SintesaNews.com – Pada pertengahan Februari 2021 peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas, mengatakan kepada National Geographic Indonesia bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, penurunan tanah di beberapa daerah di DKI Jakarta bisa mencapai 20 sentimeter per tahun. Ia menyebut penyebab utama penurunan tanah di DKI Jakarta adalah karena beban bangunan dan insfrastruktur serta eksploitasi air tanah secara berlebihan.
Menurut Andreas, penurunan tanah di DKI Jakarta ini telah membuat beberapa area daratan di DKI Jakarta memiliki ketinggian di bawah permukaan sungai dan/atau di bawah permukaan laut. Kalau air sungai meluap atau tanggul sungai jebol, daerah di dekat sungai itu otomatis akan tenggelam karena banjir air sungai. Begitu pula jika air laut naik dan meluap, daerah yang dekat laut itu otomatis akan tenggelam karena banjir rob.
Bahkan, The New York Times pada Desember 2017 lalu sempat menyebut 40 persen wilayah DKI Jakarta sebenarnya sudah berada di bawah permukaan laut. Kawasan pesisir Jakarta Utara, seperti Muara Baru misalnya, tercatat telah tenggelam atau memiliki ketinggian hingga sekitar 4,2 meter di bawah permukaan laut.
Jika pada tahun 2017 daerah Muara Baru sudah 4,2 m di bawah permukaan laut, maka dengan penurunan tanah 20 cm per tahun, di 2021 ini daedah Muara Baru sudan 5 meter di bawah permukaan laut.