatan netizen +62.

Karena kekuatan netizen inilah orang tanpa sadar ikut menjadi bagian pendukung tesis Kiai Imaduddin. Karena kehidupan online yang dijalankan masyarakat sekarang adalah bentuk partisipasi.

Pendapat netizen di medsos berpengaruh pada pola pikir cerdas dan waras yang sangat luar biasa. Netizen +62 mengudara secara spontan membela Kiai Nusantara untuk memberikan dukungan. Tindakan warganet semakin memperkuat animo masyarakat. Mereka semua ingin berpartisipasi melalui online ataupun offline.

Pergerakan aktivitas digital merupakan perkembangan seiring perubahan zaman, dan Kiai Imad berada diantara para netizen +62. Dengan mudah para warganet merespon ceramah dari Kiai Imad untuk mempertahankan tesisnya dan itu menyebar cepat melejit tanpa batas ruang dan waktu.

Kepada Kiai Imad yang sudah viral di kalangan warganet sebaiknya terus memberikan edukasi. Bahwa warganet perlu terus belajar untuk meningkatkan literasi : “Nasab Ba’alawi itu terkait dengan kemanusiaan yaitu kesetaraan.”

Yang diperjuangkan Kiai Imad itu kemanusiaan, yaitu kesetaraan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan yang memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama antara manusia satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang lebih mulia karena nasab, tetapi orang yang mulia adalah mereka yang paling bertaqwa kepada Allah SWT.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here