Perayaan Hari Kesaktian Pancasila, (Masih) Relevan atau Tidak?

Penulis: Roger P. Silalahi

Tanggal 1 Oktober kita peringati sebagai Hari Kesaktian Pancasila dan hal ini merujuk pada kejadian yang dibahasakan sebagai “Mengenang Pahlawan yang Gugur Mempertahankan Pancasila”. Rujukannya adalah peristiwa yang disebut sebagai “Pemberontakan PKI melalui apa yang dinamakan G30S/PKI”.

Sejarah pemberontakan PKI melalui G30S/PKI dihembuskan, diajarkan sebagai bagian dari pelajaran sejarah, bahkan dibuatkan film semi dokumenternya oleh pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Kita semua diajarkan betapa jahatnya PKI, betapa banyaknya korban PKI, lengkap dengan 7 orang yang diberi gelar 7 Pahlawan Revolusi yang menjadi korban dalam peristiwa itu.

-Iklan-

Semua yang terlibat PKI ditumpas, dihukum, dipenjarakan, dicabut hak konstitusionalnya, bahkan dampaknya juga dirasakan oleh anak dan cucu mereka. Sungguh sebuah “Drama Kolosal” racikan Soeharto yang sedemikian kejinya menghantam orang-orang yang tidak bersalah demi menutupi apa yang sebenarnya terjadi.

17 Oktober 2017 Amerika membuka 39 dokumen rahasia CIA terkait G30S/PKI dan dari dokumen-dokumen itu kita jadi tahu bagaimana sejarah yang sebenarnya. Kita jadi tahu seberapa dalam keterlibatan/kepemimpinan Soeharto dalam peristiwa ini, tahu bahwa Let.Kol Untung adalah sahabat Soeharto, tahu bahwa bukan PKI yang melakukan pemberontakan, dan lain sebagainya.

Sejak semua kebohongan Soeharto dan Orde Baru terbongkar, hingga hari ini tidak ada usaha dari pemerintah untuk meluruskan sejarah. Sementara generasi penerus bangsa harus diberi pemahaman tentang sejarah yang benar, karena sejarah adalah guru bagi bangsa.

Mungkin sudah ada tim penyusun sejarah baru Indonesia, tapi saya tidak pernah dengar atau baca tentang itu. Pengharapan tinggi pada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai pihak yang seharusnya paling peduli akan hal ini, nihil. Entah tidak berpikir atau pura-pura tidak tahu, atau enggan bersinggungan karena sejarah masa lalu keluarga bisa terseret ke dalam pusaran, atau entah apa lagi sebabnya. Tapi yang pasti sampai sekarang tidak ada pelurusan sejarah terkait “Pemberontakan G30S/PKI”.

Apakah Pancasila Sakti…?

Ya, kesaktiannya dibuktikan dalam banyak perkara, salah satunya adalah kekuatannya berhasil mengikat anak bangsa untuk bersatu merontokkan Orde Baru demi kebaikan untuk rakyat. 21 Mei bisa menjadi Hari Kesaktian Pancasila, tanggal dan hari saat Soeharto sebagai pimpinan Orde Baru, Presiden selama 32 tahun, menyatakan “Mundur”.
Apakah harus ada Hari Kesaktian Pancasila…?

Tidak. Tanpa Hari Kesaktian Pancasila sekalipun, Pancasila tetap sakti. Hapuskan saja dan hentikan peringatannya. Karena sesungguhnya “Pemberontakan G30S/PKI” adalah hoax terbesar yang dipercaya dan diamini, bahkan diajarkan kepada anak bangsa sebagai kebenaran.

Hentikan kebohongan itu, tegakkan sejarah yang sebenarnya, bersihkan semua hal terkait tragedi ini dari kebohongan, pulihkan nama baik korban pembantaian atas nama penumpasan PKI, pulihkan keseluruhan hak konstitusional dan hak asasi manusia mereka semua yang dinyatakan sebagai pendukung PKI.

Besok, 30 September 2023, saya akan mengibarkan bendera setengah tiang. Ya, bangsa Indonesia berduka untuk insiden tersebut, tapi tak satupun warga negara Republik Indonesia boleh bersukacita atas kebohongan Soeharto bersama Orde Baru yang dipimpinnya dalam bungkusan Perayaan Hari Kesaktian Pancasila.

-Roger Paulus Silalahi-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here