Ramadhan Benar-Benar Pergi, Kita Sambut 1 Syawal 1444 H

Penulis: Nurul Azizah

Ramadhan bagi umat Islam adalah bulan yang selalu menghadirkan cinta dan kebahagiaan. Karena di bulan ini Allah telah menurunkan berkah dan rahmat yang tak terhingga nilai pahalanya. Bagi orang yang beriman, Ramadhan merupakan anugerah tersendiri. Semua amalan ibadah wajib dan sunah terus dikerjakan, menahan lapar dan dahaga, menahan amarah serta kedengkian hati. Hati dan lisan terus dijaga agar tidak merusak nilai ibadah. Sedekah dilakukan, amalan-amalan kebajikan terus dikerjakan, semata-mata meminta ampunan segala dosa dan pahala untuk investasi akherat.

Alhamdulillah kita umat Islam akhirnya bisa melakukan ibadah syaum dan ibadah-ibadah yang lain di bulan suci Ramadhan. Kenikmatan beribadah benar-benar terasa sekali dibandingkan ibadah di luar Ramadhan.

-Iklan-

Puasa sebulan penuh terasa ringan walau di luar udara terasa terik dan aktivitas kerja juga dilaksanakan. Rasa lapar dan dahaga bisa dilewati begitu saja. Sholat fardhu berjamaah juga tidak ketinggalan, terutama sholat isyak dan subuh tidak pernah tertinggal selalu dilakukan secara berjamaah, disamping juga sholat magrib, asyar dan dzuhur.

Dengan demikian kita patut bergembira karena disamping menambah pundi-pundi pahala, juga dosa-dosa kita terampuni oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Hurairoh RA yang artinya:

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Dari hadits tersebut secara konseptual bisa dimaknai sebagai “kembali suci,” kita mendapatkan ampunan dari Allah SWT, ini menyangkut hablum minallah.

Sedangkan hubungan dengan manusia (hablum minannas) kita saling maaf memaafkan satu sama lain. Kalau ini sudah kita lakukan dengan sendirinya kita menjadi suci lagi.

Ramadhan sebentar lagi meninggalkan kita semua. Di penghujung bulan, Ramadhan telah berkemas, meninggalkan kita semua, pergi jua entah ke mana. Sebelum pergi Ramadhan telah berkata, “Aku akan pergi jauh selama sebelas bulan ke depan, aku akan menghilang.”

“Sampaikan pesanku pada semua. Terima kasih telah menyambut kehadiranku dengan gembira serta menghiasi hari-hariku dengan sabar dan istiqomah.”

“Jika engkau merindukanku, maka perbanyaklah doa, semoga kita akan bertemu lagi di Ramadhan pada tahun yang akan datang, selamat tinggal.”

Sedih rasanya kita berpisah dengan Ramadhan, tapi setidaknya kita sudah digembleng dengan aneka ibadah wajib dan sunnah. Ramadhan ibarat bulan tarbiyah atau bulan pendidikan untuk rohani kita.

Semoga di luar Ramadhan kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah seperti puasa sunah 6 hari di bulan syawal, menjalankan sholat-sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu, menjauhi maksiyat, banyak mendengarkan ceramah keagamaan dan menambah literasi kita tentang keagamaan.

Meskipun Ramadhan telah usai, kitab suci Al-qur’an tetap dilantunkan. Qiyyamulail teruslah ditegakkan. Puasa sunnah terus dikerjakan. Sedekah teruslah ditunaikan. Tempat-tempat ibadah seperti masjid dan mushola terus dikunjungi untuk melaksanakan sholat fardhu berjamaah. Majelis ilmu, majelis dzikir dan sholawat teruslah dihadiri. Dzikir dan sholawat teruslah dilafalkan. Silaturahmi teruslah dijaga dan diakrabi. Insya Allah kita akan bertemu Ramadhan di tahun yang akan datang.

Kini Ramdhan benar-benar akan meninggalkan kita, apabila Ramadhan bisa berpesan kepada kita kemungkinan pesannya akan berbunyi:

“Assalamualaikum Warohmarullah hi Wabarokatuh .. ”
“Aku hendak pamit, aku akan pergi sebentar lagi.”

“Jika aku pergi nanti, tetaplah seperti ini. Tetaplah rajin mengaji ilmu.”

“Rajin membaca Al-Qur’an, jangan pernah tinggalkan sholat. Tetaplah bersholawat atas Rasulmu. Aku yakin, jika niatmu karena Allah, tanpa ada akupun, kau akan tetap menjadi yang terbaik.”

“Kau tetap bisa bersabar atas segalanya. Kau bisa melawan hawa nafsumu. Kau akan tetap bersedekah kepada siapapun. Lisanmu pun akan selalu berdzikir mengingat-Nya.”

“Jika aku sudah pergi nanti, jagalah imanmu, jaga dirimu, semoga kamu selalu istiqomah. Semoga Allah selalu meridhoi setiap langkahmu. Semoga kelak kita ketemu kembali, jika tidak, ku harap kita akan bertemu di syurga-Nya.”

Kita benar-benar berpisah dengan Ramadhan dan saatnya kita menyambut 1 Syawal. Semua umat bergembira, menyambut idul fitri yaitu kembali suci lagi, ibarat bayi lahir di dunia, suci tanpa noda. Semoga kita mendapatkan lailatul qodar, sehingga prilaku kita di luar bulan Ramadhan bisa terjaga.

Beruntung orang yang mau menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Ibadah untuk mendapatkan lailatul qodar, malam kemuliaan yang pahalanya sama dengan ibadah 1.000 bulan.

Kini Ramadhan telah berlalu dengan datangnya takbir… Allahu akbar Allahu akbar… Allahu akbar. Laa ilaha illallah wallahu akbar Allahu akbar walillah ilham.

Tangan terasa dingin.

Hati bergetar, air mata mengalir, badan menggigil, hati berkecamuk. Berbagai rasa menyatu, ketika kita mengumandangkan takbir, mengagungkan kebesaran Allah
hingga menyambut fajar menjelang 1 Syawal.

Betapa riang, senang hati kita bertakbir, sehingga kita tidak terasa telah berpisah dengan bulan Ramadhan yang penuh barokah, ampunan dan magfiroh.

1 Syawal hari yang menyenangkan karena telah lulus ujian menahan hawa nafsu selama satu bulan.

Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosa setelah melakukan ibadah Ramadhan sebulan penuh. Paling tidak, tanggal 1 Syawal umat Islam kembali makan pagi dan diharamkan untuk berpuasa.

Akan tetapi di lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya 1 Syawal adalah hari yang menyedihkan karena berpisah dengan Ramadhan.

Sebagai hamba hanya bisa berdoa, “Ya Allah hamba-Mu memohon ke haribaan-Mu, tuntunlah hamba-Mu ini untuk tetap beribadah di luar bulan Ramadhan. Karena ibadah di luar Ramadhan terasa sangat berat, sangat malas, penuh paksaan, penuh godaan dan penuh kepura-puraan.”

“Ya Allah sebelum Ramadhan datang lagi tahun depan, tuntunlah hamba-Mu ini untuk ibadah yang penuh keimanan dan keikhlasan. Buatlah hati ini bergetar mengucapkan Asma-Mu, bergetar mendengar ayat-ayat Mu.”

“Ya Allah Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami.”

“Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dari bujuk rayuan orang kafir seperti yang Engkau ajarkan dalam Al-Quran Surat Ali Imran 147. Ya Allah kabulkan doa kami.”

Laisal ‘ied liman libasuhu jadid Walakinnal ied liman imanuhu yazid…
Uhanniuka bi’idil fitri…
Minal aidin wal faizin.
Tidak ada kemenangan dengan pakaian yang baru, tampilan yang baru
Akan tetapi kemenangan itu untuk kemenangan keimanan.

Dengan datangnya idul fitri 1 Syawal 1444 H perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H.”

Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mohon maaf lahir dan bathin atas segala khilaf dan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.

Taqobbalallahu minna wa minkum, barakallah minna waminkum siamana wasiamakum.

Allahu akbar… Allahu akbar.. Allahu akbar walillahilham.

Nurul Azizah, penulis buku ‘Muslimat NU di Sarang Wahabi

Buku
Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” karya Nurul Azizah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here