Penipuan Itu Bermodus Taaruf

Penulis: Lutfi Bakhtiyar

Suatu ketika sahabat masa kecil yang sudah lama menjomblo mengabarkan bahwa dia akan menikah setelah menemukan pujaan hatinya melalui taaruf diperkenalkan sahabatnya.

Namanya orang sedang jatuh cinta, saya hanya bisa menyemangati agar hatinya berbunga-bunga. Toh selama ini dia cuek dengan nasehat saya.

-Iklan-

Tiga tahun kemudian, dia menceraikan istrinya karena tidak cocok. Mulai dari sang istri yang suka mendengkur, pemalas, kurang cantik dsb. Omongannya 11-12 dengan mereka yang mencela agama lama.

Sekarang netizen heboh dengan pernikahan 8X24 jam.

Mengapa bisa begini, siapa yang paling bertanggung jawab?

Taaruf itu proses perkenalan jelang pernikahan. Biasanya calon pasangan hanya dipertemukan paling lama 2 jam untuk saling mengenal. Setelah itu “bungkus”.

Parahnya setelah menikah, sang Istri baru tahu bahwa suaminya mengidap penyakit OCD (Obsessive Compulsive Disorder), perasaan cemas akut disertai melakukan kegiatan berulang-ulang. Model mereka yang kalau nonton film sukanya replay cuma bagian itu-itu saja.

Sementara sang suamipun pastinya tidak kalah kaget, “Lha kok jebul ngunu?”

Jadi sebenarnya sumber masalah mak comblangnya yang sok tahu.

Idealnya dalam taaruf, Murobi harus memberikan informasi yang lengkap soal pasangan yang akan dijodohkannya apalagi bila ternyata si Akhi ternyata mengidap penyakit gawat semacam OCD.

Sayangnya si Ukhti juga tidak faham bahwa dengan “meramaikannya” justru akan memperparah penyakit pria yang pernah mengisi hidupnya.

Dan pesan bang napi cuma satu: Cinta itu tidak harus memiliki, resiko terberat dari pernikahan adalah perceraian.

Andai bersabar mungkin bisa menjadi sahabat yang baik, kalau mau rujuk pastinya butuh pengorbanan lebih karena OCD termasuk penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here