Akun twitter @Sam_Ardi memposting halaman dari sebuah buku sambil menanyakan kepada sejarawan Bonnie Triyana mengenai pemberontakan PKI 1926 di Banten melawan Belanda, isinya kyai sekaligus petinggi PKI, ternyata diberi gelar sebagai Perintis Kemerdekaan.
Bonnie Triyana menjawab dalam cuitannya, “Betul. Mereka yang terlibat peristiwa 1926 mendapat gelar sebagai Perintis Kemerdekan.”
Halaman buku yang diunggah @Sam_Ardi adalah dari buku berjudul “Arit dan Bulan Sabit” karya Michael C. Williams.
Ia melanjutkan threadnya, “Dalam melakukan pemberontakan, mereka juga menggunakan semacam amalan-amalan dari agama Islam untuk memperkuat semangat pemberontakan kepada pemerintah kolonial Belanda. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Tubagus Haji Abdulhamid (Adung). Ia memerintahkan para pengikutnya untuk berpuasa lima hari dan memberi mereka air suci untuk kekebalan;
2. Tubagus Kyai Haji Abdul Hadi, ia bilang kepada para pengikutnya untuk puasa 12 hari, membaca al Fatihah 300 kali, dan ayat kursi 14 kali serta memberikan mereka air suci untuk mendapatkan kekebalan
3. Dulmuin, sebelum melakukan pemberontakan mantan aktivis Sarekat Islam dan juga aktivis PKI ini melakukan puasa terlebih dahulu selama 1 bulan
4. H. Usman, merupakan propagandis PKI, ia memanfaatkan langgar dan masjid setelah shalat Isya untuk menggelar rapat-rapat sebelum pemberontakan terjadi
5. Salikin, pria yang berprofesi sebagai guru agama ini memandikan sebagian pemberontak di daerah Serang dan setelah itu ia memakaikan pakaian putih kepada mereka serta mengoleskan minyak supaya memperoleh kekebalan.
Bahwa apa yang ditanyakan oleh @Sam_Ardi diperkuat dengan foto diunggah oleh akun @fahminaseli bahwa mereka yang disebut di atas, para kyai haji Banten yang juga keturunan “darah biru” sekaligus sebagai para pimpinan PKI di jaman penjajahan Belanda.