Penyerahan Buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi” ke PWNU Jawa Tengah

Penulis: Nurul Azizah

Sore itu, Senin 10 Januari 2022 mendung bergelayut di langit Kota Semarang. Saya niatkan langkahku untuk bisa bertemu dengan KH. Drs. Mohamad Muzamil Ketua PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Jawa Tengah. Dengan sepada motor saya menerobos keramaian jalanan Kota Semarang menuju Jalan dr. Cipto.

Kantor yang beralamat di Jl. dr. Cipto 180 Semarang cukup jauh dari rumahku. Karena sudah janjian, saya kuatkan niatku bertemu dengan beliau dalam rangka menyerahkan buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi.”

-Iklan-

Selama dalam perjalanan awan terasa gelap, hujan akan segera turun, petir pun bergelegar menyertai perjalananku. Akhirnya saya sampai juga ke Kantor PWNU Jawa Tengah. Tak lama kemudian hujan deras pun mengguyur Kota Semarang. Alhamdulillah saya tidak kehujanan.

Sesampainya di Gedung berlantai tiga saya memberanikan diri masuk dan mengucapkan salam. Saya diterima dengan santun oleh petugas yang sedang piket. Saya utarakan niat untuk bertemu dengan KH. Mohamad Muzamil serta pengurus lain untuk menyerahkan dua buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi.”

Sambil menunggu beliau saya lihat gambar-gambar yang ada di ruangan tersebut, pas di atas pintu masuk ruang kerja pengurus ada tulisan besar lambang Nahdlatul Ulama sebelah kanan ada gambar tokoh nasional Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pendiri NU dan di sebelah kiri ada foto pahlawan nasional Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro menjadi icon dari Komando Daerah Militer (Kodam) IV/Diponegoro Jawa Tengah dan nama PTN ternama di Kota Semarang ‘Universitas Diponegoro.’

Kantor PWNU Jawa Tengah. Foto: Nurul Azizah.

Kantor PWNU Jawa Tengah letaknya sangat strategis di tengah-tengah keramaian Kota Semarang. Jalan dr. Cipto adalah jalan besar yang tidak pernah sepi dari lalu lalang kendaraan baik roda dua dan roda empat. Kantor PWNU Jateng seberang jalan dengan SMKN 5 Semarang, persis berhadap-hadapan. Jadi sangat mudah untuk menemukan gedung tersebut. Tempatnya luas, ada parkir mobil dan sepeda motor. Suasana sejuk dan nyaman. Bangunan berlantai tiga ini fasilitasnya lengkap, ada kantor, ruang rapat, toilet, mushola dan ruang pertemuan serta ruang-ruang lainnya.

Karena harus lepas alas kaki, dari luar orang yang tidak tahu dikira masjid, banyak di antara orang yang melintas di depan kantor PWNU Jateng ikut nunut sholat.

Sore itu saya diterima oleh Bapak KH. Drs. Mohamad Muzamil beserta pengurus dengan penuh persaudaraan. Beliau berterima kasih atas kunjungan saya di kantor yang beliau pimpin. Pembicaraan kami sangat mengasyikkan sehingga menghangatkan suasana, yang saat itu di luar gedung hujan deras.

Beliau senang sekali ada muslimat NU yang mencurahkan pikiran dan tenaga untuk terus mensuarakan kiprah NU dalam menjaga NKRI. Beliau sangat-sangat mendukung kegiatan saya di bidang jurnalistik apalagi sudah menjadi penulis, memiliki buku yang akan menjadi kebanggaan warga nahdliyyin yang cinta NKRI.

“Terima kasih ibu, telah menjadi penulis, dan saya siap mendukung perjuangan ibu membela NU dan NKRI, Subkhanallah,” demikian tutur beliau di awal pembicaraan.

Kata-kata ‘subkhanallah’ selalu terucap manakala beliau membuka buku tersebut, dilihat satu persatu isi buku tersebut. Beliau juga bangga dan berterima kasih sudah diperkenankan memberikan ‘Kata Pengantar’ di buku Muslimat NU di Sarang Wahabi.

Percakapan sore itu terasa asyik kayak sudah kenal cukup lama. Beliau menceritakan perjuangan ulama-ulama NU yang memperjuangkan kemerdekaan NKRI. Walau kiprahnya tidak begitu menonjol tetapi beliau sangat-sangat bersyukur, di Jawa Tengah gudangnya ulama NU. Apalagi ketua PBNU masa khidmat 2021-2026 Gus Yahya Cholil Staquf adalah tokoh NU yang berasal dari Rembang Jawa Tengah.

Beliau yang menjadi santrinya mbah Maemun Zubair Rembang Jawa Tengah juga bangga ketika beliau bertemu dengan mbah Maemun Zubair, pengennya duduk di lantai tapi oleh mbah Moen disuruh duduk di sampingnya mbah Moen. Suatu kebanggaan tersendiri, seorang santri diperkenankan duduk ngobrol bersama gurunya.

Penulis bersama pengurus PWNU Jateng.

Di akhir perbincangan kami, beliau berdoa untuk kesuksesan saya sebagai penulis yang produktif, sehingga nantinya memiliki banyak buku yang bisa menjadi sumbangsih untuk kemajuan NU dan NKRI.

Apalagi di tengah-tengah masyarakat sudah banyak berkembang faham dari ajaran wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, JI, JAD, NII yang sangat-sangat membahayakan kelangsungan hidup beragama di Indonesia.

Beliau mendoakan semoga saya kuat dalam menjalankan tugas menghalau kelompok radikal intoleransi yang sedang menggerogoti rasa nasionalisme di Indonesia.

Beliau memberi ijazah kepada saya untuk terus bersholawat atas nabi, ‘Allahumma Sholi ‘Ala Sayyidina Muhammad’ agar langkah perjuangan saya membela NU dan NKRI mendapat perlindungan dari Allah SWT.

Baca Bunga Rampai Kumpulan Artikel Nurul Azizah lainnya di sini:

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here