Mendukung untuk Berjalan Mundur

Penulis: Dahono Prasetyo

Ketika seseorang merasakan tekanan serangan bertubi-tubi dari segala penjuru, dan tidak ada jalan melarikan diri. Maka cara efektif salah satunya dengan memagari dirinya dengan benteng dukungan.

Seolah ingin mengatakan: “Kalau kalian serang terus, saya juga punya pendukung lho. Saya ini calon potensial Presiden”

-Iklan-

Ini pun juga urusan perut. Pendukungnya paham bahwa pujaannya berperut buncit, dermawan dan sedang berlimpah materi. Mereka yang rela membela sampai titik saldo terakhir.

Relawan dadakan yang selalu rentan “masuk angin”. Gerbong dukungan sekaligus perlindungan jadi berharga rupiah. Semakin idolanya bermasalah, semangat mereka melindungi makin berharga mahal.

Masyarakat masih belum lupa. Menjadi Gubernur dengan menjual identitas hanya terjadi di ibukota. Kesuksesan berjualannya akan diulang saat berencana menjadi Presiden. Dan kini rintisan sudah dimulai. Proposal proyek membentuk relawan menumpuk di Balaikota, satu per satu disetujui. Dimulai dari yang seiman, para mualaf, kemudian menyusul pribumi, lalu satukan barisan yang sakit hati dengan presiden sekarang.

Hingga akhirnya ada suatu masa dimana acara debat capres tidak berbicara visi dan misi pembangunan ke depan, tetapi salah satu capresnya sibuk menyampaikan tutorial bagaimana cara masuk surga dengan murah, cepat dan efektif.

Baca juga:

Netizen: Kinerja Gabener Jakarta 4 Tahun Realisasi 0%, yang Goblog Siapa?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here