Jangan pernah sekalipun menganggap enteng dan guyonan upaya-upaya untuk men-‘talibanisasi’ dan men-‘suriah’-kan Indonesia sampai kapanpun. Sebelum para eks FPI HTI dll. sungguh-sungguh taubatan nasuha, berkomitmen berkebangsaan Indonesia ber-Pancasila dalam bermasyarakat berbangsa bernegara, dan ber-baiat kepada para Mursyid Thoriqoh mu’tabaroh.
Mengapa demikian?
EDITORIAL
SintesaNews.com
Gus Wal
Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) yang diketuai oleh AR. Waluyo Wasis Nugroho atau akrab disapa Gus Wal, menanggapi hal ini.
“Meskipun telah dibubarkan secara konstitusional dan dilarang kegiatan serta penggunaan simbol, logo nan atributnya, namun ternyata diam-diam FPI HTI masih terus bergeliat bergerak sangat massive sekali,” ungkap Gus Wal.
“Setelah mereka dengungkan FPI reborn yang telah mereka rubah namanya menjadi Forum Persaudaraan Islam, dan kemudian mendirikan ormas/lembaga dengan memakai nama-nama baru yang sontak langsung menimbulkan penolakan di berbagai daerah, seperti di Jombang, Surabaya, Jakarta, dan Bandung, beberapa hari terakhir para pengurus, anggota dan simpatisan FPI HTI lama, kembali melakukan kegiatan secara massive, “rally” di berbagai kabupaten/kota di DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur, antara lain di Jombang, Surabaya, Trenggalek, Pasuruan, Kebumen, Purworejo, Demak, Semarang dll. dengan mengusung program ekonomi yang memakai bendera PA 212,” beber Gus Wal.
“Kita sama sama tahu dan paham jika PA 212 adalah sebuah wadah yang sejak awal isinya hanya FPI HTI saja, tak kurang dan tak lebih sebagian besar dan hampir seluruhnya mempunyai cita cita ingin mendirikan khilafah tahririyah di Indonesia,” Gus Wal memaparkan.
“PA 212 secara sembunyi-sembunyi massive melakukan konsolidasi secara “rally” yang langsung dihadiri oleh Sekjend PA 212, Uus Sholihudin. Ada apakah gerangan? ada maksud dan misi apakah mereka kedepan?”
“Selain sekedar hanya berganti wadah dan nama keberadaan PA 212 yang isinya FPI HTI tersebut juga telah melakukan deklarasi dan pembentukan kepengurusan di berbagai daerah, sangat menimbulkan keresahan rakyat Indonesia, dan juga “disinyalir” dapat mengancam stabilitas keamanan negara, serta keamanan ketertiban masyarakat, andai negara dan aparat penegak hukum terlalu longgar membiarkan bekas FPI HTI untuk kembali eksis dengan wadah-wadahnya yang baru, meski berubah ataupun berganti namanya,” Gus Wal mengingatkan.
“Sebelum mereka bertobat secara taubatan nasuha, berkomitmen berkebangsaan yang berdasarkan Pancasila dalam laku, amal, perbuatan sehari harinya, maka selama itu pula mau menjadi PA 212 atau nama lainya, eks FPI HTI tetap akan menjadi “public enemy” nomor satu rakyat Indonesia,” tegas Gus Wal.
“Karena kami melihat tidak ada bedanya antara PA 212 yang baru saja mereka bikin giat dan deklarasi dengan FPI HTI di masa lampau, masih juga memuja simbol dan tokoh tokoh FPI HTI semacam Rizieq Shihab, Slamet Ma’arif dan seperti kebiasaan-kebiasaan mereka yang lampau,” terang Gus Wal.
“Mereka melakukan kegiatan Diklat dan Deklarasi selama ini dalam kondisi masih PPKM Darurat, dan mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi tanpa mematuhi aturan negara yang masih berlaku terkait larangan menggelar kegiatan yang timbulkan kerumunan, dan mereka lakukan tanpa menggunakan Protokol Kesehatan sama sekali,” kecam Gus Wal geram.
Hal itu membuktikan bahwa sejatinya mereka pasca dibubarkan tetap tidak berubah hati, pikiran, cara maupun pola-nya, selalu merasa lebih memiliki wewenang dari hukum maupun ketentuan yang ditetapkan oleh negara.
Dan hal tersebut tentunya akan membahayakan keamanan, ketentraman ketertiban rakyat dan bangsa.
“Untuk itu Kami GBN (Garda Benteng Nusantara), GNB (Garda Nusantara Bersatu), PNIB (Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu) meminta kepada negara dalam hal ini pemerintah untuk mencegah dan melarang upaya-upaya eks FPI HTI untuk kembali eksis di negeri ini, dengan membuat kegiatan dan deklarasi PA 212, ataupun dengan wadah-wadah dengan nama nama baru, sebelum mereka benar-benar tobat nasuha kembali ke jalan yang benar,” ujar Gus Wal.
“Kami juga meminta kepada negara, dalam hal ini pemerintah mempertimbangkan untuk sementara mencabut hak-hak kewarganegaraan dan hak politik bagi para eks FPI HTI dan ormas terlarang lainya yang masih belum taubat nasuha masih menyebarkan faham, ajaran ideologi khilafah, radikalisme, terorisme,” tambah Gus Wal.
“Bersama segenap komponen anak bangsa kita cegah dan lawan upaya-upaya untuk men-‘talibanisasi’ dan men-‘suriah’-kan Indonesia,” pungkas Gus Wal.
“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.”
“Jaga Kampung Desa dari bahaya laten FPI HTI Radikalisme Khilafah Terorisme.”
“Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu”
“PNIB Bersatu Berjuang Bergerak Berkhidmat Bermanfaat Untuk Negeri,” tutup keterangan dari Gus Wal selaku Ketua PNIB.