SintesaNews.com – Keterlibatan Indonesia dalam mendorong perdamaian di Afghanistan bermula dari kunjungan Presiden Ashraf Ghani ke Jakarta pada 5 April 2017.
Ashraf Ghani takjub dengan Indonesia yang dapat menjalankan demokrasi beriringan dengan Islam. Indonesia juga dinilai sukses dalam menjaga kehidupan yang harmonis dalam keanekaragaman suku dan agama.
Lalu pada 21 November 2017, Karim Khalili, Ketua Majelis Tinggi Perdamaian Afganistan menyampaikan keinginan rakyat Afghanistan agar Indonesia mau berperan aktif dalam menyelesaikan konflik di Afghanistan.
Harapan itu ditujukan kepada Indonesia karena Indonesia merupakan negara Muslim terbesar di dunia yang mempromosikan Islam moderat.
Di samping itu, Indonesia dipandang netral, tidak memiliki kepentingan di Afghanistan kecuali keinginan untuk melihat Afghanistan kembali aman dan damai.
Kunjungan balasan dilakukan oleh Presiden Jokowi pada 29 Januari 2018. Ini merupakan kunjungan yang sangat bersejarah karena dinilai sebagai kunjungan pertama presiden Indonesia setelah kunjungan yang pernah dilakukan oleh Presiden Soekarno.
Selama kunjungan tersebut Jokowi menolak untuk mengenakan rompi anti-peluru. Padahal saat itu baru saja terjadi ledakan bom di Kabul yang menewaskan lebih dari 100 orang.
Jokowi ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia tidak takut dengan teror. Dalam kunjungan kenegaraan tersebut, Jokowi didaulat oleh Presiden Afghanistan untuk mengimami sholat berjamaah (29/1/2018).
Jokowi juga bertemu dengan para ulama di sana.
Kemudian para ulama Afghan mengusulkan Indonesia untuk menjadi tempat berkumpulnya ulama internasional.
Jusuf Kalla Diutus Jokowi ke Afghanistan
Tidak lama setelah kunjungan Jokowi, Jusuf Kalla diutus ke Afganistan guna menghadiri pertemuan dengan para ulama setempat.
Tawaran Indonesia adalah upaya rekonsiliasi yang melibatkan pihak-pihak berseteru di Afganistan. Rekonsiliasi dilakukan dengan melakukan kerja sama dengan para ulama dan pihak-pihak yang berkonflik. Dalam hal ini organisasi Nahdlatul Ulama (NU) menjadi rujukan.
Pihak Taliban mulai tertarik dengan Indonesia yang tidak memiliki hubungan khusus dengan Amerika.
Sekitar Agustus 2018, juru bicara Taliban menyatakan akan berkunjung ke Indonesia.
Pada Mei 2019, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sempat menemui Wakil Pimpinan Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar di Doha, Qatar.
Lalu pada 27 Juli 2019, delegasi Taliban dipimpin oleh Mullah Abdul Ghani Baradar berkunjung ke Indonesia.
Rombongan Baradar kemudian bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla dan melakukan dialog dengan NU dan MUI.
Kunjungan JK ke Afghanistan Desember 2020
Pada 24 Desember 2020, Jusuf Kalla (JK) kembali mengunjungi Afghanistan. JK dan rombongan diterima langsung oleh Presiden Republik Islam Afghanistan, Mohammad Ashraf Ghani.
Lalu JK diminta bantuannya untuk bisa memediasi perdamaian antara pemerintah Afghanistan dengan pemberontak Taliban.
JK rencananya akan mengajak ulama-ulama di Indonesia untuk membujuk Taliban agar mau berdialog dengan Pemerintah Afghanistan.
JK juga menyatakan akan segera berkoordinasi dengan MUI mengenai ajakan tersebut, dan melapor ke Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin untuk berkoordinasi.
“Mengundang pihak yang berkonflik untuk berdialog di Jakarta itu salah satu opsi. Kita akan mengundang melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saya juga akan segera melaporkan ke Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk berkoordinasi bagaimana pun program perdamaian ini adalah gagasan dari Pemerintah RI,” jelas JK.