Tak Hanya Wig dan Bulu Mata, Knalpot Purbalingga Juga Mendunia

SintesaNews.com – Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah merupakan sentra produsen knalpot terbesar di Indonesia. Total sekitar 700-1.000 pengrajin menggantungkan hidupnya dari pembuatan knalpot secara manual tanpa mesin atau custom.

Industri rumahan knalpot di Purbalingga ini menyebar di berbagai wilayah di Kabupaten tersebut. Seperti di Desa Kembaran, Kecamatan Purbalingga hampir rata-rata warganya merupakan salah satu sentra pengrajin knalpot.

Para pengrajin knalpot Purbalingga konon sudah ada sejak tahun 1960-an dan menjadi icon kota ini. Mereka juga berupaya mematenkan merek-merek para pengrajin knalpot Purbalingga agar dapat mempunyai pangsa pasar tersendiri hingga dituntut berstandar otomotif.

-Iklan-

Asosiasi Pengrajin Knalpot Purbalingga (Apik Bangga) yang baru berdiri sekitar tahun 2018 terus menggenjot para pelaku industri knalpot agar mempunyai merek sendiri.

Saat ini Apik Bangga mengaku baru mempunyai anggota sekitar 250an dari total jumlah pengrajin knalpot di Purbalingga sebanyak 700-1.000 pengrajin.

“Kami ada merek yang sudah di patenkan, hampir semua itu sekitar 100-an merek sudah diproses. Yang sudah jadi hanya 10 merek lokal Purbalingga, karena ada kewajiban (anggota) Apik Bangga harus punya merek sendiri,” kata Penasehat Apik Bangga, Agung Sudrajat dilansir dari media online tahun lalu.

Dia mengatakan jika sebenarnya banyak knalpot lokal Purbalingga yang telah bermerek dan dikenal oleh masyarakat, seperti Alpino, DRC, Abenk Makler. Namun demikian knalpot merek lokal Purbalingga kurang bersaing, malah lebih bersaing di sisi kualitas produk yang sudah mendunia.

“Kalau sebenarnya bersaing itu hanya mereknya saja. Kalau kualitasnya kami diakui bukan hanya di Indonesia saja, karena kami keluar negeri itu hampir kayak mainan, setiap hari maketin (kirim paket) ke sana (ke luar negeri), cuma merek saja kami kalah. Tapi kalau kualitas, sisi suara, sisi apa Insya Allah berani,” ucapnya.

Knalpot-knalpot dari Purbalingga diekspor ke beberapa negara seperti Australia, Arab, Swedia dan diakuinya seluruh Asia hampir semuanya pernah dikirimkan knalpot dari Purbalingga. Namun lagi-lagi knalpot Purbalingga yang menuju ke negara negara tersebut polos tanpa merek, atas permintaan si pemesan.

“Kalau ke luar negeri polos tanpa merek nanti di- branding di sana, tapi itu karena pesanannya sana. Kami misalkan bikinnya Creampie, kami sebetulnya jualnya polos, dari pihak pemesan yang memasang merek,” jelasnya.

Maka dari itu, untuk menyiasati dan mengenalkan merek knalpot dari Purbalingga ini, pihaknya kadang menyisipkan 1-2 mereknya dalam setiap pengiriman ke luar negeri.

Sekali produksi, kata Agung bisa mencapai 400-600 unit untuk merek knalpot Red Line. Tapi untuk pengiriman ke luar negeri hanya berkisar 10 persen, sisanya merupakan pasar Indonesia, dengan omzet per bulannya Rp 80 juta.

Suprianto, salah satu produsen knalpot dengan merek RAS saat ini mempunyai 60 orang pekerja dan produknya sudah berjalan di Belanda serta tengah promosi di Italia untuk jenis knalpot Vespa. Untuk menuju pasar itupun melalui proses yang panjang, mulai dari menjual knalpot polosan hingga menyisipkan produknya dalam setiap pengiriman hingga akhirnya dikenal.

Diakuinya jika harga knalpot saat ini tengah anjlok akibat persaingan dalam industri tersebut. Bukan hanya di Purbalingga saja, persaingan itu dikatakan dia juga dengan daerah lain seperti Tegal, Surabaya dan Yogyakarta.

“Tapi saya membanggakan produk Purbalingga tidak pakai mesin dan dikerjakan manual, itu ada seninya sendiri. Hebatnya lagi hanya nunjukin gambar saja kami sudah bisa buat custom. Cuma jeleknya kami itu jualnya tanpa merek, yang kasih merek tokonya, ya mulai sekarang sudah mulai kami sisipkan merek kami,” ucapnya.

Di Purbalingga, industri knalpot ada sejak tahun 60an dan dari tahun ke tahun terus meningkat, hingga di tahun 80-90 an knalpot Purbalingga berada pada masa keemasannya. Namun kini mereka dituntut agar produknya harus berstandar otomotif untuk mendongkrak kualitasnya.

Lanjutkan membaca: Kisah perjalanan industri knalpot Purbalingga, awalnya sama sekali enggak ada hubungannya dengan knalpot motor.

Asal Mula Industri Knalpot Purbalingga, Berawal dari Peralatan Rumah Tangga

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here