“Kalau bisa di KTP kita tertulis agama Islam NU”
Penulis: Nurul Azizah
Jumat malam, 18 Februari 2022 merupakan malam yang membahagiakan bagi penulis. Berada di antara kiai-kiai NU, santri-santri NU, Ansor Banser NU, Muslimat dan Fatayat NU. Yang membahagiakan lagi pengajian rutinitas malam Sabtu legi “Majelis Dzikir dan Sholawat Al-Fadhilah” dihadiri oleh anggota DPRD Jawa Tengah Hj. Tazkiyatul Muthmainah juga sekaligus sebagai Ketua PW Fatayat NU Jateng.
Setelah pembukaan, acara berikutnya semak’an Quran satu juz. Malam itu dilantunkan juz ke-13 oleh dua mahasiswi Unwahas Semarang.
Saat baru konsen menyimak lantunan Alquran tamu undangan Bu Hj. Tazkiyatul Muthmainah, M.Kes rawuh di tengah-tengah kami. Semua jamaah menyambut dengan bahagia dan sumringah. Tampak jelas kebahagiaan dirasakan oleh Dr. KH. Iman Fadhilah bersama Bu Nyai Rotiyal Umroh sohibul bait. Dr. KH. Iman Fadhilah adalah Dekan FAI Unwahas Semarang.
Mbak Iin sapaan akrab anggota komisi E ini juga tak kalah sumringah, seperti reunian begitu juga bertemu dengan mbak-mbak pengurus Fatayat NU cabang Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Sohibul bait juga memperkenalkan saya sebagai penulis ke Mbak Iin. Alhamdulillah adem rasanya berada di tengah-tengah warga NU tulen.
Setelah sambutan dari sohibul bait, acara selanjutnya sambutan dan mauidhoh hasanah oleh Ibu Hj. Tazkiyatul Mutmainah, M.Kes. Beliau anggota komisi E Jawa Tengah masa bakti 2019-2024. Komisi E bidang kesejahteraan rakyat meliputi ketenagakerjaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, penelitian dan pengembangan teknologi, kepemudaan dan olah raga, keagamaan, kebudayaan, sosial, kesehatan, transmigrasi, pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan pengendalian penduduk.
Anehnya saya tidak melihat sosok anggota Dewan malam itu, tapi lebih ke sahabat yang akrab dan penuh keceriaan, serta sorot wanita muda yang cerdas dan energik.
Saat beliau memberikan sambutan, banyak hal yang disampaikan di depan jamaah pengajian yang rata-rata berusia muda belia, pemuda milenial asset bangsa.
Beliau mengajak semua yang hadir untuk mencintai NU sebagai ahlussunah waljamaah an-nahdliyyah sebagai akidah orang islam. “Kalau bisa di KTP kita tertulis agama Islam NU”, tegasnya yang disambut tawa oleh jamaah.
“Sebenarnya saya lebih suka diajak diskusi dari pada disuruh mengisi mauidhoh hasanah. Tapi bagaimana lagi, saya dipaksa oleh sepasang suami istri pemilik rumah ini,” katanya dengan penuh tawa.
Beliau mengajak semua hadirin untuk mencintai NU dan NKRI. Membumikan NU di manapun berada. Masih muda senang mondhok belajar ilmu agama. Tapi ya jangan belajar agama saja. Carilah pondok pesantren yang ada sekolah umumnya, atau mondhok sambil kuliah, itu baru generasi muda NU yang keren.
“Jadilah orang NU yang bermanfaat bagi orang lain, menguasai tehnologi dan memiliki keahlian di bidang masing-masing.”
“Wong NU ojo mung iso ngaji thok, tapi mampu menjawab tantangan zaman yang semakin komplek.” katanya dengan tegas.
“Kamu semua yang ngakunya seorang santri NU, apakah sudah menguasai kitab kuning ?” kalau tidak mampu menguasai kitab kuning, jangan pernah berharap jadi menantu saya,” katanya dengan penuh canda.
“Kalian semua ngaji di rumah pergerakan milik Bapak Iman Fadhilah, ya bergerak, ajak semua temen yang belum bergabung. Katanya rumah pergerakan, tapi jamaahnya sama tidak ada penamabahan, itu namanya tidak bergerak, ayo ajak temen-temenmu untuk bergabung bersama, ikut rutinitas ngaji dan sholawatan.”
“Orang NU itu ada di mana-mana, tapi jadilah orang NU yang kreatif dan penuh inovasi. Kembangkan entrepreunership yaitu jiwa kewirausahaan. Seorang santri atau orang NU harus punya produk atau barang jadi yang bisa dinikmati orang lain. Jangan hanya jadi pemakai atau konsumen tapi jadilah produsen yang produknya disukai masyarakat tentunya memiliki nilai lebih.
Di samping itu beliau berpesan kepada generasi muda NU untuk tidak mudah percaya pada tipu daya dan hoax yang selalu disebarkan oleh kelompok minhum (wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, JI, JAD, ISIS cs. – pen.). Ikut dan nderekke dawuhe kiai-kiai NU mawon.
“Kelompok sebelah ramai mengaharamkan budaya Nusantara (mengharamkan wayang), jangan ikuti mereka,” tegasnya.
Di samping memberikan nasehat-nasehat kepada generasi muda NU, Mbak Iin juga memberikan masukan kepada fatayat-fatayat NU.
“Untuk mbak-mbak Fatayat NU, masuklah panjenengan semua ke pengajian-pengajian ibu-ibu yang ada di lingkungan kelurahan, RW dan RT. Perkenalkan dan sosialisasikan program-program kerja Fatayat NU. Yang muda dan punya potensi sebisa mungkin meng-NU-kan kader-kader muda NU di lingkungan panjenengan semua. Ajak mereka masuk ke organisasi Fatayat atau Anshor Banser NU.
Beliau juga menyinggung saya sebagai penulis. “Tulis terus tentang Ke-NU-an, hidupkan lagi budaya baca dan literasi kita,” katanya.
“Terima kasih, saya mendukung sepenuhnya apa yang B u Nurul lakukan, tingkatkan kemampuan jurnalistiknya, terus menulis,” pesannya.
Dalam kesempatan itu juga mbak Iin tertarik dan membeli buku saya, “Muslimat NU di Sarang Wahabi.”
Terima kasih mbak Iin atas rawuhnya di pengajian rutin malam Sabtu legi di Majelis Dzikir dan Sholawat Al-Fadhilah yang diiringi oleh hadroh Nurul Mushofa Semarang.
Pada akhir ceramah mbak Hj. Tazkiyatul Muthmainah, tiba-tiba saja ketua Fatayat Kecamatan Tembalang mbak Aniqotunnafiah, S.Pd, M.Ak beserta anggota yang lain membawakan kue ulang tahun beserta rangkaian bunga selamat ulang tahun. Eh ternyata mbak Hj Tazkiyatul Muthmainah berulang tahun ke-43 (17 Februari 1979 – 17 Februari 2022). Benar-benar suasana yang menggembirakan sekaligus mengharukan bagi ibu anggota DPRD ini. Sambil meniup lilin, hadroh Nurul Musthofa dan para jamaah menyanyikan lagu mabruk alfa mabruk atau lagu yaumul milad.
Di luar dugaan, ulang tahun sudah lewat, kok masih ada yang mengucapkan lagi pada tanggal 18 Februari ini.
“Saya hanya bisa mengucapkan terima kasih, matur suwun untuk semua yang rawuh, saya sampai menitikkan air mata,” kata mbak Iin sambil mengelap matanya tanda terharu.
Pengajian malam itu diisi juga oleh Kiai Rohna Majal Anjab dalam rangka memperingati haul simbah KH. Syaichun.
Alhamdulillah acara terakhir adalah bedah buku, “Muslimat NU di Sarang Wahabi” dan promo buku. Syukur alhamdulillah malam itu jamaah yang rata-rata muda berminat membeli beberapa buku tersebut.
Nurul Azizah, penulis Kolom Bunga Rampai, penulis buku “Muslimat NU di Sarang Wahabi”.
Minat hub penulis atau SintesaNews.com 0858-1022-0132.