Penulis: Nurul Azizah
Baca sebelumnya: Menuju Satu Abad Usia NU, Berkhidmat Untuk NKRI
Sekarang sudah masuk tahun 2022, empat tahun lagi NU berusia 100 tahun atau satu abad.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Yahya Cholil Staquf menyampaikan bahwa tema satu abad NU adalah Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru.
Hal ini disampaikan saat konferensi Pers Kick Off Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto Jakarta, Senin (20/6/2022).
NU dikenal sebagai perkumpulan yang selalu terbuka terhadap problematika umat. Menjaga nilai-nilai tradisi Nusantara yang berguna bagi umat dan mengambil secara selektif nilai-nilai baru yang lebih berguna bagi umat.
Dalam menyongsong satu abad NU, Gus Yahya menyampaikan: “Di tubuh NU sendiri memiliki ulama-ulama yang cerdas dan pasti memiliki gagasan-gagasan bernas.”
Sinonim ‘bernas’ antara lain berbobot, berisi, berkualitas, bermakna, bermutu dan memiliki banyak karya dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
Gus Yahya dalam pidatonya, “Saya hanya menyampaikan gagasan-gagasan yang sudah disampaikan oleh kiai-kiai kita sejak lahirnya Nahdlatul Ulama sampai sekarang.”
Salah satu kiai NU yang nyentrik yang penulis ketahui seperti Gus Dur, Gus Mus (KH. Mustofa Bisri) dan Cak Nun. Beliau-beliau ulama NU tapi tidak pernah ngaku ulama, agar bisa merangkul semua elemen masyarakat.
Semua amalan yang diajarkan melalui musik, seni, budaya, sastra, sejarah dan lain-lain. Tidak lupa pula kiai-kiai tersebut mengajarkan amalan-amalan NU seperti sholawatan, tahlilan, manaqiban, ziaroh kubur, yasin dan tahlil, semak’an quran dan lain-lain amalan NU. Mereka memperkenalkan semuanya dengan semangat kebangsaan dan nasionalisme yang tinggi.
Ulama seperti Gus Dur, Gus Mus, Cak Nun dan lain-lain tidak akan terlahir setiap 50 tahun sekali. Akan sangat sulit menemukan ulama-ulama NU dengan karakter dan kekhasan seperti yang beliau-beliau miliki.
Menjelang satu abad NU pada tahun 2026 mendatang, Kiai Said Aqil Siradj juga berpesan kepada anak muda NU agar tetap berpegang teguh pada prinsip moderat dan toleran. Dengan demikian anak-anak muda NU tidak akan mudah terseret dalam cara berfikir yang kaku.
“Generasi muda NU, bagaimanapun, alumni mana pun, harus tetap berpegang pada prinsip tawasuth dan tasawuh. Moderat dalam hal apapun. Jangan sampai terdorong untuk berfikir liberal,” papar Kiai Said yang tayang di youTube NU online.
Kiai Said juga berpesan kepada kiai-kiai NU agar terus mendorong pendidikan nasional sehingga generasi NU mampu menghadapi era globalisasi.
“Memang itu berat, tapi tetap harus NU hadapi. Jadi pesantren didorong agar lebih terbuka, maju, memberi ruang kepada para santri yang intelektual dan berfikir bebas, tetapi tetap dalam pengawasan kiai agar tidak berfikir liberal dan mencintai NKRI.
Jadi warga NU yang kaffah dan cinta NKRI harus diterapkan kepada warga Nahdliyin menjelang satu abad NU, diantaranya:
1. Memiliki pola pikir dan sikap (fikroh) yang tawasuth, tegak lurus, dan tasamuh
Tawasuth atau sikap tengah-tengah tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri. Tegak lurus dengan PBNU dan tasamuh atau sikap toleransi antar umat beragama dan penganut kepercayaan.
2. Jam”iyyah yaitu mengikuti organisasi yang tersebar dalam organisasi NU
Atau mengikuti pengajian-pengajian dan amalan-amalan NU yang dibimbing oleh poro alim ulama dan kiai-kiai NU.
3. Memiliki ghirah atau semangat juang mewujudkan perjuangan NU
Dalam menjaga Agama Islam rahmatan lil alamin dan memperjuangkan dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semua itu sesuai dengan keinginan simbah KH. Hasyim Asy’ari agar warga NU ikut menyumbangkan fikirannya, termasuk berpolitik, menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk berdakwah (mengajar), juga ikut merukunkan umat Islam dan umat lainnya di Indonesia ini.
Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi’. Minat, hub. penulis 0851-0388-3445 atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.
Baca juga: