SintesaNews.com – Pernyataan Wali Kota Malang, Sutiaji mengenai Halal City di Kota Malang, saat berpidato dalam suatu kegiatan, 30 Januari 2022 lalu, bukan hanya baru wacana melainkan sudah akan dieksekusi oleh jajaran Pemkot Malang.
Hal ini terbukti dari akan dilakukannya tahap sosialisasi untuk penerapan Wisata Halal di Malang pada 21 Pebruari 2022, dari sebuah surat undangan resmi Pemkot Malang kepada para pelaku jasa pariwisata.
Dalam surat undangan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Pemkot Malang, untuk para pelaku jasa pariwisata, tersebut tertulis:
Terkait dengan Penerapan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Penguatan Wisata Halal, acara Sosialisasi Sistem Manajemen Halal Internal bagi usaha jasa pariwisata…
Ormas kebangsaan lintas budaya suku dan agama, Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), langsung bereaksi keras atas penerapan “Halal City” tersebut.
Ketum PNIB AR. Waluyo Wasis Nugroho atau Gus Wal dengan tegas menolak upaya Wali Kota Malang untuk menjadikan Malang sebagai “Halal City.”
“Indonesia sudah tersedia barang atau produk-produk halal di tiap daerah, tak perlu lagi mewacanakan soal Halal City. Semestinya pemerintah daerah menguatkan budaya Nusantara dan kearifan lokal,” tegas Gus Wal.
“Perda-perda syariah dan halal city sangat tidak bermanfaat bagi kemashlahatan rakyat Indonesia, dan merugikan negara Indonesia yang majemuk beraneka ragam agama, suku bangsa dan adat budayanya.”
Gus Wal menjelaskan, “Perkuat Nasionalisme dan Kebangsaan, perkuat kearifan lokal dan lebih pentingkan budaya asli nusantara jika ingin memajukan bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia, bukan dengan halal city dan membuat perda-perda syariah yang berlawanan dengan konstitusi negara.”
Jika di daerah kawasan wisata Malang, Jawa Timur yang terkenal dengan hawa dinginnya, pemandangan alam yang indah sudah mau di-“halal”kan yang notabene tidak perlu, ini malah membuat keresahan di kalangan warga masyarakat setempat.
Warga Malang sangat menolak dan keberatan jika di daerahnya akan dijadikan “Halal City.”
Melalui layanan percakapan, Gus Wal menerangkan, “Yang lebih harus kita waspadai adalah upaya-upaya ‘me-megamendung-kan’ kawasan-kawasan wisata dan pegunungan yang indah yang banyak sekali terdapat di negeri ini.”
Halal City Kedok dari HTI yang Inginkan Khilafah di Indonesia?
PNIB mensinyalir saat ini di beberapa kelurahan di Malang sudah ada eks HTI yang masuk menyusup di beberapa kelurahan dengan dalih membuat kegiatan yang dalamnya juga dijadikan untuk indoktrinasi ajaran mereka yang tidak sesuai dengan yang diyakini oleh masyarakat Malang.
Warga masyarakat Malang yang notabene adalah masyarakat religius, berbudaya dan mencintai alamnya itu tidak ingin daerahnya ada kelompok-kelompok yang anti terhadap Pancasila sebagai jatidiri dan dasar negara.
Indoktrinasi HTI dengan khilafahnya semakin getol menyusup ke pemerintah-pemerintah daerah dengan ingin menjadikan daerahnya sebagai daerah “halal atau syariah” yang akan terus digulirkan dan ditularkan ke daerah-daerah lain di Indonesia sampai tujuan utopis khilafah eks HTI bisa mereka rebut.
“Sebelum daerah hijau yang dingin, indah dan asri ini dijadikan awal untuk pengkaderan ideologi halusinasi khilafah, maka pemerintah dan aparat penegak hukum harus mewaspadai pendirian lembaga, yayasan maupun sekolah berasrama yang akan didirikan oleh eks HTI – FPI di mana pun berada tak terkecuali di Malang Raya, dan seluruh wilayah Indonesia,” jelas Gus Wal.
“PNIB siap mengawal dan menjaga toleransi agama dan budaya. Kita siap melawan provokasi dan ujaran kebencian yang memecah belah bangsa,” tegas Gus Wal.
“Jangan jadikan kawasan indah, hijau, sejuk damai nan asri menjadi hamparan bom seperti di Afganistan, Iraq dan Suriah,” ucap Gus Wal.
“Jangan “Suriah”-kan Indonesia. Jangan “MegaMendung”-kan Malang.”
“Bersama Kita Wujudkan Indonesia Berpancasila, Aman Makmur Damai.”
“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.”
“Jaga kampung desa dari Corona Omicron, bahaya laten FPI HTI yang mulai bangkit menggila,”
“Jaga kampung desa dari para da’i provokator yang meresahkan dan menyesatkan masyarakat dengan menyebarkan hoax, fitnah, propaganda, intoleransi SARA radikalisme khilafah terorisme,” pungkas Gus Wal.