Media asing “Economist” menuliskan dalan ulasannya mengenai kiprah Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto dalan debutnya dalam 1 bulan ini. Dituliskan bahwa apa yang pernah atau selalu dikatakan Prabowo ternyata tidak sejalan dengan langkah yang dia lakukan. Berikut tulisannya.
_________________
Selama tiga kali kampanye Pilpres (2014, 2019, 2024), Prabowo Subianto selalu mengatakan kepada masyarakat Indonesia bahwa negara ini membutuhkan presiden yang tangguh untuk melawan kekuatan asing.
Perjalanan luar negeri pertama Prabowo sebagai presiden membuat publik bertanya-tanya apakah yang dia maksud (presiden yang tangguh) adalah orang lain?
Pada 8 November 2024, kurang dari tiga minggu setelah menduduki jabatan Presiden, Prabowo melakukan tur keliling dunia ke enam negara. Perjalanan tersebut memperlihatkan seorang pria yang sangat membutuhkan “approval” dari pemimpin negara lain, terlalu percaya diri pada kemampuannya sendiri dan kurang mendapat nasihat dari sekelompok penasihat pemula.
Perjalanan ini direncanakan dengan tergesa-gesa, dan rencana perjalanannya tetap tidak pasti selama tur. Prabowo berharap untuk mampir ke Mar-a-Lago (rumah Donald Trump) untuk menemui Donald Trump beberapa hari setelah kemenangan pemilunya.
Dalam sebuah telepon ucapan selamat, yang rekamannya dipublikasikan di saluran media sosialnya, seorang pria berusia 73 tahun yang gugup dan kekanak-kanakan, menawarkan untuk terbang ke “di mana pun Anda berada” untuk bertemu dengan presiden terpilih.
Trump nyuekin omongan Prabowo itu, kendati memuji kemampuan bahasa Inggris yang digunakan oleh Prabowo. Prabowo, yang merupakan lulusan sekolah internasional dan menguasai empat bahasa, dengan bangga menjawab, “Semua pelatihan saya adalah bahasa Amerika, Pak!” merujuk pada sekolah militer yang dia jalani di pangkalan militer Amerika pada tahun 1980an.
Pada akhirnya, dia harus puas dengan pertemuan di Washington dengan Presiden Joe Biden dan para pejabat pemerintahan yang akan keluar.
Apa pun. Pada trip pertama Prabowo di Beijing, Xi Jinping menghujani kepala negara baru dan delegasi besar pendukung bisnisnya dengan upacara dan perlengkapan yang sesuai dengan garis keturunan bangsawan yang diklaim oleh presiden baru tersebut. Begitu terpesonanya Prabowo sehingga ia menyetujui rancangan pernyataan bersama Tiongkok, setelah hanya berkonsultasi sepintas dengan para diplomatnya.
Pernyataan bersama tersebut menunjukkan posisi lama Indonesia. Untuk pertama kalinya, Tiongkok mengakui adanya perselisihan dengan Tiongkok mengenai hak atas sumber daya di Laut Cina Selatan. Para pemimpin Indonesia telah lama menolak langkah ini karena menganggapnya sama saja dengan melegitimasi klaim Tiongkok. Yang lebih buruk lagi, Prabowo setuju untuk bersama-sama mengembangkan perikanan dan gas di sana, yang pada dasarnya berkomitmen untuk berbagi keuntungan yang diperoleh Indonesia.
Pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia menyetujui visi Tiongkok mengenai sebuah alternatif terhadap tatanan dunia liberal, yang oleh Xi disebut sebagai “komunitas masa depan bersama”, dan masing-masing dari tiga inisiatif utama di dalamnya, yaitu mengenai pembangunan, kebudayaan dan keamanan. Indonesia yang non-blok sebelumnya menghindari tekanan untuk melakukan hal tersebut, menurut Klaus Heinrich Raditio, dosen politik Tiongkok di Sekolah Filsafat Driyarkara di Jakarta, yang melihatnya sebagai upaya Tiongkok untuk melemahkan keterlibatannya dengan Amerika dan sekutunya.
Para diplomat Indonesia telah mencoba untuk memperingatkan Prabowo mengenai jebakan-jebakan ini, namun keberatan mereka tidak ditanggapi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia yang baru, yang merupakan mantan ajudan Prabowo yang tidak berpengalaman.
Kesenjangan antara presiden dan lembaga kebijakan luar negeri Indonesia mengenai kesepakatan Laut Cina Selatan begitu jelas dan besar sehingga ketika juru bicara Gedung Putih ditanya tentang hal itu, dia tidak mengkritik konsesi tersebut secara langsung. Ia menyarankan agar Indonesia berkonsultasi dengan ahlinya sendiri.
Kesepakatan tersebut mengungkapkan risiko bagi Prabowo jika bergantung pada sekelompok kecil pembantu lamanya, yang sebagian besar berasal dari angkatan bersenjata dan keluarganya sendiri. Mereka bukan orang-orang yang menolak tawaran Tiongkok atau menyampaikan hal buruk.
Bahkan anggota keluarga Prabowo, yang memegang beberapa peran penting, sulit berbicara untuk mengatasnamakan presiden. Hashim Dojojohadikusumo, adik Prabowo, menemani kakaknya ke Beijing kemudian memisahkan diri untuk memimpin delegasi Indonesia ke COP di Baku. Di sana, ia mengumumkan rencana untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada batu bara. Namun, Prabowo gagal mewujudkan hal tersebut pada KTT G20 di Rio, di mana ia berjanji untuk sepenuhnya menghentikan penggunaan batubara pada tahun 2040. Hal ini akan sulit dilakukan. Dua pertiga listrik di negara ini dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara. Sejauh ini Prabowo belum menjelaskan bagaimana harapannya untuk mencapai hal tersebut (mengurangi ketergantungan pada batu bara, red.)
Salah satu masalah yang dihadapi Prabowo adalah tidak pernah jelas apakah dia bersungguh-sungguh dengan perkataannya. Karena ingin menyenangkan, dia cenderung memberi tahu orang-orang apa yang ingin mereka dengar. Dia selalu bisa membalikkan keadaan, baik di Laut Cina Selatan atau di atas batu bara. Berurusan dengannya adalah peluang untuk menetapkan penanda untuk dikejar di kemudian hari, atau untuk membalikkan kemenangan musuh sebelumnya. Prabowo mungkin tidak melakukan tawar-menawar yang sulit, namun ia sulit dijabarkan. (Gak jelas, red.)