Polisi dan Machiavellisme

Penulis: Dahono Prasetyo

Di tahun politik 2024 ini setidaknya 4 kasus besar yang menyeret institusi Kepolisian dalam dugaan aksi kesewenang-wenangan kepada masyarakat.

Aparat penegak hukum sipil dengan jaringan kewenangan ditambah senjata api resmi yang menjadi ancaman masyarakat yang takut jika harus berurusan dengan “Partai Coklat” (begitulah Hasto Kristianto Sekjen Parpol menyebutnya)

-Iklan-

Diawali dari kasus pembunuhan Vina di Cirebon yang berujung salah tangkap Pegi alias Perong. Dibongkar secara massive oleh warganet yang merasakan ada ketidakberesan atas kasus tersebut. Berlanjut di bulan Oktober saat Supriyani seorang guru honorer di Konawe Sulawesi harus berhadapan dengan hukum atas tuduhan penganiayaan ringan anak seorang Kanit Intel Polsek Baito.

Kasus guru Supriyani meskipun akhirnya divonis bebas oleh hakim menjadi bukti kewenangan polisi bisa menjadikan dugaan dengan bukti lemah bisa mendakwakan seseorang hingga di persidangan.

Tidak berselang sebulan perwira menengah di Solok yang menjadi beking tambang menembak mati rekannya Kasat Reskrim Ulil Ryanto yang sedang mengusut pelaku penjarah SDA.

Yang terbaru seorang pelajar di Semarang meninggal tertembak pistol polisi saat melerai kelompok yang berencana akan tawuran pada Minggu (24/11/2024). Kasus ini masih diselidiki terkait prosedur melumpuhkan calon pelaku tawuran yang tidak lazim.

Dari keempat kasus tersebut bisa disimpulkan, Kepolisian sedang “bermasalah” dengan kewenangannya.

Citra korps baju coklat sedang disorot negative oleh publik, ditambah lagi salah satu petingginya sedang bertarung menjadi calon Gubernur.

Cagub M. Lutfi mengikuti audisi calon Gubernur Jawa Tengah dengan segudang kontroversi politik. Lutfi tetap seorang mantan polisi bukan kader Parpol meskipun didukung mati-matian oleh penguasa dan kekuasaan.

Warga Jawa Tengah sedang diajak melupakan rekam jejak Kepolisian yang di rezin Jokowi lebih cenderung menjadi kaki tangan kekuasaan. Kalaupun akhirnya mendapatkan banyak suara untuk menjadi Gubernur, kemungkinan itu bukan suara nurani. Jawa Tengah dengan ukuran kepemimpinan Gubernur sebelumnya, kemungkinan akan turun standar. Yang pasti tidak akan lebih baik dari Ganjar Pranowo.

@Dahono Prasetyo

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here