Penulis: Dahono Prasetyo
Jika ada yang menyatakan bahwa di negeri +62 ada 2 mahluk aneh yang sedang berseteru, tidak ada yang memungkiri. Nama mahluk itu Cebong dan Kadal Gurun (Kadrun) menjadi sebutan bagi masing-masing kubu dalam asumsi pendukung dan penentang pemerintahan saat ini. Apa yang didukung dan dipertentangkan bisa banyak hal, apapun yang terkait kepentingan 2 kubu berseberangan itu.
Pada awalnya sebutan 2 mahluk “astral” itu mendominasi dunia tak kasat mata, alias dunia maya yang dalam istilah gaul disebut netizen. Tetapi pada akhirnya bergeser ke ranah dunia nyata juga, tidak sebatas di medsos maupun media online. Dalam dialog warung kopi, obrolan pos ronda hingga celoteh politikus yang sedang membicarakan kepentingan golongannya.
Irisan terbelahnya penghuni negeri begitu presisi, terbagi sama rata di tiap sendi. Masing-masing meng-klaim paling banyak, namun belum ada jumlah yang pasti urusan komposisinya. Karena saking kontrasnya bahkan tidak menyisakan sedikitpun pihak netral menjembatani keduanya.
Urusan IDI versus Terawan yang awalnya berada di ranah kode etik profesi dan organisasi, mendadak berubah menjadi persoalan sentimen dua kubu. Keberanian IDI “berpolitik” menjadi alasan bersatunya para kadrun dalam satu persoalan. Di sisi lain Terawan menjadi simbol heroisme para cebong melawan diskriminasi dari seterunya. Pokoknya yang membela IDI dan mendiskreditkan Terawan dianggap Kadrun, sebaliknya mereka yang membela mati-matian Terawan dan menyerang IDI habis-habisan dicap Cebong.
Baca juga: Rawan Terawan
Masing-masing sudah membabi buta, saling ejek dengan segala kreatifitasnya. Siapa menang dan kalah itu bukan tujuan akhir, yang penting ribut perang adu pendapat dulu. Apa yang terjadi kemudian? Masing-masing lupa tentang drama minyak goreng, meroketnya cabe, BBM akan naik. Atau pertanyaan kasus mahatipu robot Trading, Binary Option, Money game dan Kripto yang korban dan kerugian materi jelas di depan mata.
Adakah kerugian materi dari IDI dan Terawan atas keributan yang berlapis-lapis? Seakan negara ini bakalan runtuh jika keduanya tidak dibela. Dalam hitungan minggu keduanya kembali menguap di udara, tanpa solusi. Berganti kegaduhan baru tanpa memberi waktu jeda kita.
Apakah 2 mahluk legendaris tersebut menjadi resep ampuh mengalihkan perhatian kita? Yang pasti keduanya lahir dari cukong yang sama. Cebong dan Kadrun yang sengaja diciptakan, dibesarkan dan dikendalikan oleh satu server.
Cara unik meredam gejolak masyarakat dengan mengadu dombanya, membuatnya sibuk bertengkar sendiri dengan fanatisme masing-masing kubu. Sampai mereka lupa bahwa perut sedang lapar dan harga barang naik tinggi. Seratus kali sehari memaki cebong atau rame-rame gebukin dan menjebloskan Kadrun ke penjara satu persatu, tidak akan pernah membuat masing-masing anggota mahluk itu habis. Mendamaikan keduanya bahkan menjadi mustahil. Karena begitulah skenario para cukong-cukong, memeliharanya, memanjakannya, mengelus-elus kepala. Lalu di saat yang tepat lepaskan lagi untuk bertarung.
Sampai kapan itu berakhir? Sampai menyadari bahwa selama ini kita sedang diadu domba.
Gitu aja sih….
Dahono Prasetyo
Depok 29/3/22
Baca: