Penulis: Early
Meme dan tulisan-tulisan (menurutku cenderung ke hujatan lebih tepatnya) tentang “Pinjam Seratus dulu” bertebaran di mana-mana.
Kalau aku pribadi lebih melihat dari 2 sisi. Sisi ke-1, siapa tahu orang yang meminta bantuan kepadamu benar-benar sedang sangat membutuhkannya, dia benar-benar sedang membutuhkan uang hanya untuk sekedar membeli sesuap nasi. Sedangkan sama sekali tidak ada orang yang mau membantunya.
Sisi ke-2, emang orang yang memang tidak tahu diri dan sengaja melakukannya demi sebuah keuntungan pribadi semata.
Mungkin untuk orang-orang yang sama sekali belum pernah merasakan benar-benar kelaparan, tidak ada uang satu peser pun, bahkan saudara, keluarga dekat dan teman-teman yang selama ini mendekat padanya dan bahkan banyak dia tolong, sama sekali tidak mau mengulurkan bantuan pada saat dalam titik 0, akan dengan mudah menghujat, jika ada orang yang pinjam duit.
Emang kamu pernah mba? Ga punya duit sama sekali?
Pernah dong, bahkan hanya makan nasi putih saja, atau nasi kecap itu sudah aku alami sendiri langsung, atau menahan lapar sampai asam lambung kambuh berkali-kali, sudah sangat sering aku alami juga.
That’s why aku ga judging ke orang lain terkait hal ini. Kita ga akan pernah tahu kok kondisi orang yang minta tolong ke kita itu seperti apa. Karena aku juga pernah dalam kondisi seterpuruk itu. Dan ga ada orang yang di circle terdekat yang bersedia menolongku lho. Apalagi itu temen-temen yang punya style hedon, flexang-flexing di dunia nyata dan di dunia maya/media sosial.
Blas…, ga ada yg berempati dan mau membantu.
Sedangkan untuk case yang terbesar dalam urusan pinjam-meminjamkan duit ke orang lain, aku pernah dalam posisi sebagai orang yang berbaik hati untuk meminjami uang kepada kekasih hati yang pada saat itu sangat aku cintai dan sayangi, sehingga aku menjadi sangat Go BloG Akut, dari rentang waktu 2011 s/d menjelang 2017. Ya, bahasa dia: “Pinjam dulu, nanti aku kembalikan,” dengan alasan untuk membantu keperluan dia pribadi, bapak-ibunya dll.
Karena pada saat itu aku terlalu bucin dan naive, aku tolonglah dia terus menerus setiap kali dia begging, memohon-mohon bantuan finansial padaku.
Sampai jumlah berapa? Lebih dari Rp 60 jt (mungkin hampir mendekati angka 70 jt). Tahun 2017, aku tagih dan dia baru transfer sejumlah 10 jt persis.
Lainnya belum sempat kutagih, keburu dia selingkuh sama wanita lainnya dan karena ketahuan selingkuh sama aku, semua bahasa-bahasa binatang keluar dari mulutnya padaku, yang menyebabkan aku tidak bisa menagihnya sama sekali terkait hutang-hutang dia padaku. Nomorku pun dia blokir, termasuk medsosku.
Jadi hutang dia padaku yang belum dia bayar ya sekitar Rp50 jt lebih.
Besar ya? Ya besar banget dong. Itu tiap gajian kok aku dimintain tolong. Karena dia tahu duitku banyak.
Terus, apa yang kulakukan utk mengatasi rasa gelo-ku terkait Rp 50 jt lbh yang 99% kemungkinan ga akan balik?
Ya aku mencoba me-release rasa gelo-ku itu selama bertahun-tahun.
Toh akhirnya Tuhan memberikan gantinya padaku uang dalam jumlah yang lebih besar kok.
Jadi sekarang, kalau misalnya ada orang yang mau pinjam uang padaku, aku dengan jujur mengatakan, “Mohon maaf sekali, aku untuk saat ini belum bisa membantu, sama sekali lagi ga ada spare uang untuk dipinjamkan. Aku sedang tidak ada permanen job, sudah resign, belum ada income yang stabil dan sebanyak kemarin. Dan yang paling penting adalah uangku 100% aku gunakan untuk pengobatan dan biaya operasional berobat.”
Udah cukup, itu saja. Katakan terus terang dan tidak perlu menghujat.
Kalau misalnya pas lagi ada ya dipinjami, kalau pas lagi ga ada ya bilang saja terus terang.
Tidaklah perlu menghujat orang sampai sebegitunya kok.
Hanya orang-orang yg pernah dalam kondisi benar-benar ZERO-lah yang akan paham.
“Aku sudah pernah kok mba, dlm kondisi seperti mba,” misalnya gitu katamu.
Ya sudah, jadikan itu pembelajaran yang berharga untuk dirimu sendiri juga. Kalau kamu saja pernah mengalami hal itu, bisa saja org lain juga sedang berada di titik terendah dalam hidup, sama seperti yang pernah kamu alami bukan?
Kalau tidak bisa membantu ya cukup katakan sedang tidak bisa membantu, karena memang tidak ada uang lebih, atau kalau ada uang lebihan sedikit, beri seadanya dan secukupnya. Give it, then forget it. Atau kalau punya solusi lainnya, ya berikan beberapa alternatif solusi padanya.
Banyak yang “teriak” soal ini.
Masih ada lho uang Rp 50 jt lbh yang masih ‘menggantung’ ga bisa aku tagih.
50 jt itu buatku pribadi sangat besar.
Apa dengan mangkirnya orang mbayar hutang ke aku, aku berubah menjadi orang yang kesetanan, kalau ada yang tetiba mau pinjam uang padaku (lagi)?
Aku memilih tidak. Cukup katakan saja padanya kita memang sedang tidak ada uang yang cukup untuk dipinjamkan.
Kalau ada yg Toxic bolak-balik pinjam gimana mba?
Ya jaga jarak. Sudsh cukup itu saja. Bilang saja terus terang tanpa harus berkata kasar padanya.
#justMyTwoCents