SintesaNews.com – Sejak dibubarkan HTI (19 Juli 2017) dan FPI (30/12/2019), hingga kini mantan fungsionaris, pengurus dan anggotanya masih eksis. Hal ini diungkapkan oleh Ketum PNIB (Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu) AR. Waluyo Wasis Nugroho (Gus Wal) bahwa eks ormas/partai terlarang itu masih sering “berisik”, dan masih melanjutkan kampanye “mendirikan halusinasi khilafahnya” di berbagai tempat.
“Di media sosial mungkin frekuensi kebisingan dan keberisikan mereka sedikit berkurang tatkala satu persatu tokoh-tokoh mereka mulai ditangkap dan ditindak tegas seperti Muhammad Rizieq Shihab, Munarman, Soni Eranata (Maaher Ath Thuwalaibi), dll., namun kita perlu mengingat jika tokoh-tokoh HTI seperti Ismail Yusanto dan para pembesarnya masih bebas sebebas-bebasnya,” ungkap Gus Wal.
Dalam artian para tokoh, pembesar dan anggota HTI masih bisa menyebarluaskan ajaran ideologi “halusinasi” khilafahnya baik di tingkat pusat, wilayah, dan daerah, jelasnya.
“Pemerintah dan aparat penegak hukum masih membiarkan mereka beraktifitas sebebas-bebasnya. Dan itu oleh mereka atas nama demokrasi (yang sebenarnya mereka sebut kafir dan sesat) digunakan sebagai celah untuk terus eksis menyebarkan faham ideologi “halusinasi” khilafahnya,” ujar Gus Wal.
Apa yang dikatakan Gus Wal bukan hanya isapan jempol melainkan ada kenyataan di lapangan, munculnya lembaga, entah yayasan ataupun sekolah berasrama di kawasan wisata berhawa dingin. Seperti di Trawas, Jawa Timur misalnya.
Di daerah kawasan wisata Trawas Mojokerto Jawa Timur (yang sangat terkenal dengan hawa dinginnya, pemandangan alam yang indah serta mata air terbaik dan terbersih di Indonesia) eks tokoh ataupun pembesar HTI di wilayah Jawa Timur seperti Abdul Muis, Dr. Faqih Syarif M. Si, Laode Heru Elyasa (Heru Ivan), Asrori Muzaki, Arif Eko Subekti, rajin sekali “mengunjungi” Trawas, dan kedatangan mereka ini pun juga sudah sangat meresahkan warga masyarakat sekitar.
“Usut punya usut, kedatangan mereka adalah upaya mereka untuk membuat sebuah lembaga, entah yayasan ataupun sekolah berasrama di Trawas,” ungkap Gus Wal.
Dan dari pihak masyarakat Trawas pun warga sangat menolak dan keberatan jika di daerahnya didirikan lembaga, yayasan ataupun sekolah berasrama oleh mereka yang ideologinya dilarang oleh negara.
“Warga masyarakat Trawas yang notabene adalah masyarakat religius, berbudaya dan mencintai alamnya itu tidak ingin daerahnya ada kelompok-kelompok yang anti terhadap Pancasila sebagai jatidiri dan dasar negara,” jelas Gus Wal.
“Terlebih, saat ini di beberapa kelurahan di Trawas sudah ada eks HTI yang masuk menyusup di beberapa kelurahan dengan dalih membuat wahana rekreasi baru namun di dalamnya juga dijadikan untuk camp doktrinasi ajaran mereka yang tidak sesuai dengan yang diyakini oleh masyarakat trawas, dan kami sangat berharap pemerintah dan aparat penegak hukum untuk segera lekas menindak tegas lokasi-lokasi tersebut,” beber Gus Wal.
Gus Wal menduga, “Adanya info banyak aliran dana yang nilainya fantastis masuk ke Trawas, ke eks anggota FPI Hti untuk membuat camp-camp teroris.”
“Warga masyarakat Trawas sangat resah dengan massive-nya pendirian pesantren, rumah qur’an, yayasan dan lembaga yang didirikan oleh eks FPI HTI di wilayah Trawas pada khususnya, Mojokerto dan Jawa Timur pada umumnya. Apalagi berhembus kencang info di masyarakat bahwa mereka ini ditopang oleh dana fantastis tak terbatas dari luar negeri,” terang Gus Wal.
“Masyarakat Trawas meminta kepada negara dalam hal ini pemerintah dan aparat penegak hukum untuk mengambil alih atau menutup semua yayasan, lembaga, pesantren dan rumah qur’an yang didirikan oleh Da’i Provokator dan kaki tangannya eks FPI HTI di wilayah trawas, Mojokerto, Jawa Timur dan di seluruh penjuru negeri agar bangsa ini selamat dan demi masa depan anak cucu kita kelak,” dipaparkan Gus Wal.
Untuk itu Gus Wal sangat menolak keras para da’i provokator seperti Haikal Hasan, Khalid Basalamah, UAS, Jafar Umar Thalib, Novel Bamukmin, dll.
“Rakyat Indonesia di seluruh penjuru tanah air menolak FPI HTI bangkit kembali. Tolak da’i provokator beserta semua gerakan dan programnya,” ujar Gus Wal menegaskan.
Sebelum daerah hijau yang dingin, indah dan asri ini dijadikan tempat untuk pelatihan dan pengkaderan teroris dan dijadikan tempat untuk mengkader ideologi “halusinasi” khilafah, maka pemerintah dan aparat penegak hukum harus tegas terhadap mereka dengan menutup tempat-tempat itu dan menolak izin pendirian lembaga, yayasan maupun sekolah berasrama yang akan didirikan oleh eks HTI – FPI dimanapun berada tak terkecuali di Trawas, Prigen, Pacet, Batu dan seluruh wilayah Indonesia.
Gus Wal mewanti-wanti, “Jangan jadikan kawasan indah, hijau, sejuk damai nan asri menjadi hamparan bom seperti di Afganistan, Iraq dan Suriah.”
Jangan Suriahkan Indonesia. Jangan MegaMendungkan Trawas, pesan Gus Wal.
Ia juga mengajak seluruh komponen anak bangsa untuk bersama-sama mewujudkan Indonesia berPancasila, aman makmur damai.
“Jaga Bangsa, Bela Negara, Lestarikan Pancasila, Merawat Tradisi Budaya Nusantara.”
“Jaga Kampung Desa dari Corona Omicron, bahaya laten FPI HTI, PA 212. Bahaya Dai Provokator yang menyebarkan isu hoax, SARA, intoleransi, radikalisme khilafah dan terorisme,” tutup Gus Wal.
Terimakasih utk warga / lembaga yg mau bergerak melawan nafsu mengAgama kan Indonesia bukan Indonesia yg BERAGAMA berakhlak luhur dalam Pancasila