Penulis: AR Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal)
Refleksi jelang Hari Kebangkitan Nasional.
Perlu pemuda yang benar-benar patriotik, muda, beda dan berbahaya
Malam Ini teringat akan sebuah kehebatan, keberanian, dan kesabaran dari trio macan muda pada zaman “mendekati” kemerdekaan. Mereka adalah Sukarni, Chairul Saleh, dan Adam Malik.
Mereka bertiga aktif di Indonesia Muda. Merekalah bagian dari golongan muda yang bermental gila pada zamannya, namun sadar diri dan mau mendengar “petuah” dari “golongan tua”.
Begitulah selayaknya pemuda indonesia sekarang, nanti dan selamanya. Muda, beda dan berbahaya.
Saya mengutip salah satu strategi jendral perang (maaf lupa namanya) Vietnam tatkala mengalahkan imperialis Perancis, ”fast strike, fast victory to steady attack, steady advande,’’
intinya sabar dan istiqomah adalah kuncinya.
Bisa jadi pula kisah Sukarni dan golongan muda Indonesia saat itu melalui Indonesia Muda justru yang memengaruhi jendral Vietnam tersebut dalam keberhasilanya mengalahkan Prancis, yang sebelumnya karena beliau dan pasukanya terlalu semangat dan on fire menggebu-gebu malah mudah dikalahkan dan dihancurkan oleh Prancis.
Kembali ke Sukarni cs yang sedemikian bermentalnya menculik golongan tua Soekarno Hatta dengan membawanya ke Rengasdengklok.
Sukarni cs yang over heat dan hampir kudeta akhirnya mampu luluh, bersabar meski tetap ngotot dan keras karena disambangi dan dinasehati oleh tokoh STW yakni tidak muda juga tidak tua yang bernama Soebardjo.
Dan alhamdulillah Sukarni cs membawa kembali Soekarno-Hatta ke Jakarta, untuk selanjutnya meneruskan rapat PPKI yang sempat terhenti dan tertunda karena mental over heat Sukarni cs.
Dan alhamdulillah selang 1 ataupun 2 hari berikutnya Rumusan Teks Proklamasi berhasil disusun dan disepakati di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Jangan tanya alamatanya karena saat itu belum ada layanan Gojek Dan Grab.
Rumusan Hasil Teks Proklamasi yang telah rampung pun sempat terjadi debat, lagi-lagi oleh generasi muda Soekarni cs dan golongan tua Soekarno cs, awalnya Soekarno meminta seluruh orang yang hadir untuk ikut menandatangani naskah teks proklamasi, seperti Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat (USA nama resminya, bukan A*U). Namun ditentang oleh Soekarni yang mengusulkan agar hanya ada nama Soekarno – Hatta atas nama bangsa Indonesia di Naskah Teks Proklamasi, setelah disetujui oleh peserta yang lainnya, akhirnya disetujui.
Soekarni cs yang menculik Soekarno Hatta ke Rengasdengklok saat rapat-rapat genting PPKI tatkala berita kekalahan Jepang atas sekutu diketahui oleh golongan muda yang over heat, namun Soekarni pula lah yang mengusulkan Soekarno-Hatta menjadi Dwi Tunggal Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Begitulah Selayaknya Pemuda Indonesia, kini, nanti dan selamanya.
Harus bersatu, berjuang, berkhidmat, bermanfaat untuk Negeri.
Selalu kuat dalam rasa, pemikiran, pergerakan dan perjuangan untuk bangsa namun tetap menghormati para sesepuh pemimpin bangsa (yang benar benar pemimpin bangsa).
Jangan pernah percayakan Nasionalisme dan Kebangsaan kepada para pengkhianat bangsa para pemuja maupun pendukung terorisme, radikalisme, imperialisme dan para bangkotan tua yang hanya mementingkan uang, jabatan, nama, kepentingan, dan keluarga mereka sendiri.
Refleksi Jelang Hari Kebangkitan Nasional,
Pemuda harus menjadi tonggak Kebangkitan “Nasionalisme dan Kebangsaan”.
Karena Nasib Bangsa ditentukan oleh pemuda-pemudanya masa kini, dan di tangan para pemuda lah Nasionalisme dan Kebangsaan akan bangkit.
Jadilah Indonesia yang selalu berjiwa muda, beda dan berbahaya seperti Sukarni cs jelang Proklamasi kemerdekaan.
Jaga bangsa, bela negara, lestarikan Pancasila, merawat tradisi dan Budaya Nusantara.
Merdeka..!!!
Jelang Subuh, 150521
AR Waluyo Wasis Nugroho
Rumah Pancasila Jombang
GARDA BENTENG NUSANTARA
BERSATU BERJUANG BERGERAK BERKHIDMAT BERMANFAAT UNTUK NEGERI