Penulis: Nurul Azizah
Ada berita kalau Prabowo Subianto bakal calon (balon) Presiden dari Gerindra mengusulkan akan memindahkan makam Pangeran Diponegoro yang ada di Makassar ke Yogyakarta.
Usulan Prabowo soal pemindahan makam Pangeran Diponegoro disampaikan saat rapat kerja nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (13/7/2023).
Dalam sambutannya, Prabowo menyampaikan izin, khususnya pada masyarakat Sulsel untuk pemindahan makam Pangeran Diponegoro.
Pemindahan makam Pangeran Diponegoro ke Jogja tidak mungkin terjadi, sebab kata Raden Hamzah keturunan kelima Pangeran Diponegoro, yang juga menjadi penjaga makam, “Sebelum Pangeran Diponegoro wafat sudah perpesan agar dimakamkan ke Kota Makassar.”
Pemindahan makam Pangeran Diponegoro ke Jogja tidak mungkin terjadi.
Sontak saja, pemberitaan tersebut memicu kegaduhan di jagat dunia maya, dunia medsos.
Berita ini juga ditanggapi oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X. “Kalau Saya, nggak usah,” terang Sultan saat ditemui wartawan di Jogja, Jumat (14/7/2023).
Mari kita tengok lagi sejarah bangsa Indonesia dimana para tokoh-tokoh Pahlawan kemerdekaan banyak hasil didikan oleh para ulama Nusantara, satu diantaranya Abdul Hamid, sebagaimana yang pernah ditulis oleh Dr. Sudjatmoko yang pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Tokyo Jepang.
Ada seorang santri juga penganut tarekat yang sangat ditakuti penjajah Belanda bernama Abdul Hamid. Lahir di Dusun Tegalrejo, kecamatan Tegalrejo Yogyakarta, 11 November 1785.
Abdul Hamid pertama kali mondok di Tegalsari Jetis Ponorogo kepada KH. Hasan Besari. Kemudian ngaji kitab kuning kepada Kiai Taftazani Kertosuro.
Ngaji tafsir Jalalain kepada KH. Baidlowi Bagelen. Kiai Baidlowi wafat dimakamkan di Glodegan Bantul Yogyakarta.
Terakhir Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad Ngadiwongso Salaman Magelang.
Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari istri Pacitan Jawa Timur. Nama lengkapnya Kiai Haji Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mukminin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pangeran Goa Selarong.
Tetapi lebih populer dengan panggilan Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro sangat pemberani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama lima tahun 1825-1830.
Pangeran Diponegoro wafat dan dimakamkan di Kampung Melayu Wajo Makassar Sulawesi Selatan dekat pantai Losari.
Tepat pada tanggal 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap Belanda di Magelang. Diponegoro diundang oleh Letnan Hendrik Merkus de Kock ke wisma Karesidenan di Magelang untuk menandatangani perjanjian perdamaian dan mengakhiri permusuhan. Beliau ditangkap karena kebuntuhan dalam negosiasi setelah menolak untuk mengakui statusnya sebagai pemuka agama umat Islam se Pulau Jawa.
Lalu Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado. Setelah itu dipindahkan ke Makassar, Pangeran Diponegoro menjalani masa pengasingan hingga meninggal dunia 8 Januari 1855 di Makassar.
Nurul Azizah, penulis buku Muslimat NU Militan untuk NKRI, minat hub. 0851-0388-3445.