Sudahkah Ganjar dan Relawannya Angkat Isu yang Jadi Concern Gen Z-Milenial?

Penulis: Erri Subakti

Ini Tiara, alumni Psikologi UI lulus tahun 2019. Tiara menjadi dirigen untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya pada Deklarasi Alumni UI Garda Pancasila mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024, pada Minggu, 4 Juni kemarin.

Saat menyanyikan lagu kebangsaan itu, saya gagal fokus bukan karena suara saya fales banget. Tapi melihat fashion yang dikenakan Tiara, terutama bawahannya.

-Iklan-

Saya langsung tertarik karena mau beliin bawahan seperti itu untuk putri saya. Lucu juga kayaknya.

Usai Indonesia Raya, saya tanya Tiara beli di mana, karena saya mau beliin untuk putri saya.

“Ini beli di thrifting,” katanya.

What?

Seperti diketahui pada pertengahan Maret lalu pemerintah melarang thrifting.

Menurut Menteri Perdagangan Kipli, dan senada dengan Menkop UMKM Teten, thrifting itu membuat produk-produk UMKM tak laku.

Kontan Adian Napitupulu protes keras. Menurut Adian, UMKM kurang diminati bukan karena thrifting digemari anak muda which is milenial dan gen z.

Itu karena produk-produk UMKM-nya yang kurang bisa bersaing dari segi kreativitas, model, bahan, dan mungkin teknik pembuatan fashionnya.

Adian menyalahkan Menkop UMKM dan Mendag yang kurang bisa membina UMKM. Hanya mengandalkan peraturan melarang impor pakaian bekas.

Ya wajar sih Menkop UMKM ga punya background pembinaan UMKM, Mendag pun cuma pengalaman “jual lahan hutan jadi HGU”.

Kembali ke soal isu-isu apa yang sebenarnya berkembang di kalangan gen z dan milenial, sudahkah para relawan Ganjar dan juga Ganjar sendiri menyerap dan menyuarakan apirasi mereka?

Karena 60% pemilih pada Pemilu 2024 adalah kalangan mereka. Isu-isu jadul bahkan isu 5-10 tahun lalu sudah gak di-‘notice‘ oleh mereka. Mereka akan concern untuk memilih pilihan politiknya jika para kandidat dan pendukungnya mau mendengar dan menyuarakan kepentingan mereka.

Apa aja sih concern mereka dan “cara hidup” mereka sekarang? Salah satunya kenapa mereka suka thrifting. Mungkin di era kini, anak-anak muda tidak lagi berlomba-lomba menjadi “nomor 1”, mungkin mereka lebih senang menjadi “yang satu-satunya”. Mungkin…

Pahami dan peduli kebutuhan mereka. Itu kuncinya.

IMHO.

(Erri Subakti)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here