MARKIBONG!
Mari kita bongkar, aksi “end game” yang semula direncanakan bisa gagal karena beberapa sebab.
Pertama, bohir yang berjanji menyalurkan dana sejak H-1 dan hari H tidak bisa dihubungi serta tidak ada pencairan dana lanjutan kecuali down payment.
Kedua, pimpinan-pimpinan aksi dari beberapa elemen saling tunggu dan tidak muncul di lapangan.
Ketiga, pengerah massa minta pembayaran lunas di depan.
Keempat, terbongkarnya skenario secara meluas sebelum aksi.
Kelima, dinginnya reaksi publik.
Gagalnya aksi membuat perhatian tertuju pada keterlibatan RK pada pembiaran aksi pendahuluan di Bandung. Lalu AB disarankan timsesnya untuk low profile dan menyerahkan banyak urusan pada wagub agar berbagai isu korupsi bisa mereda.
Lalu, dengan terbongkarnya serapan dana penanganan Covid-19 dan bansos yang rendah di berbagai daerah, membuat ketidakpuasan publik terarah pada Pemda.
Para tokoh politik yang mengincar kursi kepemimpinan di 2024, yang kini menjabat sebagai kepala daerah dengan serapan anggaran rendah, seperti GP, menjadi sorotan atas kepemimpinannya.
Dengan terbongkarnya berbagai hal di atas, ditambah dengan sidak Jkw ke apotik yang mengungkap masalah distribusi obat Covid-19, menjadi kejutan bagi jajaran Kemenkes, khususnya BGS. Kebijakan dan insentif pemerintah dibajak oleh pemain-pemain lama di lapangan.
Lambannya Pemda untuk melakukan vaksinasi dan bagi bansos, ditambah kecenderungan manipulasi data positivity rate memaksa pemerintah tingkatkan keterlibatan kepolisian dan TNI. *(GEN I)
Konten Markibong ini dirilis oleh GEN I