Perempuan Hebat di Belakang Jokowi

Penulis: Roger P. Silalahi

Di belakang setiap laki-laki sukses ada perempuan hebat yang mendukungnya. Hal ini hampir bisa dikatakan 100% terbukti, bahkan pada laki-laki ‘single’ sekalipun, selalu ada perempuan hebat yang mendukungnya. Demikian hal ini jelas terlihat di setiap calon presiden dan wakil presiden kecuali Prabowo.

Entah siapa ‘perempuan’ di belakang Prabowo, kehidupan pribadi Prabowo selalu sangat tertutup, mirip dengan Anies, tertutup. Tapi sesuai judul, dalam tulisan ini yang akan dibahas adalah perempuan hebat di belakang Jokowi. Mari kita refresh ingatan kita sedikit melihat sejarah kesuksesan dan kehebatan Jokowi.

-Iklan-

Jokowi mulai bersinar ketika menjadi Walikota Solo di periode 2005-2010, banyak perbaikan dilakukan, Solo diubah menjadi kota pariwisata dan budaya. Pada periode kedua (2010-2015) Jokowi mendapatkan suara 90%, berlanjut jadi Walikota Solo. Tapi tidak sampai 2 tahun, karena PDIP memberikan kesempatan kepada Jokowi untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta, dengan Basuki Tjahaya Purnama sebagai Wakilnya. Jokowi berhasil menang, menjadi Gubernur Jakarta untuk periode 2012-2017. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena belum genap 2 tahun menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, PDIP memberikan lagi kesempatan kepada Jokowi untuk maju, kali ini untuk menjadi Presiden Republik Indonesia.

—————–
Ada catatan penting yang perlu digarisbawahi, bahwa karir Jokowi di dunia politik ini terhitung cukup ‘instant’ dan cemerlang, tapi Jokowi selalu meninggalkan posisinya sebelum masa jabatannya berakhir.
—————–

Apakah kali ini Jokowi kembali akan meninggalkan posisinya sebelum masa jabatannya berakhir? Waktu yang akan menjawabnya, karena tidak ada yang mampu memprediksikan apa yang akan terjadi, terutama dalam kondisi politik yang panas dan serba tidak menentu ini. Apapun Jokowi sekarang masih ada di atas, dan karir cemerlangnya yang akan kita bahas.

Jokowi yang menanjak karirnya sebagai Walikota, Gubernur dan Presiden selalu didampingi 2 wanita kepada siapa kuping dan hatinya terbuka. Sebagai seorang “Family Type of Man”, Jokowi selalu mengutamakan keluarganya. Dari berbagai penuturan di media massa, dari 2 perempuan itu hanya 1 yang selalu didengarkan Jokowi. Untuk setiap langkah besarnya Jokowi selalu meminta restu pada almarhumah Ibu Noto. Perempuan nomor 1 adalah Ibu Noto, ibu yang selalu menjaga dan menguatkannya, dan Perempuan nomor 2 adalah Ibu Iriana sebagai istri yang senantiasa mendampinginya.

Penghormatan dan kepercayaan akan ketulusan cinta kasih seorang ibu membuat Jokowi bergantung, mendengarkan, dan melangkah sesuai arahan dari Ibu Noto, karena arahan Almarhumah Ibu Noto selalu hanya menimbulkan riak, bukan gejolak, pun ketika apa yang disarankan almarhumah Ibu Noto bertentangan dengan apa yang diinginkan Ibu Iriana.

Namun sepeninggal almarhumah Ibu Noto, semua berubah. Contoh paling gamblang adalah terjunnya anak-anak ke dunia politik, hal ini tidak pernah mendapatkan restu dari Ibu Noto, sehingga anak-anak bergerak di jalur bisnis dengan berbagai jenis bisnis kuliner mereka.

Sejak wafatnya almarhumah Ibu Noto pada 25 Maret 2020, tampak terjadi perubahan besar dalam alur keluarga Jokowi. Tidak sampai satu tahun sepeninggalan Ibu Noto, 26 Februari 2021 Gibran menjadi Walikota Solo, Bobby menjadi Walikota Medan pada tanggal yang sama. Kaesang memilih bergelut dengan bisnis besar yang ditawarkan para konglomerat kepadanya, pertambangan salah satunya. Banyak kabar yang menyebutkan bahwa bisnis tambang ini menimbulkan permasalahan sehingga akhirnya Kaesang hengkang ke dunia politik juga, jadi Ketum kilat PSI pada tanggal 25 September 2023 lalu.

Sepeninggal almarhumah Ibu Noto, ada banyak hal terjadi, dan keseluruhannya menunjukkan bahwa kendali keluarga ini berubah 180 derajat. Seperti berganti navigator, kecepatan, gerakan, dan arah keluarga berubah menjadi ‘kesusu’, hampir setiap langkah menimbulkan gejolak, dan semakin ke sini semakin ‘kesusu’, semakin besar gejolak yang terjadi.

Perubahan tampilan secara gamblang terlihat, kesederhanaan yang berganti dengan kemewahan tampak pada penampilan Ibu Iriana. Pakaian, sepatu dan tas ‘branded’ yang harganya cukup mahal untuk hitungan masyarakat umum, dandanan, sampai ke kemewahan pesta pernikahan Kaesang. Orientasi keluarga berubah drastis, mendadak semua ciri yang melekat sejak 2005 hilang lenyap dalam hitungan kurang dari satu tahun sepeninggal almarhumah Ibu Noto.

Sekarang, jika diukur sekarang, penerimaan masyarakat terhadap Jokowi sudah pasti turun drastis. Blusukan sebagai ‘tag line’ Jokowi pun berubah bentuk dan tidak lagi dilakukan dalam frekuensi yang sama seperti dulu. Jokowi sudah berubah, sesuai dengan arahan perempuan di belakangnya, yang tidak hebat seperti almarhumah Ibu Noto. Langkah-langkah Jokowi sekarang sarat gesekan, bermasalah, tidak lagi menimbulkan gejolak, tapi sampai menimbulkan prahara.

Kasus besar terakhir adalah penabrakan konstitusi, walau banyak yang menyamakannya dengan saat Megawati maju sebagai Capres pasa 2004 dulu, tapi caranya jauh berbeda. Megawati menempuh cara melalui mekanisme politik hingga DPR sebagai lembaga legislatif menerbitkan UU Nomor 23 Tahun 2003, tidak dengan cara yang inkonstitusional sebagaimana yang dilakukan Jokowi. MK sebagai lembaga Yudikatif tidak boleh melangkahi DPR sebagai Legislatif, belum lagi terbongkarnya Pelanggaran Etik Berat dalam kasus ini.

Demikianlah sebenarnya, Indonesia kehilangan sosok pekerja keras, pemimpin yang peduli pada bangsa dan negara, orang kuat dan sabar yang sanggup menjaga keluarganya sehingga tidak terjerumus, orang yang sanggup menangani setiap perkara dengan kebijaksanaan luar biasa. Indonesia telah kehilangan semuanya semenjak kepergian almarhumah Ibu Noto.

Tanpa almarhumah Ibu Noto, Jokowi tidak berbeda dari pemimpin-pemimpin sebelumnya, mengejar kekuasaan, membuka diri pada sisa-sisa Orde Baru, bahkan membukakan pintu kekuasaan pada mereka. Jokowi melihat dirinya terlalu hebat, berpikir bahwa semua ada di tangannya dan dalam kendali kuasanya.

Keseluruhan cerita Jokowi menunjukan ketidakmampuannya untuk tetap “Kuat dan Sabar”, seperti apa yang diingatkan almarhumah Ibu Noto saat memberikan restu kepadanya untuk maju menjadi Presiden Republik Indonesia; “Ibu restui…”, “Yang kuat…”, “Yang sabar…”, demikianlah perempuan hebat yang menjadi pilar kesuksesan Jokowi itu berkata.

-Roger Paulus Silalahi-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here