Penulis: Erri Subakti
Jauh sebelum JIS berdiri, “kandang” Persija pernah berada di pusat ibukota di kawasan elit Menteng. Banyak pemain- pemain Persija legendaris 3 dekade lalu tak akan pernah melupakan kenangan merumput di stadion kebanggaan mereka.
Perubahan adalah keniscayaan, ketika akhirnya Persija harus “merelakan” kandang bersejarahnya dipugar, kini menjadi Taman Menteng, mereka tergusur.
Penulis sempat “mencicipi aroma kental kandang” Jakmania ini pada medio 90-an. Saat itu tengah diadakan Festival Band se-DKI Jakarta, dan band penulis sebagai salah satu pesertanya. Meski tidak juara, namun senang sekali saat membaca Majalah HAI, nama band penulis disebutkan.
Puluhan tahun berselang, JIS (Jakarta International Stadium) megah berdiri. Untung saja ada dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) dari pemerintah pusat yang membiayai 70% dana pembangunannya.
Semestinya Persija dan Jakmania adalah pihak yang gegap gempita bergembira mereka memiliki markas baru yang megah. Namun kok pemberitaan di media justru diawali dengan berita-berita yang sama sekali jauh dari unsur Persija apalagi soal sepakbola.
Soal kewajiban PNS DKI sholat Ied di JIS, soal klaim pembangunan dimulai sendiri oleh gubernur, tak ada berita soal Barcelona atau MU main di JIS. Mungkin belum sampai karena naik getek ke sini…. hihihi….
Cukuplah sudah JIS dijadikan komoditas politik, apalagi dicampur sentimen agama dengan propaganda beribadah di JIS. Ga usahlah punya ide mau sholat Idul Adha di sana juga.
Tempatkan sesuatu pada tempatnya.
JIS untuk Persija, sepakbola, olahraga, dan tentu saja The Jak.
Selamat buat warga Jakarta menjelang ahkhir masa gubernurnya.
Fiuuuhhh…..