SintesaNews.com – Belakangan ini, warga Kota Malang ramai membahas tentang Halal City di media sosial.
Hal ini didasari dari pernyataan Wali Kota Malang, Sutiaji soal wacana dalam menggagas Halal City saat melakukan pidato dalam suatu kegiatan pada 30 Januari 2022 lalu.
Sontak publik pun banyak menolak wacana Malang Halal City tersebut.
Salah satu ormas kebangsaan lintas budaya suku dan agama, Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB) juga salah satu elemen masyarakat yang langsung bereaksi dengan wacana tersebut.
Ketum PNIB AR. Waluyo Wasis Nugroho atau Gus Wal menanggapi wacana Halal City di Malang dengan tegas menolak upaya Wali Kota Malang tersebut. Dikatakannya bahwa hal itu tidak perlu.
“Indonesia sudah tersedia barang atau produk-produk halal di tiap daerah, tak perlu lagi mewacanakan soal Halal City. Semestinya pemerintah daerah menguatkan budaya Nusantara dan kearifan lokal,” tegas Gus Wal.
Di tengah-tengah kesibukannya Gus Wal menjelaskan panjang lebar melalui layanan percakapan.
“Yang lebih harus kita waspadai adalah upaya-upaya ‘me-megamendung-kan’ kawasan-kawasan wisata dan pegunungan yang indah yang banyak sekali terdapat di negeri ini.”
Jika di daerah kawasan wisata Malang, Jawa Timur yang terkenal dengan hawa dinginnya, pemandangan alam yang indah sudah mau di-“halal”kan yang notabene tidak perlu, ini malah membuat keresahan di kalangan warga masyarakat setempat.
Warga Malang sangat menolak dan keberatan jika di daerahnya akan dijadikan “Halal City.”
Sebuah spanduk bertulis ‘Malang Tolerant City Not Halal City‘ sempat terpasang di depan Balai Kota Malang, depan gedung DPRD Kota Malang, dan Alun-Alun Tugu.
Halal City Kedok dari HTI yang Inginkan Khilafah di Indonesia?
PNIB mensinyalir saat ini di beberapa kelurahan di Malang sudah ada eks HTI yang masuk menyusup di beberapa kelurahan dengan dalih membuat kegiatan yang dalamnya juga dijadikan untuk indoktrinasi ajaran mereka yang tidak sesuai dengan yang diyakini oleh masyarakat Malang.
Warga masyarakat Malang yang notabene adalah masyarakat religius, berbudaya dan mencintai alamnya itu tidak ingin daerahnya ada kelompok-kelompok yang anti terhadap Pancasila sebagai jatidiri dan dasar negara.
Indoktrinasi HTI dengan khilafahnya semakin getol menyusup ke pemerintah-pemerintah daerah dengan ingin menjadikan daerahnya sebagai daerah “halal atau syariah” yang akan terus digulirkan dan ditularkan ke daerah-daerah lain di Indonesia sampai tujuan utopis khilafah eks HTI bisa mereka rebut.
“Sebelum daerah hijau yang dingin, indah dan asri ini dijadikan awal untuk pengkaderan ideologi halusinasi khilafah, maka pemerintah dan aparat penegak hukum harus mewaspadai pendirian lembaga, yayasan maupun sekolah berasrama yang akan didirikan oleh eks HTI – FPI di mana pun berada tak terkecuali di Malang Raya, dan seluruh wilayah Indonesia,” jelas Gus Wal.
“PNIB siap mengawal dan menjaga toleransi agama dan budaya. Kita siap melawan provokasi dan ujaran kebencian yang memecah belah bangsa,” tegas Gus Wal.
“Jangan jadikan kawasan indah, hijau, sejuk damai nan asri menjadi hamparan bom seperti di Afganistan, Iraq dan Suriah,” ucap Gus Wal.
Gus Wal mengakhiri dengan beberapa pesannya, “Jangan “Suriah”-kan Indonesia. Jangan “MegaMendung”-kan Malang.”
“Bersama Kita Wujudkan Indonesia Berpancasila, Aman Makmur Damai.”
“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.”
“Jaga kampung desa dari Corona Omicron, bahaya laten FPI HTI yang mulai bangkit menggila,”
“Jaga kampung desa dari para da’i provokator yang meresahkan dan menyesatkan masyarakat dengan menyebarkan hoax, fitnah, propaganda, intoleransi SARA radikalisme khilafah terorisme,” pungkas Gus Wal.
Kampoeng Kurma, Investasi Bodong Berkedok Syariah Dinyatakan Pailit