SintesaNews.com – Rencana pemulangan WNI eks ISIS oleh BNPT dalam rangka program deradikalisasi menuai banyak penolakan. Salah satunya dari PNIB (Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu), ormas lintas agama, budaya dan kebhinekaan
Melalui ketua umumnya Gus Wal mengemukakan bahwa program deradikalisasi dengan memulangkan WNI eks ISIS beresiko memunculkan masalah baru.
“Mereka yang sudah memutuskan bergabung dengan organisasi teroris ISIS secara moril sudah tidak mengakui sebagai warga negara Indonesia,” kata Gus Wal
“Mereka yang memutuskan bergabung ke ISIS sejak meninggalkan Indonesia sudah siap mati untuk membela kelompok teroris, lebih mencintai perjuangan kelompoknya dari pada negaranya sendiri. Kalau mereka dipulangkan berarti secara tidak langsung pemerintah memfasilitasi kelompok teroris juga. Ini menjadi tanda tanya besar disaat kita di dalam negeri masih kesulitan memberantas faham-faham intoleransi, Wahabi, dan khilafah yang menjadi ibu kandung dari para pelaku terorisme” jelas Gus Wal saat diminta pendapatnya oleh awak media.
Ratusan WNI yang berada di Suriah pasca kekalahan ISIS apabila dipulangkan secara langsung masih membawa ideologi terorisme. Dampak psikologis di masyarakat sekitar dan justru berpotensi menyebarkan pemahaman mereka berdasarkan pengalaman perjuangan mereka selama di Suriah.
“Sekali memutuskan menjadi teroris maka dia akan selamanya menjadi teroris dan tidak ada istilah mantan. Jika kemarin dia gagal melakukan aksi, maka akan melakukan dengan cara yang lain tanpa kita sadari. Terorisme lebih jahat daripada narkoba, karena daya rusaknya bisa sampai ke keturunannya. PNIB dengan tegas menolak impor racun terorisme meskipun itu berstatus WNI,” lanjut Gus Wal.
Indonesia dengan dinamika yang semakin rumit membutuhkan komitmen kuat menyelesaikan persoalan di dalam negeri. Pengangguran, korupsi, tingginya harga-harga kebutuhan pokok hingga penjarahan sumber daya alam seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk dicari solusinya.
“Masalah utama di dalam negeri mesti diatasi, bukan malah mengimpor masalah baru. Biaya kuliah yang meroket, pengangguran meningkat, korupsi pejabat hingga petani mengeluhkan harga gabahnya yang jatuh itu persoalan nyata di depan kita.
Pada momentum Hari Kebangkitan Nasional kali ini PNIB berharap semua pihak menyadari kebangkitan seharusnya dimulai dari para pemangku kekuasaan. Bukan selalu masyarakat yang terus diajak bangkit dan berubah, tetapi pejabatnya bergeming dari perilaku korup dan membohongi rakyat.
“Jika itu terus terjadi maka slogan Indonesia Emas harusnya diganti menjadi Indonesia Cemas agar kita waspada, bukan terus terbuai dengan janji-janji manis pemerintah,” ungkap Gus Wal di akhir peryataannya.