Sjam Kamaruzaman, Sang Double Agent PKI?

Penulis: Erri Subakti

Awal Agustus 1965, Dipa Nusantara Aidit kembali ke Indonesia dari kunjungannya ke Tiongkok. Ia galau dengan kabar sakitnya Presiden Soekarno saat itu.

Kegalauannya ini adalah pikiran apabila Bung besar itu meninggal dunia, maka tampuk kepemimpinan negara akan diambil alih oleh militer yang saat itu panglima-nya sangat anti terhadap PKI, Jenderal Ahmad Yani.

-Iklan-

Aidit memanggil Sjam Kamaruzaman. Ia tuangkan pikirannya. “Kita harus mendahului, atau didahului,” kira-kira seperti itu yang ia katakan pada tokoh agen rahasia PKI ini.

Sosok Sjam Kamaruzaman tidak banyak diketahui oleh banyak petinggi PKI, hanya Aidit dan paling 3 orang Politbiro PKI yang mengetahui Sjam memegang kendali ‘tugas rahasia’ PKI, Biro Chusus PKI.

Sjam bukan orang yang sembarangan dalam dunia intelijen. Ia bisa keluar masuk markas TNI dengan ‘bekal’ surat yang menyatakan bahwa ia merupakan intel, bahkan ia punya kartu intel.

Pada masa itu memang banyak anggota TNI yang juga anggota PKI, bahkan hingga ke pucuk pangkat Brigadir Jenderal, seperti Brigjen Soepardjo yang juga terlibat dalam G30S/PKI.

Dengan koneksi militernya yang cukup lumayan Sjam langsung bergerak dengan anak buahnya yang tak sampai 5 orang di Biro Chusus. Rapat-rapat persiapan untuk mewujudkan gagasan Aidit dilangsungkan 10 kali dalam kurun waktu kurang dari 2 bulan.

Biro Chusus rapat berpindah-pindah, kadang di rumah Sjam atau di rumah anggota lainnya.

Tanggal 26 September 1965, istri Brigjen Soepardjo mampir ke rumah Sjam. Kesempatan ini juga digunakan Sjam untuk membuat istri Soepardjo mengirimkan kawat, pesan agar Soepardjo kembali ke Jakarta dari tugasnya di perbatasan Indonesia-Malaysia.

Aidit sangat mempercayai Sjam. Sjam selalu ‘omong besar’ bahwa kekuatan militer yang mendukung PKI sudah kuat untuk membantu G30S/PKI. Nyatanya tak sampai 1 hari, kekuatan militer yang ‘dijanjikan’ Sjam, tak kunjung tiba.

Pasukan yang persiapannya belum matang mengira operasi tetap dilakukan karena Aidit meminta demikian.

Aidit tetap memutuskan untuk tetap melaksanakan operasi karena percaya Sjam, bahwa pasukan sudah siap.

Jadilah Sjam menjadi tokoh sentral dalam G30S/PKI ini.

Sosok seperti Sjam ini saat dipenjara pun memiliki banyak keistimewaan. Ia bertempat di sel besar, dan di dalamnya diperbolehkan menyimpan tas-nya yang berisi tumpukan uang yang banyak. Hal ini pernah disaksikan oleh anak Sjam yang menjenguk ayahnya di tahanan politik. Sjam pun di dalam tahanan bisa bebas keluar masuk sel, berjalan-jalan di halaman atau berkeliling sel, dan bercocok tanam di halaman penjara.

Kok bisa begitu? Apakah Sjam seorang double agent?

Tak pernah ada yang tau….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here