SintesaNews.com – Viral pemberitaan kondisi memprihatinkan Rumah Sagu di kampung Keakwa Mimika menuai banyak tanggapan. Unit usaha nirlaba yang didirikan untuk membantu pengolahan sagu sebagai makanan pokok warga terlihat terbengkalai tidak terurus.
Seperti yang terpampang dalam papan nama di depan lokasi bertuliskan sebagai hasil dana kemitraan PT Freeport Indonesia, Rumah Sagu dibangun sebagai bentuk kepedulian perusahaan kepada masyarakat. Suku Amungme dan Kamoro menjadi suku terbesar di sekitar kawasan pertambangan, berhak mendapatkan kompensasi sosial ekonomi.
Dana hibah dari PT Freeport yang bernilai miliaran rupiah disalurkan tiap tahun kepada pihak yang dipercaya mengelola Rumah Sagu. Dikutip dari website resminya, Yayasan Somatua menjadi pihak yang bertanggungjawab atas operasional hingga penyaluran hasil dari Rumah Sagu.
Pengamat sosial, Purbo Satrio dalam peryataannya terkait polemik Rumah Sagu yang terbengkalai menyebutkan adanya dugaan skandal pengelolaan dana hibah.
“Dana kemitraan dalam proyek Rumah Sagu ini kemungkinan tidak ada payung hukumnya. Perusahaan mempercayakan dana yang dihibahkan kepada pihak yang mengajukan proyek sosial tanpa syarat kompensasi. Ini yang rawan disalahgunakan jika jatuh ke tangan orang yang tidak memiliki integritas,” ungkap Purbo yang pernah 3 tahun menjadi konsultan di PT Freeport.
Yayasan Somatua sebagai lembaga sosial salah satu aktifitasnya dipercaya mengelola Rumah Sagu. Dalam beberapa artikel di websitenya memuat aktifitas produksi dan penyaluran sagu kepada masyarakat sekitar. Artikel tersebut menjadi publikasi umum sebagai bagian dari laporan pengelolaan secara transparan.
Publikasi aktivitas Rumah Sagu oleh Yayasan Somatua dilakukan pada Bulan Januari hingga pertengahan tahun 2023. Salah satu artikel menuliskan Rumah Sagu yang dibangun sejak 2014 berhasil melakukan produksi perdana pada tahun 2023. Hasilnya 8 ton sagu dibagikan gratis kepada warga dimulai dari Distrik Mimika Barat Kokonao, meliputi Kampung Atapo, Kiyura, Migiwiya, Mimika, Kokonao, Apuri, dan Kampung Aparuka.
Narasumber media berusaha menkonfirmasi kepada warga terkait kebenaran pembagian 8 ton sagu yang dilakukan secara simbolis pada bulan Mei 2023. Kondisi Rumah Sagu yang diberitakan tanpa aktivitas pada Bulan Oktober 2024 lalu pada akhirnya menimbulkan pertanyaan publik: Apakah PT Freeport menghentikan dana hibahnya pada tahun 2024 ini sehingga Rumah Sagu berhenti berproduksi? Atau Rumah Sagu hanya dijadikan obyek alasan penyaluran dana hibah yang gagal dikelola dengan profesional?
“Masyarakat Amungme dan Kamoro berhak bertanya kepada Yayasan Somatua, apakah dana hibah untuk pengelolaan Rumah Sagu masih disalurkan tiap tahun atau tidak. Jika masih berarti patut diduga ada skandal pengelolaan dana hibah di Yayasan,” ungkap Purbo menyampaikan kekhawatirannya.
Reportase: D. Prasetyo
Baca juga:
Total Rp 16 Miliar Lebih Digelontorkan Freeport, Rumah Sagu Mimika, Mangkrak Terbengkalai
[…] Polemik Rumah Sagu Keakwa Mimika, Pengamat: Ada Aroma Skandal Pengelolaan Dana… […]