Penulis: Nurul Azizah
Pemilu tahun 2024 sudah berlangsung tanggal 14 Februari yang lalu. Untuk perolehan sementara dimenangkan oleh pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Tentunya kemenangan ini disambut evoria oleh pendukungnya. Tidak pada pendukung paslon 01 Anies Cak Imin dan paslon nomor 03 Ganjar Prof Mahfud. Ini baru perhitungan cepat yang disebut Quick Count (QC) belum Real Count (RC) tapi keadaan seakan kemenangan benar-benar sudah terjadi. Padahal RC yaitu proses perhitungan dari seluruh TPS di Indonesia, baru dikumpulkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Penulis jelas kecewa dengan hasil pemilu 2024 kali ini, bagaimana tidak paslon 02 yang nota bene capresnya pelanggar HAM 1998 dan cawapresnya diangkat dengan menabrak aturan di Makamah Konstitusi (MK), dengan adanya keputusan MK nomor 90/PUU/XXI/2023.
Yang memutuskan usia capres cawapres sekurang-kurangnya 40 tahun atau yang berusia di bawahnya sepanjang telah berpengalaman menjadi pejabat negara dan/atau kepala daerah yang didapatkan melalui proses pemilu atau pilkada.
Kebetulan penulis satu group WhatsApp dengan Prof. Henri Subiakto pakar komunikasi informasi dari Unair Surabaya. Ketika penulis sedih dengan hasil QC yang dimenangkan oleh paslon 02 Prof Henri menasehati, “tidak usah sedih, ini bukti kita diperlukan untuk lebih banyak melakukan pendidikan politik.”
Selanjutnya beliau membeberkan kepada penulis alasan mengapa paslon 02 “menang” di pemilu tahun 2024.
“Semua sudah dipersiapkan oleh Jokowi dengan terencana dan sungguh-sungguh serta sistematis sehingga menghasilkan kemenangan bagi mereka. Jokowi itu politisi yang serius merencanakan semua hal dari jauh-jauh hari. Sedangkan paslon 01 dan 03 hanya bergerak dalam waktu yang terlalu singkat dengan sumber daya yang terbatas, wajar kalau gagal, menghadapi siasat Jokowi.
Baca: Prof Henri Subiakto: Jokowi Rusak Demokrasi demi Dinasti Politiknya
Kesedihan penulis karena 03 kalah di QC, tapi Alhamdulillah sudah bisa memahami keadaan dan berusaha menerima kenyataan, ini karena paparan Prof Henri Subiakto yang membuka mata hati penulis tentang pemilu 2024 yang sudah dipersiapkan oleh Jokowi.
Semua yang dilakukan dengan terencana, sistematis, sungguh-sungguh dihitung semua aspeknya dan melibatkan banyak pihak, tentu akan menghasilkan kesuksesan. Jokowi melakukan itu. Dia serius merencanakan dan menggarap pemilu secara detail dipersiapkan jauh-jauh hari.
“Ada puluhan pejabat kepala daerah tersebar di Indonesia diangkat Jokowi di tahun menjelang Pemilu, dari semua itu, lihat hasilnya sebagian besar daerah-daerah tersebut berhasil dimenangkan paslon 02, padahal itu terkenal sebagai daerah-daerah basis partai pendukung paslon 03.
Sementara paslon 01 dan 03 hanya bereaksi secara normal terhadap manuver dan keadaan yg sudah dibuat matang oleh Jokowi. Mereka 01 dan 03 hanya mempersiapkan pemilu dengan waktu relatif singkat dengan sumber daya terbatas, dengan strategi dan perencanaan yang tidak terlalu istimewa,” jelas Prof Henri.
“Semua rencana Jokowi ini dibackup oknum aparat Polda dan Polres yang juga dipersiapkan dengan matang,” terang Prof Henri.
Lebih lanjut beliau menjelaskan jauh-jauh sebelumnya Jokowi sudah terlebih dahulu menggarap partai-partai. Membuat partai-partai dikondisikan harus mendukung pasangan Prabowo Gibran. Kekuatan istana juga menggarap Mahkamah Konstitusi (MK), KPU, anggaran bansos, lembaga survei dan lain-lain. Termasuk saat Presiden memilih menteri agama, hingga menggarap NU. Semua itu ada hubungannya dengan pilpres 2024.
Sedangkan paslon 01 dan 03 hanya bereaksi normal, dalam waktu yang relatif singkat dengan sumberdaya dan dana yang juga terbatas ditambah perencanaan dan strategi yang tidak terlalu baik. Mereka kurang koordinasi dan tidak memiliki komando yang terarah, strategis dan sistematis. Beda dengan yang dikomando oleh “cawe cawe”Jokowi dan lingkarannya.
Lebih lanjut beliau juga bertutur bahwa hasil pilpres 2024 yang dimenangkan paslon 02 pada hakekatnya adalah kemenangan Jokowi dalam bermain politik, mengalahkan atau menundukkan hampir seluruh elit politik nasional negeri ini.
“Seluruh elit politik dibuat tidak berdaya, tunduk atau terpaksa harus bergabung. Sedang kalangan intelektual, akademisi, civil society, dan aktivis terlambat sadar, terlambat bereaksi dan terlambat mengingatkan atau bersuara, keadaan sudah sulit diubah,” demikian penjelasan Prof Henri Subiakto kepada penulis.
“Jadi kalau hasilnya kemudian kalah itu logis, karena memang sudah digarap secara matang. Sekarang tinggal nunggu proses hukum, masuk ke sengketa pemilu untuk adu data, bukti dan saksi. Kita diminta untuk sabar dan melihat perkembangan nanti,” paparnya.
Mudah-mudahan ada opini beliau lagi yang bisa membuka mata hati kita semua untuk memahami siapa sebenarnya Jokowi itu.
Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI, minat hub 0851-0240-8616
[…] Prof. Henri Subiakto Bongkar Skenario Kemenangan 02 di Pilpres 2024 […]