Penulis: Erri Subakti
Jika BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan TNI sudah turun tangan ke dalam sebuah instansi, sudah barang tentu ada potensi ancaman radikalisme di dalam tubuh instansi tersebut.
Terlebih jika bibit radikalisme itu justru bersemai di Badan Usaha Milik Negara yang sangat vital yaitu PT Pertamina.
Tiga tahun silam BNPT sempat membantu PT Pertamina mengidentifikasi ancaman nonfisilk faham radikalisme di dalam tubuh perusahaan plat merah tersebut.
BNPT kala itu mengungkapkan paham radikal terorisme telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat hingga ke pemerintahan, tidak terkecuali di dalam PT Pertamina (Persero).
“Saya harap setelah ini kita bisa berbenah, melakukan identifikasi bila ada pegawai Pertamina yang dalam tanda kutip memiliki paham itu (radikal terorisme) sehingga bisa segera diberikan treatment-nya,” kata Kepala BNPT Suhardi Alius saat itu kepada para direksi Pertamina di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Suhardi mengatakan bahwa saat ini Pertamina telah menjalin kerja sama dengan TNI untuk mengatasi ancaman terorisme secara fisik, tetapi belum ada untuk mengatasi ancaman nonfisiknya.
“Ancaman nonfisik ini kan tidak kelihatan, pikiran orang kan kita tidak tahu. Bisa saja ada internal katakanlah pegawai yang sudah terpapar bisa saja berbuat hal-hal yang merusak Pertamina dari dalam. Oleh sebab itu, kami berikan pemahaman kepada direksi Pertamina dan jajarannya agar lebih aware,” tutur mantan Kabareskrim Polri tersebut.
Pada 3 tahun lalu juga Pangkostrad saat itu, Letjen TNI Besar Harto Karyawan, SH, M.Tr (Han), pernah memberikan ceramah pembekalan kepada peserta program pembelajaran wawasan umum nasionalisme dan kewaspadaan terhadap radikalisme pada program Pre Employment Training Batch 1 2019 PT. Pertamina (Persero), di Ballroom Mezzanine, Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina Gambir, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2019).
Lalu selang 3 tahun hingga sekarang, apakah ada evaluasi atas hasil identifikasi bibit-bibit radikalisme yang telah tumbuh di Pertamina?
Mengapa menjelang tahun politik 2024 ini terjadi insiden luar biasa yang memberi dampak sangat buruk bagi masyarakat, dengan terjadinya kebakaran di Depo Pertamina Plumpang.
Warga Koja, Jakarta Utara, pada Jumat malam kemarin (3/3/2023) dikejutkan dengan kebakaran hebat yang melanda Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) atau Depo Plumpang milik PT Pertamina (Persero).
Depo Plumpang yang merupakan Objek Vital Nasional ini terbakar pada pukul 20.20 Waktu Indonesia Barat (WIB).
Dilaporkan sebanyak 17 orang tewas dan 51 terluka atas peristiwa kebakaran di Depo Pertamina Plumpang.
Belum lagi dampak supply BBM dari Depo Plumpang yang mempengaruhi 20% pasokan BBM untuk masyarakat.
Depo Plumpang ini merupakan terminal BBM terpenting di Indonesia, lantaran Depo Plumpang menyuplai sekitar 20% kebutuhan BBM harian di Indonesia, atau ke sekitar 25% dari total kebutuhan SPBU Pertamina.
Thruput BBM rata-rata sebesar 16.504 kiloliter per hari dan wilayah distribusi utamanya meliputi Jabodetabek.
Peristiwa ini harus diusut tuntas mengenai sebab-sebab terjadinya ledakan. Bahkan bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan manusia atas peristiwa tersebut. Sangat-sangat membahayakan.
Baca juga:
Terkini 17 Tewas dan 51 Terluka Akibat Kebakaran Depo Pertamina Plumpang