Nur dan Si Jelitheng

Penulis: Early Kusuma

Nur kesal sekali hari itu.

Semuanya karena si Jelitheng.

-Iklan-

Iya, si Jelitheng, begitu Nur memanggil genderuwo size sachetan yang sudah 1 tahunan ini ngintilin Nur setelah Nur pindah ke rumah kontrakannya yang baru.

Nur baru pindah sekitar 1 tahunan ke rumah kontrakannya yang baru. Nur pindah ke rumah kontrakan yang baru karena uang kost bulanan di kost lama dinaikkan oleh pemilik kost dan gaji Nur tidak cukup untuk membayarnya.

Akhirnya Nur memutuskan untuk pindah ke rumah kontrakan, setelah ditawari Munaroh, teman kerjanya selama beberapa tahun ini.

Lumayan bisa berhemat, karena di rumah itu ditempati 4 orang (termasuk Nur) jadi uang bulanan (dan tahunannya) sangat murah.

Sejak pindah itulah, si Nur yang cukup sensitif bisa melihat berbagai macam makhluk halus, bisa melihat si Jelitheng.

Jelitheng biasa menampakkan diri di depan Nur, pada saat Nur sedang berada di kamarnya sendirian, atau pada saat Nur sedang mencuci baju di kamar mandi, pada saat Nur lagi cuci piring, memasak di dapur, bahkan juga pada saat sedang mandi.

Pada awalnya Nur merasa takut, tapi setelah itu cenderung masa bodo.

Hanya saja Nur merasa kesal, karena si Jelitheng lebih sering nunjukin wajah aslinya yang serem dan tua ke si Nur.

Si Jelitheng memang dikenal sebagai dedengkot genderuwo di area perumahan kontrakan rumahnya Nur.

Tapi hari itu Nur bener-bener gedheg sama kelakuan Jelitheng, karena Jelitheng hari itu ngebisikin lagi kalau mas Ponco, tunangan Nur itu selingkuh sama salah satu teman kontrakan Nur, si Siti.

Iya, Siti itu adik salah satu teman kontrakan Nur, Munaroh. Munarohlah yang mengajak Nur pindah ke rumah kontrakan itu.

Siti orangnya sangat pemalu, cenderung pendiam dan penampilannya religius sekali.

Siti ikut numpang sementara di kontrakan kakaknya, si Munaroh, karena dia baru lulus SMK dan berniat cari pekerjaan di Jogja. Sudah sekitar 3 bulanan Siti ikut menumpang di kamar kontrakan Munaroh. Siti dan Munaroh berasal dari salah satu desa di Jateng.

Jadi di pikiran Nur tidak mungkin si Siti yang lugu berani mengganggu hubungan Nur dan mas Ponco tunangannya, karena selain Munaroh adalah teman baik Nur di tempat kerja dan di kontrakan, si Siti juga terlihat sangat polos.

Nur dan mas Ponco sudah 3 tahun pacaran dan bertunangan dan berencana akan menikah di tahun ini.

Nur dan mas Ponco sudah kumpul-kumpul uang untuk acara pernikahan mereka berdua, karena tidak mungkin mereka mengharapkan uang dalam jumlah banyak dari kedua orang tua mereka berdua. Karena mereka berdua sama-sama berasal dari keluarga yang sederhana.

Mas Ponco memang sudah bekerja sebagai salah satu team IT di perusahaan komunikasi di kota Jogja, tapi mas Ponco juga tetap harus menanggung biaya hidup kedua orang tuanya yang sudah tidak muda lagi di kota asalnya.

Kalau Nur sendiri berasal dari Wonosobo dan dia bekerja di kota Jogja, di salah satu Departement Store sebagai Beauty Advisor di salah satu perusahaan kosmetik ternama.

Sudah 6 tahun dia pindah ke Jogja mencari nafkah, dan di counter kosmetik tempat dia bekerja juga dia ketemu mas Ponco, sekitar 3 tahun yang lalu.

Pada saat itu, mas Ponco sedang jalan-jalan bersama teman-teman kantornya dan berhenti di counter tempat Nur bekerja dan menanyakan apakah ada parfum (harga terjangkau) untuk cowok, karena di counter kosmetik tempat si Nur bekerja juga menjual parfum untuk pria dan wanita.

Sejak pertemuan di counter kosmetik itulah akhirnya mas Ponco dan Nur mulai berkomunikasi secara intens dan akhirnya menjalin hubungan yang serius dan akhirnya memutuskan untuk bertunangan sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan.

Selain untuk menghidupi diri sendiri, Nur juga harus mengirimkan uang ke Wonosobo untuk Ibunya yang sudah uzur dan tidak mungkin bekerja lagi sebagai penjual warung makan di pasar. Bapak Nur sudah meninggal lama, jadi sebagai anak sulung, dia harus berbakti pada orang tua dan merasa berkewajiban untuk mencari nafkah. Apalagi selain harus menafkahi Ibunya, Nur masih ada 1 adik yang masih sekolah di SMA dan masih perlu biaya juga.

Di hari si Jelitheng membisikkan kata-kata lagi ke Nur, bahwa mas Ponco itu selingkuh dengan Siti, sebenarnya Nur sudah agak kepikiran. Karena memang sudah sekitar 2 bulanan ini, mas Ponco sedikit banyak berubah sikap pada Nur. Cenderung dingin dan sebodo amat ke Nur. Dan kalau Nur tanya kenapa, mas Ponco selalu bilang, kalau karena kerjaannya yang bertambah banyak di kantor, dia jadi banyak pikiran dan bikin dia marah-marah. Tapi Nur berusaha positif thinking. Walaupun tetap over thinking, karena Siti bisa kenal mas Ponco ya karena Nur juga.

Sekitar 3 bulan yang lalu, di awal-awal Siti pindah ke rumah kontrakan, TV yang ada di kamar Siti dan Munaroh mbledhug karena ada kabel TV yang konslet dan bikin kaget seisi kontrakan. Kebetulan sekali mas Ponco di hari itu sedang ngapelin Nur karena weekend Sabtu dan karena melihat TV mbledhug, Nur yang tahu kalau mas Ponco itu pintar reparasi elektronik, akhirnya memintanya untuk bantuin reparasi TV-nya Munaroh dan Siti yang rusak. Di situlah mas Ponco mulai berkomunikasi dengan Siti, mulai ngajak ngobrol sana-sini sambil mereparasi TV yang ada di dalam kamar Siti.

Kebetulan pagi itu Munaroh berangkat kerja shift pagi, jadi hanya ada Siti dan mas Ponco di dalam kamar. Dan Nur hanya sesekali ikut menemani mereka berdua, karena Nur sibuk memasak di dapur untuk dia dan mas Ponco, supaya siang itu bisa makan siang bareng di rumah kontrakan.

Setelah selesai mereparasi kabel TV yang konslet, akhirnya mas Ponco keluar dari kamar Siti dan Siti mengucapkan banyak terimakasih ke mas Ponco karena sudah mau direpotin. Mas Ponco menjawab bahwa dia tidak keberatan dengan hal itu, karena sudah biasa dan bukan hal yang susah buat dia.

Sejak itulah, setiap kali mas Ponco ngapelin Nur ke rumah kontrakan, ketika Siti sedang ada di rumah kontrakan, mereka berdua selalu bertegur sapa dengan ramah dan sopan. Dan sejak itu pula, sikap mas Ponco lambat laun mulai berubah pada Nur. Dalam berkomunikasi menjadi tidak sehangat dulu. Lebih banyak diam dan lebih banyak mainan HP-nya. Dan lagi-lagi Nur berpikiran positif, bahwa mas Ponco mungkin tambah banyak pekerjaan dan mikirin ngumpulin uang untuk persiapan pernikahan mereka berdua.

Di saat mulai pasifnya sikap mas Ponco ke Nur itulah, si Jelitheng mulai sering berbisik ke Nur, “Nur, mas Ponco-mu itu suka lho sama Siti. Siti juga suka sama mas Ponco-mu. Mereka sudah sering komunikasi dan bertemu di luar dan di rumah ini.”

‘’Eh Jelitheng, jangan sekate-kate ya. Mas Ponco itu orangnya ga pernah macem-macem sama cewe lain. Dia orangnya ga bisa kenal dengan akrab sama orang lain, kalau memang tidak ada perlu banget,’’ begitu jawab Nur ke Jelitheng.

‘’Ya udah kalau gak mau percaya sama aku. Lihat aja sendiri nanti seperti apa,’’ kata si Jelitheng lagi.

“Ya gak mungkinlah aku percaya sama dhemit kayak kamu itu. Aku jelas-jelas lebih percaya sama mas Ponco yang baik dan rajin ibadahnya,” jawab Nur lagi padanya.

‘’Yo wes yen isih ngeyel,’’ kata Jelitheng lagi sebelum menghilang.

Akhirnya Nur tutup kuping dengan apa yang diomongkan si Jelitheng di hari itu.

Keesokan harinya, Nur berangkat shift siang. Kebetulan si Munaroh dan teman-teman kontrakan lainnya pada mudik ke daerah masing-masing, karena weekend. Yang tersisa di rumah kontrakan hanya Nur dan Siti.

Siti tidak ikut mudik, karena katanya Sabtu siang itu dia ada jadwal test masuk kerja di sebuah pabrik di Jogja, jadi dia harus persiapan dan tidak ikutan pulang mudik ke daerah asal bersama Munaroh dkk.

Ketika Nur berangkat, Nur sempat bertegur sapa dengan Siti dan pamit berangkat kerja, ‘’Berangkat dulu ya, ati-ati di rumah kontrakan sendirian.’’

“Iya Mbak, aman kok mbak di kontrakan,” jawab Siti.

Akhirnya Nur berjalan kaki menuju ke pemberhentian bus yang biasa dia naik ke Departement Store tempat dia bekerja.

Selang beberapa jam setelah kerja, entah kenapa Nur merasa pusing sekali dan beberapa kali ke toilet, muntah-muntah. Mungkin masuk angin. Akhirnya karena merasa tidak kuat, Nur minta izin pada Supervisornya untuk pulang ke rumah kontrakan karena sudah tidak kuat, dan diijinkan oleh Supervisornya.

Nur kuat-kuatin badannya untuk naik bus, toh tidak begitu jauh dari rumah kontrakannya. Setelah sampai di depan rumah kontrakannya, Nur merasa kaget, karena ada motor N-Max punya mas Ponco.

Dalam hati Nur membatin, khan mas Ponco tahu aku berangkat kerja Shift siang dan tadi pagi sudah ngapelin aku ke kontrakan, kenapa ada motornya di sini?

Bergegas Nur membuka pintu rumah, tapi terkunci. Terus Nur mencoba membuka pintu rumah dengan kuncinya dan berhasil, karena ternyata kunci yang buat ngunci dari dalam tidak ditinggal di lubang pintu.

Dia masuk ke dalam rumah dan yang dia dengar hanya suara TV yang disetel keras-keras dan ada suara wanita dan laki-laki.

Nur belum sempat masuk ke kamarnya, karena dia fokus di kamarnya Siti dan Munaroh yang suara TV-nya sangat kencang terdengar.

Akhirnya Nur coba membuka dan mendorong pelan-pelan pintu kamar Siti dan ternyata memang tidak dikunci karena terdengar suara laki-laki dan perempuan lamat-lamat dan yang membuat Nur kaget, dia melihat Siti dan mas Ponco tanpa busana sedang bergulat di tempat tidur.

Nur langsung menjerit dan memukuli 2 orang yang sedang melakukan perbuatan mesum di rumah kontrakan mereka itu.

Siti dan mas Ponco kaget, tidak menduga kalau Nur tiba-tiba datang ke rumah kontrakan di saat mereka berdua sedang ”bercocok tanam” di rumah kontrakan mereka.

Setelah Nur mengamuk dan melempari mereka berdua dengan barang-barang, yang terakhir dilempar Nur ke mas Ponco adalah cincin pertunangan mereka.

‘’Kita PUTUS mas, gak usah cari-cari aku lagi. Aku kecewa sama mas. Mas JAHAT !!!’’ teriak Nur pada mas Ponco sambil menangis berderai air mata.

Mas Ponco langsung cepat-cepat memakai celana dan bajunya dan berlari mengejar Nur yang berlari secepat kilat keluar dari rumah kontrakan.

Karena teriakan dan tangisan Nur-lah, akhirnya tetangga di kanan kiri rumah semuanya keluar dan melihat kejadian itu dan berbondong-bondong ke rumah kontrakan mereka.

Siti hanya bisa terdiam di kamarnya , setelah dijambak rambutnya dan dimarahi habis-habisan oleh Nur dan ditinggalkan oleh mas Ponco.

Akhirnya karena Nur lari minggat dari rumah kontrakannya dan mas Ponco tidak bisa mengejarnya, Si Siti dan mas Ponco disidang oleh warga yang ada di sekitar lokasi dan akhirnya disuruh pergi dari lingkungan rumah warga perumahan.

Terlihat Siti pergi bersama mas Ponco, naik N-Max-nya, entah mungkin ke kost mas Ponco untuk sementara waktu.

Setelah kejadian itu, Nur memutuskan untuk pindah untuk kost di tempat lainnya. Karena selain malu pada warga sekitar, dia juga sudah tidak mau mengingat kejadian yang menyakitkan hati di rumah itu.

Nur ke rumah kontrakan lagi hanya untuk mengambil barang-barangnya untuk pindahan ke kost yang baru dan langsung pergi lagi.

Ternyata memang benar kata Jelitheng, mas Ponco dan Siti selain sering bertemu di luar, juga sering bertemu di rumah kontrakan, di saat para penghuni kontrakan lainnya sedang pergi bekerja atau mudik. Dari tetangga-tetangga kanan kiri rumahlah akhirnya Nur tahu kalau mas Ponco memang sering main ke rumah kontrakannya pada saat Nur sedang berangkat kerja.

Sedih sekali Nur memikirkan hal itu, sampai akhirnya pada saat dia menangis, tiba-tiba terdengar suara si Jelitheng (yang lagi-lagi ngikutin si Nur walaupun pindah ke kost baru), “Gimana Nur, sudah percaya sama omonganku?” tanya si Jelitheng lagi.

‘’Iya, jawab Nur. Aku percaya, aku benci sama mas Ponco, aku benci!!!’’ kata Nur sambil menangis tersedu-sedu.

Melihat hal itu, tiba-tiba si Jelitheng mendekati tempat tidur Nur dan mengusap air mata Nur yang jatuh bercucuran di pipinya dengan sangat lembut.

Nur tiba-tiba kaget, karena di hadapannya ada mas Ponco yang sangat tampan, yang sedang mengusap air matanya dan membelai rambutnya, sambil tersenyum. Akhirnya mereka saling berpelukan erat dan menghabiskan satu malam bersama dengan penuh gairah di kost yang baru.

Di tempat lainnya, di waktu yang bersamaan, mas Ponco menyesali perbuatannya pada Nur, karena sudah membuatnya kecewa, mengkhianatinya dengan bermain api dengan Siti, tapi mas Ponco juga harus bertanggung jawab pada Siti dan keluarganya, karena Siti sudah hamil 3 minggu.

 

-TAMAT –

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here