Pendukung Sama Dengan yang Didukung

Penulis: Roger P. Silalahi

Semakin panas saja urusan Cupras Capres. Layaknya Ipin Upin yang saling bersaing, sementara Ismail bin Mail sangat kurang dilirik. Eskalasi suhu medsos dan WhatsApp group naik, terutama setelah langkah tak terduga ala ‘Drunken Master’ hingga Tukang Bubur bisa Naik Haji dikeluarkan.

Jangan tertawa, karena nanti bisa ada yang marah.

-Iklan-
Jangan tenang-tenang saja, karena setiap langkah politik yang diambil pun beresiko. Tak ada langkah politik yang hasilnya pasti, karena politik ada di ranah masyarakat yang sejatinya bersifat heterogen-majemuk, semua bisa berubah dalam sekejap.
Keberagaman dapat dipersatukan bila memiliki satu tujuan atau satu musuh yang sama. Langkah yang diambil belakangan ini jelas menunjukkan usaha menampilkan satu musuh bersama. Namun, gagal maning, gagal maning. Mengapa dikatakan gagal? Karena masyarakat semakin cerdas. Pemilih semakin terbuka mata dan otaknya, terlebih generasi Milenial dan Gen Z yang mahir memanfaatkan teknologi untuk memastikan siapa yang harus didukung.
Masih banyak juga ‘swing voters’, -gaya pakai bahasa Enggeris-, itu lho, pemilih yang hobi main ayunan. Senang bolak balik belek maju mundur dan tak jelas posisinya, hanya bingung dan linglung. Kenapa jumlah ‘swing voters’ ini banyak? Karena mencontoh posisi panutan nomor 1 di Indonesia, yaitu Presiden Jokowi sendiri yang bermain ayunan, istilah anak sekarang ‘Gaje’, alias kagak jelas.
Masih panjang waktunya. Survei masih bergerak, persaingan Ipin Upin masih seperti jungkat jungkit, hanya Mail yang main perosotan terus. Tapi politikilikitik itu cair, dinamis, menyesuaikan dengan wadahnya. Masyarakat pemilih juga menyesuaikan pilihannya sesuai wadahnya. Pertanyaannya adalah; “Wadahnya berbentuk apa?”
Wadah penampung banyak bentuknya, variatif, pun daya tampungnya. Mulai dari wadah utama bernama Partai, lalu wadah Ormas yang mayoritasnya juga bentukan Partai. Lalu wadah agama, lalu wadah-wadah lainnya, di mana semuanya dikalahkan oleh wadah kepentingan pribadi dan wadah uang.
Lalu bagaimana masyarakat bisa menentukan pilihan dengan baik? Siapa yang harus dipilih?
Masyarakat sebenarnya tak perlu bingung memilih siapanya. Tinggal bercermin dan bertanya pada diri sendiri, siapa yang paling Indonesiawi. Paling Indonesiawi maksudnya adalah paling mewakili bangsa ini, paling sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Ada 3 Capres, tinggal lihat saja apa yang mereka tampilkan dan apa yang diketahui oleh masyarakat mengenai mereka. Lihat dan bandingkan, maka akan jelas siapa yang paling sesuai dengan karakter Indonesia.
Katanya; “Pasukan Bagaimana Komandannya”. Apakah itu berarti “Pendukung Bagaimana Yang Didukung?” Justru sebaliknya, “Yang Didukung Adalah Cerminan Pendukungnya”. Untuk menjelaskan kaitan antara pendukung dan yang didukung rasanya memang lebih tepat dengan “Flock Of Birds Theory”.
Kalangan yang sejenis akan mendukung yang sejenis, yang dari kalangannya.
Menurut Processor Dogtor (Humoris Causa) Roger Paulus Silalahi Mc.D KFC. PHD., masing-masing capres akan didukung oleh manusia-manusia sejenisnya. Jadi mari kita pilah para capres ini sesuai jenisnya masing-masing:
Anies:
– Pandai berkata-kata
– Berasal dari kalangan sipil
– Punya afiliasi dengan Orba
– Mengusung slogan Politik Identitas
– Menyatakan Antitesa Jokowi
– Cenderung Pada Pendekatan Keagamaan
Ganjar:
– Pandai tersenyum
– Berasal dari kalangan sipil
– Tidak kenal Orba
– Mengusung slogan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
– Menyatakan Melanjutkan Program Jokowi
– Cenderung Pada Pendekatan Kemasyarakatan
Prabowo:
– Emosional
– Berasal dari Militer
– Punya afiliasi dengan Orba
– Mengusung slogan Satu Komando
– Menyatakan Melanjutkan Program Jokowi
– Cenderung Pada Pendekatan Kekuasaan
—————–
Jelas sudah, tinggal bercermin, ada di kalangan manakah Anda sebagai pendukung? Siapa yang anda pilih menggambarkan siapa anda sebenarnya.
-Roger Paulus Silalahi-

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here