Penulis: Andre Vincent Wenas
Sekali peristiwa terjadi kehilangan seekor kuda pacu (yang tentu mahal sekali harganya) di malam sebelum hari pacuan kuda berlangsung.
Maka Sherlock Holmes pun diminta untuk menyelidiki kasus ini.
Perhatikan percakapan Sherlock Holmes dengan Gregory (sang penyidik dari Scotland Yard), begini:
Gregory: “Is there any other point to which you would wish to draw my attention?” Sherlock Holmes: “To the curious incident of the dog in the night-time.” Gregory: “The dog did nothing in the night-time.” Sherlock Holmes: “That was the curious incident.”
Kira-kira terjemahannya begini,
Gregory: “Apakah ada hal lain yang ingin Anda katakan yang perlu saya perhatikan?” Sherlock Holmes: “Atas insiden yang aneh tentang anjingnya di malam hari itu.” Gregory: “Anjing itu tidak melakukan apa pun di malam hari itu.” Sherlock Holmes: “Itulah kejadian yang aneh.”
Inferensial, yaitu aktivitas intelektual dalam menarik kesimpulan dari indikasi yang ditemukan. Kalau anjing itu tidak berbuat apa pun (artinya tidak menyalak) saat pencuri itu masuk ke kandang kuda maka bisa ditarik kesimpulan bahwa… (simpulkan sendiri deh…)
Kalau petugas pengawas anggaran daerah (APBD) yaitu legislatif (DPRD) tidak menyalak saat tahu banyak anggaran yang hilang dalam pengelolaan eksekutif (Pemda: Gubernur, Bupati/Walikota), maka bisa disimpulkan bahwa… (simpulkan sendiri deh…)
Akhir-akhir ini beberapa kalangan bertanya pada saya, apa prestasi yang sudah dilakukan PSI? Kok gemar amat menyinyiri Kepala Daerah?
Ini pertanyaan yang sah-sah saja, dan tentu perlu direspon dengan baik.
Partai Solidaritas Indonesia adalah partai politik, yang tugasnya merekrut kader-kader terbaik bangsa (yang jelas bukan mantan koruptor!) untuk bisa ikut dalam kontestasi politik dan menempatkan mereka di parlemen (legislatif) dan di pemerintahan (eksekutif).
Tujuannya jelas “bonum-publicum”, artinya demi sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu direkrut dan dibina kader-kader yang jujur (berkarakter baik) dan cerdas (tidak blo’on). Supaya proses politik demokratis (jujur-adil-terbuka) bisa berjalan efektif.
Saat ini PSI punya kader yang duduk di kursi parlemen daerah. Tugasnya ya mengawasi eksekutif (Pemerintah Daerah: Gubernur, Bupati/Walikota) dalam mengelola anggaran (dan kebijakan): fungsi pengawasan, fungsi anggaran, dan fungsi legislasi.
Jadi adalah tugas partai politik (lewat kader-kadernya) untuk terus menjalankan fungsi ini. Bagi mereka yang duduk di parlemen tidak boleh kolutif (yang bisa berujung korupsi). Sedangkan yang di luar parlemen mesti berkontribusi dalam partisipasi politik aktif, lewat kritik dan sumbang-saran.
Sama-sama mesti menyalak, tak boleh gagu!
Sumbang-saran itu jelas beda dengan nyinyir. Kenyinyiran itu suara-sumbang, cenderung menghina pribadi (ad-hominem) yang selalu tidak relevan, alias lari dari subyek wacana. Bahkan sesat logika.
PSI dalam hal ini jadi seperti anjing penjaga (watch-dog) yang mesti menyalak tatkala memergoki pencuri anggaran. Dan mesti terus awas dan waspada jangan sampai ada kawanan perampok yang ikutan masuk ke banggar… eh kandang kuda.
Jadi singkatnya, yang sebetulnya mesti dipertanyakan adalah, kemana “anjing-anjing penjaga” yang lainnya?
Wuff… wuff…!!! (Guk… guk…!!!)
29/01/2022
Andre Vincent Wenas, pemerhati ekonomi-politik.