Penyegelan dan Pembubaran Warung Mie Sedap Terjadi Lagi oleh Umat Indomie

Penulis: Erri Subakti

Syahdan di negeri Mie, umat Indomie menjadi penduduk mayoritas. Meski begitu selama beberapa dekade sebelumnya, umat mie tradisional lain mau pun bihun, sohun, kwetiaw, spaghetti dan dan fettucini hidup berdampingan secara harmonis.

Namun 1 dasawarsa ke belakang, kelompok umat Indomie yang radikal tumbuh subur.

-Iklan-

Mereka memaksakan umat mie sedap dan lainnya untuk ikut aturan umat Indomie.

Warung-warung mie sedap banyak ditolak berdiri oleh umat indomie sekitar. Forum Kerukunan Umat Mie juga dibentuk tapi tetap saja mayoritas dominan di situ.

“Traktir..!”

Begitu teriakan umat Indomie saat menyegel warung mie sedap.

Karena warung mie sedap susah mendapatkan izin, namun umat mie sedap tetap membuka warungnya bagi umatnya. Akhirnya pun otoritas lokal menyegel warung mie sedap dengan dalih: bangunan tak ada izinnya.

Piye toh. Mau bangun mie sedap ditolak. Mau buat izin dipersulit bahkan ditolak. Gak ada izinnya, disegel.

Padahal warung-warung indomie tanpa izin berserakan di seantero negeri. Tapi gak pernah ada yang disegel dengan alasan bangunan tak memiliki izin.

Umat Indomie radikal ini sepertinya tak pernah benar-benar merasakan “nikmat Indomie”. Perlu semacam pengakuan bahwa Indomie itu mie yang terbaik, paling nikmat.

Padahal kalau sudah merasakan nikmat indomie, ngapain pusing dengan umat lain yang nikmat dengan mie sedap. Biar saja jangan dilarang, apalagi dipaksa ikut aturan cara Indomie.

Bagimu mie sedap bagiku indomie….

Traktir jangan nih…?

*Fiksi, penulis bukan dari kelompok ekstrim: makan mie pakai nasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here