Penulis: Erri Subhakti
Suatu Masa Saat Keturunan Tionghoa “Kuasai” Jalanan di Jakarta.
Kalau melihat saat ini ada preman “berjubah agama” yang kerap bikin gaduh, dan sering melakukan kekerasan dan rasisme, pernah di suatu masa di Jakarta justru ada genk keturunan Tionghoa yang ditakuti. Pacinko. Singkatan dari Pasukan Cina Kota.
Genk ini kebanyakan beredar di wilayah Kota Tua, Mangga Besar sampai Pademangan hingga ke Roxy. Jadi di daerah-daerah tersebut (bahkan sampai sekarang) gak aneh melihat keturunan Tionghoa yang tatoan dan jadi “preman” atau jagoan di situ.
Pacinko yang selalu beraksi sebagai genk motor, melakukan aksi-aksi premanisme dan kriminal dengan merampok toko-toko emas.
Merampok toko emas tentu gak cukup hanya modal sajam (senjata tajam) ya tentulah bawa beceng (pistol) juga.
Ketua genk Pacinko dikenal dengan nama Johny Indo. Nama aslinya Johanes Hubertus Eijkenboom. Ganteng sebenernya orangnya. Turunan Indo juga. Gak heran Johny Indo profesi sesungguhnya adalah seorang model iklan.
Dalam aksi-aksinya tentu aja mereka berani terang-terangan bertindak dengan gaya preman di Jakarta, tanpa dibalut embel2-embel kesucian. Tapi uniknya sebenernya gak pernah ada korban yang dilukai oleh mereka.
Pacinko selalu berhasil dalam menggasak toko emas yang jadi sasarannya, dan selalu bisa lolos dari kejaran aparat Polisi dan TNI yang memburunya. Mereka semua jago ngebut di jalanan. Selain itu Pacinko mempunyai persenjataan lengkap, dari pistol, senjata laras panjang, hingga granat. Namun senjata itu hanya digunakan untuk menakut-nakuti saja.
Pacinko tak pernah melukai apalagi sampai membunuh korbannya. Hal itu karena Johny Indo berprinsip, bila pernah melukai orang, suatu saat pasti akan dilukai.
Selain itu, ia juga tak pernah menghabisi emas/uang yang dirampoknya. Ia selalu menyisakan sekitar seperempat sebagai modal bagi korban untuk melanjutkan usahanya. Entah apa filosofi rahasia dari tindakannya ini.
Sejak aksi pertama mereka tanggal 20 September 1977, hingga 1979 Pacinko telah mengumpulkan 129 kg emas.
Tanggal 26 April tahun 1979 akhirnya Johny Indo bisa ditangkap aparat. Gak tanggung-tanggung penjara untuknya, di Nusa Kambangan.
Sepak terjang Johny Indo sebagai ketua genk Pacinko yang berbuat kriminal pada era tersebut menjadi buah bibir yang ramai di khalayak, tak heran Tahun 1987 lahir sebuah film berjudul Johny Indo. Peran utamanya, dia sendiri.
Beberapa film Johny yang lain adalah Badai Jalanan (1989), Misteri Cinta (1989), Diskotik D.J (1990), Daerah Jagoan (1991) dan masih banyak lagi.
Orang ini emang “gila” sih. Sudah dipenjara di Nusa Kambangan, masih bisa keluar dari sana. Namun akhirnya ia tertangkap lagi karena kondisi alam untuk keluar dari Nusa Kambangan juga terus diburu aparat membuat ia tak sanggup lagi meneruskan pelarian. Puluhan temannya yang ikut kabur dari sana, tewas karena tertembak.
Entah pengalaman spiritual apa yang dialami Johny Indo dipenjara hingga ia menjadi muallaf. Tapi yang pernah saya tau, dia banyak belajar dari KH. Zainuddin MZ. Pernah satu kali dalam sebuah wawancara diceritakan akhirnya Johny Indo diajak KH Zainuddin MZ utk berceramah. Usai acara, ia dikasih amplop. Dia kaget. Dia bilang ke KH Zainuddin MZ. “Pak Kiai, saya dikasih amplop nih. Isinya 200 ribu,” ujarnya sumringah.
Johny juga telah menunaikan ibadah haji yang diongkosi gratis oleh “pangeran dari Arab”, bahkan dijemput dengan jet pribadi pangeran Arab tsb.
Life happens. Mungkin benar seloroh yang mengatakan “lebih baik mantan preman, daripada mantan …..” (isi titik-titiknya terserah Anda)