Home KOLOM Bunga Rampai Negeriku Sedang Dilanda Mabuk Agama dan Krisis Logika

Negeriku Sedang Dilanda Mabuk Agama dan Krisis Logika

Penulis: Nurul Azizah

Di Indonesia saat ini banyak bermunculan pondok pesantren yang mengikuti ajaran wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS dan sejenisnya. Kendati HTI dan FPI dua organisasi ini sudah dilarang di Indonesia, tapi dua organisasi masyarakat atau ormas ini memiliki regenerasi yang sangat kuat dan terus bergerak, seakan-akan tidak ada matinya.

HTI dibubarkan melalui Dirjen Administrasi Hukum Umum Kementrian Hukum dan HAM, tertanggal 19 Juli 2017 dengan SK nomor: SK Menkumham nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017.

-Iklan-

Sedangkan FPI dibubarkan pada tanggal 30 Desember 2020. Pembubaran itu dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Hukum dan HAM, Menteri Komunikasi dan Informatika, Jaksa Agung, Kapolri, serta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Walaupun HTI dan FPI sudah dilarang di Indonesia, masih saja muncul kelompok-kelompok minhum melakukan pergerakan di ‘bawah tanah’ dan regenerasinya berkembang pesat di Indonesia.

Kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, NII, JI, JAD cs menyebar ke wilayah di berbagai daerah, baik perkotaan maupun pedesaan. Tanpa kita sadari mereka bak jamur di musim penghujan. Mereka beranak pinak, dengan cepat menambah pengikutnya.

Pemerintah sebenarnya tahu, terutama pemerintah daerah tapi semacam ada pembiaran dan sekedar memantau. Setiap ada pelaporan lewat media sosial hanya dibaca. Kurang tanggap terhadap setiap laporan yang disampaikan ke kepala daerah, kalau di daerahnya telah berkembang ajaran wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, NII, JI, JAD cs.

Mereka kelompok minhum terus berkembang pesat di negeri ini. Banyak pondok pesantren yang beraliran wahabi salafi takfiri, HTI, FPI, PKS memiliki jamaah yang jumlahnya ribuan bahkan mendekati jutaan di seluruh pelosok negeri ini.

Kalau pemerintah dilapori baik lewat media sosial kurang cepat direspon, apakah perjuangan kita sebagai pegiat NU dan NKRI terus berhenti? Jawabannya ‘tidak’! Kita punya kemampuan di bidang masing-masing untuk membela NU dan NKRI.

Para kiai kampung atau kiai-kiai NU mendirikan pondok pesantren untuk menangkal ajaran wahabi cs. Ponpes NU yang ada di masyarakat sebisa mungkin mengajak masyarakat di sekitar ponpes untuk ikut mengkaji kitab, hadis dan baca tulis Al-quran. Serta mengajarkan amalan-amalan dari amaliyah nahdlatul ulama ahli sunnah wal jamaah atau aswaja NU As-ariyah.

Ustad-ustad NU yang cinta tanah air terus bermunculan di Youtube, FB, WA, twitter, instagram dan media sosial lain. Karena ada banyak pengguna media sosial yang mengakses pengajian yang sejuk dan menyirami qolbu, mengajak terus mencintai negaranya. Hal ini dilakukan untuk menangkal bahaya dari ustad-ustad wahabi cs yang ceramahnya sudah banyak bermunculan di medsos.

Kalau saya dan teman-teman penulis lainnya, ya bisanya menyuarakan ide, pemikiran dan gebuk kelompok minhum dengan menulis. Tulisan ilmiah populer akan terus diviralkan untuk menghalau kelompok islam radikal intoleransi. Tentunya sebuah tulisan akan mengubah mindset atau pola pikir masyarakat. Semua komponen anak bangsa bersatu padu melawan tipu daya dan hoax dari wahabi, salafi, takfiri, HTI, PKS, FPI, JI, JAD, NII cs.

Bisa jadi banyak negara di dunia sudah memikirkan alternatif lain sebagai solusi tempat tinggal di bumi. Banyak negara-negara maju sudah meneliti planet-planet lain yang bisa dijadikan tempat tinggal selain di bumi. Tapi di Indonesia sebagian dari penduduknya masih sibuk melakukan penelitian tentang agama dan aliran mana yang paling benar. Nantinya akan muncul kelompok takfiri. Takfiri adalah sebutan bagi seorang islam yang memvonis islam lainnya sebagai kafir atau murtad karena berbeda amalannya.

Orang yang merasa paling benar ajaran agamanya, orang yang tidak pernah mengajarkan kebenaran tapi dia sendiri mengaku paling benar. Tindakan menuduh kelompok lain kafir telah menjadi suatu bentuk penghinaan ajaran yang diyakininya. Yaitu orang yang merasa dirinya paling benar, paling islam, paling suci dan sudah memesan tiket ke surga. Yang tidak sesuai dengan ajaran dari wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS dianggap sebagai kafir. Tindakan ini merupakan tindak kekerasan yang berawal dari tuduhan mengkafirkan muslim lain.

Faham atau ideologi takfiri atau jihadi akan membentuk sikap antipati kepada kepada pemeluk agama lain atau antipati terhadap warga Nahdliyin karena menjalankan amalan-amalan yang diajarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendiri NU.

Bangsa Indonesia sedang dilanda krisis agama dan krisis logika. Agama dijadikan alat perjuangan politik praktis. Atribut keagamaan dijadikan simbol perjuangan yang selalu mengatasnamakan Islam.

Menurut Kiai Said Aqil Siradj bahwa ‘pintu masuk’ terorisme dan benihnya dari wahabi dan salafi. Wahabisme itu bukanlah terorisme, tapi dari faham wahabi itu memunculkan bibit-bibit terorisme, karena ajaran wahabi memusyrikkan segala hal, atau takfiri (mengkafirkan) dan jihadi berupa teror atau kekerasan.

“Kalau sudah wahabi, ini musrik, ini bid’ah, ini nggak boleh, ini sesat, ini kafir (takfiri), itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi, sudah halal darahnya dan boleh dibunuh,” kata Kiai Said Aqil Sirojd saat membuka webinar Ikatan Sarjana NU atau ISNU bertajuk ‘Mencegah Radikalisme dan Telorisme Untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial’ (30/3/2021).

Menurut Habib Taufik bin Abdul Qodir Assegaf, –saat berceramah dalam acara Haul Akbar dan Harlah Ponpes Darul Hadits Al-Faqihiyyah Malang Jawa Timur, yang dipublikasikan 7 April 2016, dengan tajuk 5 kriteria dalam mencari guru–, dalam ceramahnya beliau mengajak para jamaah agar tidak salah memilih guru ngaji.

Pilihlah guru ngaji dari kalangan ulama yang sanad keilmuannya jelas dan ahli sunnah waljamaah.

Dalam ceramah tersebut beliau memberi masukan kinerja pemerintah. Pemerintah membuat Densus 88 anti teror untuk menangkap pelaku teroris di Indonesia. Satu dua teroris ditangkap. Tetapi ajarannya harus ditumpas juga. Jangan biarkan pondok pesantren wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, cs berkembang pesat di Indonesia

“Harus diperhentikan ajarannya, satu dua atau tiga teroris ditangkap, selesai, tapi pondok pesantrennya dibiarkan.”

Habib Taufik juga memberi masukan kepada pemerintah, kita sangat mendukung dibuat pasukan anti teror Densus 88, tapi ideologinya, ajarannya yang membuat seseorang jadi teroris harus ditumpas di Indonesia. Umat islam di Indonesia harus bersatu, satu shof, satu barisan dalam ahlussunah waljamaah an-nahdliyah (aswaja NU), kalaupun berbeda amalannya tidak apa-apa asalkan cinta NKRI.

Ayo kita jaga NU dan NKRI dari serangan-serangan kelompok minhum penganut khilafah yang ingin mengganti falsafah negara ini dengan falsafah lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here