Politik Identitas Ancaman Disintegrasi Bangsa dan Negara

Penulis: Nurul Azizah

Masih dalam acara seminar dengan tema Pencegahan Politik Identitas di Lingkungan Pendidikan yang diadakan oleh Yayasan Santrivertas kerja sama dengan Kementrian Agama Republik Indonesia, Sabtu 20 Mei 2023 di Hotel GM Setos Semarang.

Kali ini penulis mau memaparkan bahaya politik identitas bagi disintegrasi bangsa dan negara. Menurut Dr. H. M. Shidqon Prabowo, S.H Dekan Fakultas Hukum Unwahas Semarang, politik identitas tidak pernah bebas dari kepentingan, dan politik identitas sangat rentan dipolitisir oleh kepentingan kelompok tertentu. Politik identitas ini bisa mengancam perpecahan sesama anak bangsa. Persatuan dan kesatuan dapat terkoyak.

-Iklan-

Politik identitas memunculkan identitas sektarian, hal ini mengakibatkan perbedaan diantara satu kelompok dengan kelompok lain, seperti perbedaan sudut pandang agama atau pilihan fraksi partai politik. Selain itu politik identitas yang bangga dengan asal daerah tertentu akan menguatkan adanya primodialisme. Hal ini akan mengganggu disintregritas bangsa.

Selain itu menurut Mahbrur, S.Pd, M.M nara sumber seminar yang saat ini menjabat sebagai Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Batang Jawa Tengah, memaparkan bahwa seringkali politik identitas melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan pemilu. Untuk itu diperlukan strategi pencegahan, pengawasan, dan membangun komunikasi serta koordinasi secara intensif dengan lembaga penyelenggara pemilu.

Untuk mencegah adanya politik identitas, kita sebagai warga negara yang cinta tanah air agar selalu menjaga media sosial (medsos) dengan kemajemukan Indonesia.

Dalam UU KPU nomor 7 Tahun 2022 yang diatur itu Calon Presiden, Calon Wakil Presiden dan tim suksesnya. Sedangkan relawan tidak. Yang berbahaya apabila tim relawan membuat narasi yang kurang membangun.

Tapi bagaimana lagi di Indonesia itu negara demokrasi, tidak ada pelarangan dalam menyampaikan pendapat. Tapi ya terkadang kurang kontrol dalam menyampaikan pendapat. Tanpa kita sadari politik identitas selalu ada karena satu dengan yang lainnya ingin tampil beda. Penyampaian pendapat akan berbahaya bagi persatuan bangsa jika dalam penyampaiannya kurang memperhatikan keragaman bangsa Indonesia.

Kita boleh bermedsos, tapi yang cerdas dan membangun. Jangan sampai media sosial dijadikan sebagai aktor politik. Jangan sampai kita memiliki literasi di medsos yang rendah, kesadaran bela negara yang rendah, penegakan hukum yang lemah serta menjadi buzzer rupiah. Maka tunggu saja negeri ini akan kurang harmonis dalam berbangsa dan bernegara.

Nara sumber yang lain yaitu ibu Sholkhah Mufrikah, M.Si dosen UIN Semarang menuturkan bahwa media sosial itu kapitalisasi, yaitu sumber mencari rejeki. Jadi tidak bisa dibendung konten-konten yang ada terkadang kurang bisa menumbuhkan jiwa nasionalisme.

Medsos banyak sekali digunakan untuk share berita hoax, ujaran kebencian atau hate spech, dan politik identitas.

Nurul Azizah, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi,” dan “Muslimat NU Militan untuk NKRI.

Buku
Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” karya Nurul Azizah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here