Menjadi Indonesia, Memanusiakan Manusia

Penulis: Roger “Joy” Paulus Silalahi

Seberapa Indonesia Kamu…?

Hari dimana saya yang di sekolah tidak direken, mendapatkan kemewahan yang luar biasa, kemewahan fisik dan psikis, disetarakan, disayang, dimanusiakan…

-Iklan-

Kembali ke TK, masih 0 Kecil, bersekolah, berteman, bersahabat.

Salah satu sahabat terdekat saya bernama Indra Handaya Sakti, dan masih bersahabat sampai sekarang. Indra anak yang pandai menggambar, gambarnya selalu bagus, bersaing dengan Rasyid dan Aries, sementara saya membuat garis lurus saja tidak bisa, parah.

Jadi kalau pelajaran menggambar, maka Indra, Rasyid, Aries, akan berlomba bikin gambar yang keren, gambar pesawat terbang yang lagi belok, gambar bebek di kolam yang ada tanamannya, sementara saya standar saja, gambar pemandangan, gunung 2 + matahari + sawah + jalan meliuk, sama sekali tidak punya bakat menggambar.

Dulu, hanya sedikit yang mau berteman dekat dengan saya, maklumlah karena saya tidak pernah punya sesuatu yang menarik untuk teman yang lain. Tidak mainan, tidak cerita, bahkan tukaran bekal makanan saja tidak ada yang mau, karena bekal saya hanya roti pakai gula putih tanpa mentega, atau roti pakai mentega tanpa gula putih, itu dan itu lagi.

Ada beberapa teman lain yang seperti Indra, mau berteman dengan saya, mau bermain bersama saya setiap hari saat istirahat, seperti Iwan, Aries, Ali, Rasyid, dan Kris. Main serodotan (perosotan), kotak-kotak, otoped, atau lari-lari keliling sekolah, menyenangkan. Sesekali saya berkelahi sama Rasyid, Indra dan Aries bagian memisahkan, setelah berkelahi, setelah pukul-pukulan, saling minta maaf, berteman lagi, main bersama lagi.

Hari Rabu, 17 Maret 1976, Indra ulang tahun, dan saya dapat kartu undangan pesta ulang tahun, satu kelas diundang semuanya, acara jam 15:00 sore di Jalan Kebon Bibit Nomor 14 Balubur, Taman Sari – Bandung. Saya semangat sekali, karena belum pernah saya diundang ke acara ulang tahun sebelumnya.

Saat pulang sekolah Tante Iin (Mamanya Iin) bilang; “Joy nanti datang ya…”, Mama Joy yang jawab “Ya, nanti Joy datang…”, saya tersenyum sumringah, “Hohoho, saya mau ke pesta ulang tahun, excited luar biasa dan deg-degan, seperti apa ya pesta ulang tahun”, begitu isi pikiran saya.

Jam 13:00 setelah makan siang adalah waktunya tidur siang, mata tertutup, tapi tidak bisa tidur, tidak sabar ingin cepat pesta. Jam 14:00 Mama membangunkan saya dengan mudahnya, saya langsung bangun, langsung mandi (padahal biasanya paling susah disuruh mandi), Mama bilang akan mempersiapkan baju untuk dipakai pergi ke pesta. Selesai mandi saya pakai setelan yang disiapkan Mama, celana panjang coklat, kemeja kotak-kotak coklat muda dan putih, dan sweater warna merah. Karena kakaknya Indra berteman juga dengan kakak saya, dan Tante Iin pesan supaya kakak saya juga datang, jadi berangkatlah kita berempat ke pesta, Mama, saya, 2 kakak saya, tapi Mama hanya mengantar saja, lalu pulang lagi karena banyak kerjaan di rumah.

Acara dimulai dengan memperkenalkan nama masing-masing, karena yang datang ada juga dari tetangga sekitar rumah Indra dan saudaranya Indra. Lalu setelah itu digelarlah games, “Pencuri dan Polisi”, “Darat Laut Udara”, “Rebutan Kursi”, itu yang saya ingat, setelah itu kita menyanyi “Selamat Ulang Tahun”, dan potong kue tart ulang tahun warna coklat, sekarang saya tahu itu namanya “black forest”.

Saya banyak dapat kesempatan memenangkan games, selalu dilibatkan, dan berhasil memenangkan 2 games, “Darat Laut Udara”, dan “Pencuri dan Polisi”. Acaranya ramai, meriah menurut saya, sukses lah EO-nya, semua senang. Selesai makan kue teman-teman Indra mulai pulang, semua yang pulang datang ke Tante Iin, salam, dapat 1 goody bag lalu pulang.

Saya masih ingat saat pulang pesta, saya membawa pulang hadiah menang games 2 buah, goody bag 5 buah (karena Tante Iin tahu kami 5 bersaudara saat itu), dan bawa 2 buah kado lain, yang sebenarnya adalah kado buat Indra dari teman-teman yang datang. Saya masih ingat senyum dan belaian di kepala saya saat Tante Iin bilang; “Joy, pilih 2 dari kado-kadonya Iin, soalnya Iin sudah terlalu banyak dapat kado…”, lalu saya dan Iin memilih 2 kado untuk saya bawa pulang.

Hari itu menjadi hari yang benar-benar sangat membahagiakan untuk saya. Hari dimana saya yang di sekolah tidak direken, mendapatkan kemewahan yang luar biasa, kemewahan fisik dan psikis, disetarakan, disayang, dimanusiakan. Tidak banyak yang paham seberapa membekas kenangan itu dalam benak saya, bahkan Tante Iin pun mungkin tidak mengira seberapa besar kebahagiaan yang sudah beliau berikan untuk saya, tapi saya selalu mengingatnya.

Tanggal 2 Februari 2021, setelah lama tidak berkabar, saya menerima notifikasi di HP saya, Ibu Hj. Saraswati Sulastri Harahap binti Abu Tohir Harahap meninggal dunia. Saya langsung telepon Indra untuk memastikan berita itu, Indra menjawab; “Maafin Mama ya Joy…”, saya terdiam sejenak, lalu bicara sebentar dengan Indra, menutup telepon dengan air mata sudah menetes.

Doa tulus terucap dalam hati saya; “Tuhan, terimalah jiwa dari Tante yang penuh kasih ini, berikanlah tempat terbaik yang penuh kasih untuknya bersama-Mu, sebagaimana dia sudah mengasihi dan membahagiakan saya dan banyak orang lain sepanjang hidupnya, amin…”.

Memanusiakan orang lain, menyayangi, menyetarakan, membahagiakan, berbagi, memperhatikan, banyak lagi, itulah Tante Iin. Itulah nilai yang tidak hanya diucapkan, tapi diwujudkan beliau dalam keseharian, diajarkan lewat contoh nyata di depan mata. Tante Iin yang baik ini masih mengingat dan menyayangi saya sampai akhir hayatnya, begitu pula saya, masih mengingat, masih menyayangi, dan masih mendoakannya.

Tante Iin, orang Indonesia… Kamu…?

-Roger Paulus Silalahi-

 

Artikel ini merupakan seri tulisan “Seberapa Indonesia Kamu?”

Baca artikel lainnya:

Mbak Kiki, Just for a While

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here