Pandangan Gen Z Soal Penguasa dan Oknum Habib, Penipu Semua? Apa Iya?

Penulis: Nurul Azizah

Siang itu udara di atas Kota Semarang sangatlah terik. Bayangan untuk minum es teh atau es jeruk sudah ada di pelupuk mata. Tak lama kemudian ada cafe di daerah kampus di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang kulewati. Maka penulis pun bergegas mampir untuk sekedar cari minuman dingin, siapa tahu ada mahasiswa yang bisa penulis ajak bincang-bincang tentang nasab Ba’alawi Yaman.

Pengen banget penulis mendengar pendapat para generasi milenial menyikapi adanya geger nasab yang ada di negeri ini.

-Iklan-

Dari jauh penulis amati, ada seorang mahasiswi sendirian yang sedang makan mie dan asyik melihat platform medsos di androidnya.

“Selamat siang dek, sendirian,” kataku.
“Siang bu,” jawabnya singkat dan cuek tanpa sedikitpun menoleh ke arah penulis.

“Boleh ibu duduk di samping adek,” kataku.

“Boleh,” katanya singkat. “Adek, perkenalkan saya bu Nurul, boleh ibu tanya-tanya, adek sedang lihat tik tok ya,” kataku.
“Ya bu,” jawabnya.

“Adek nama siapa, semester berapa?” kataku.
“Aku nama R, semester 8 akhir, ini baru nunggu dosen pembimbing.”

“Oh ya, makasih. Ibu tanya ya, adek tahu ndak masalah geger nasab Ba’alawi yang sering muncul di YouTube.

“Oknum habib dan penguasa sama-sama penipu,” jawabnya ketus dan keras.

“Kaget saya, anak perempuan milenial ternyata faham benar apa yang sedang terjadi di negeri ini.”

“Kok bisa adek berkata begitu,” kataku sambil minum es teh pesananku.

“Habib yang mengaku cucu Nabi di zaman milenial? Oh tidak! Namanya cucu itu ya dari kakeknya asli, orang tua dari bapak atau ibunya, bukan kakek yang jaraknya sudah lebih dari 14 abad, halu, gemes saya, itu penipuan.”

“Kalau generasi zaman akhir masih pada percaya, itu pasti ajaran dari orang yang salah. Lagian bukan siapa-siapanya Kanjeng Nabi Muhammad suruh mencintai, mengikuti perintahnya. Suruh minum air yang diludahi, sangat tidak masuk akal. Itu bukan ajaran agama Islam yang disampaikan Kanjeng Nabi. Apakah Nabi menganjurkan minum air yang diludahi. Tidak ada tuh, cari hadisnya, sampai keluar ubannya pun tidak bakal ketemu,” katanya sambil terus memainkan androidnya.

“Saya juga heran, apakah Kanjeng Nabi memberikan ajaran tarian-tarian dan lagu-lagu ala negeri Yaman di panggung suci agama. Nari kayak orang kesurupan, dan berpestapora. Apakah itu ajaran Nabi? mana dalilnya.”

“Lagian orang cari duit ndak segitunya, membawa-bawa nama datuknya. Kecuali dia ngomongnya di Madinah atau Mekkah itu baru pas. Ngomong keturunan Nabi di Indonesia, lagian itu orang-orangnya tua banyak percaya, kalau habib keturunan Kanjeng Nabi.

Saya heran dengan orang-orang sok agamis tunduk dengan orang yang tidak jelas asal usulnya, tidak jelas ilmunya, tidak jelas kedalaman agamanya. Asal saja orang pakai gamis bersorban ngaku hubab habib cucu Nabi, langsung pada cium tangan dan tunduk biar dapat syafaat.”

“Maaf ya bu, di otakku tidak ada itu orang model habib, yang ada ya orang yang taat beribadah dan giat bekerja serta memberikan lowongan pekerjaan entah siapapun dia. Tidak mengenal nasab-nasaban.”

“Di Indonesia yang dibahas cucu Nabi Muhammad, kok banyak yang percaya, heran saya. Orang kerja itu butuh keahlian dan dilakukan secara profesional, bukan tipu-tipu kayak gitu. Memang ada cucu Nabi berkeliaran di mall, di club malam, di cafe-cafe, itu oknum bukan cucu Nabi. Ada juga yang keluar masuk penjara, memang ada dzuriyah Kanjeng Nabi yang kayak gitu,” celetuknya.

“Tidak usah tes DNA sudah ketahuan mereka hanya oknum imigran Yaman yang ingin numpang hidup di Indonesia dengan menjual nasab Kanjeng Nabi, biar mudah mencari cuan dengan modal syafaat. Yang bisa memberi syafaat itu Kanjeng Nabi Muhammad SAW kelak ketika bertemu dengan Beliau di yaumil akhir,” katanya.

“Dek maaf, tadi katanya penguasa juga penipu, maksudnya apa dek,” desakku.

“Itu lho bu, Jokowi dengan para pengikutnya yang menggunakan kekuasaan untuk memenuhi syahwat politiknya. Ternyata semboyan kerja, kerja, dan kerja hanya untuk anak-anaknya baik anak kandung dan menantunya. Pak Jokowi berusaha dengan segala upaya menyiapkan bekal untuk anak-anaknya kelak sepeninggal dari istana, anaknya diberi kursi empuk sebagai pejabat di negeri ini,” katanya.

“Demokrasi di tabrak, Makamah Konstitusi dikendalikan, rakyat di tipu dan dibodoh-bodohi. Mahkamah Konstitusi dijabat paman Usman dengan lihai mengeluarkan perpu nomor 90/PUU-XXI/2023 di mana putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dapat maju sebagai cawapres pada pilpres 2024 meski belum berusia 40 tahun,” jelasnya.

“Terus pendapatnya adek, mengenai kebijakan pemerintah pasca pilpres ini bagaimana dek,” kataku.

“Pak Jokowi katanya ingin membawa Indonesia emas menuju tahun 2045, tapi malah semakin amburadul negeri ini, yang ada malah Indonesia cemas. Bagaimana tidak cemas, korupsi ada di mana-mana, kasus narkoba, judi online, pembunuhan yang tidak terselesaikan siapa pelakunya, hukumannya apa, sampai-sampai rakyat harus mencari sendiri siapa dalang dibalik kasus pembunuhan yang lagi viral,” katanya mencoba memberi penjelasan kepada penulis.

“Biaya kuliah di PTN sangatlah mahal, disamping itu setelah lulus nanti susah mencari lowongan kerja.”

“Janji akan menyediakan 10 juta lapangan kerja dipertanyakan, itu juga termasuk menipu rakyat,” katanya.

“Harga-harga semua kebutuhan pokok sehari-hari sudah mahal cenderung naik, tarif pajak naik, tarif tol naik,” bingung saya bu,” paparnya sambil mengakhiri perbincangan dengan penulis.

Nurul Azizah penulis buku Muslimat NU Militan Untuk NKRI.

Buku kedua karya Nurul Azizah. “Muslimat NU Militan untuk NKRI”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here